Saya waktu berpangkat letnan dua TNI, dapat pengarahan dari jenderal-jenderal saya tahun 1974, bahwa 20 tahun ke depan tak ada perang terbuka,” kata Prabowo.
suarakaltim.com – Capres nomor urut 1 Jokowi dan Capres nomor undi 2 Prabowo Subianto adu pendapat mengenai ada atau tidaknya invasi militer ke Indonesia.
Silang pendapat tersebut terjadi saat Prabowo melontarkan pertanyaan kepada Jokowi dalam Debat pertama Pilpres 2019, di Hotel Shangri La, Jakarta, Sabtu (30/3) malam.
”Pembiayaan pertahanan Indonesia lemah. Hanya 08, persen dari GDP dan 5 persen dari APBN. Padahal, negara-negara lain, anggaran pertahanan mencapai 3 persen dari GDP dan 30 persen dari APBN,” kata Prabowo.
”Artinya, begini Pak Jokowi, kalau beli alat persenjataan harus lihat juga perbandingannya. Indonesia beli kapal selam dari Korea tipe 29. kemampuannya terbatas. Sementara Singapura, beli kapal selam tipe 218, yang bisa meluncurkan peluru kendali. Buat apa membangun divisi III TNI kalau alatnya tak modern,” kata Prabowo.
Mendapat pertanyaan seperti itu, Jokowi menegaskan masih memercayai kemampuan TNI meski alatnya belum secanggih Singapura.
BACA :
Prabowo Marah dengan Penonton Debat di Hotel Shangri La: Pertahanan Indonesia Rapuh, Kalian Ketawa!
Soal Pertahanan Keamanan Indonesia, Prabowo : Masih Lemah, Jokowi : Sudah Kuat Penjagaannya
Prabowo: Saya Lebih Baik Pakai Teknologi lama Asal Kekayaan Indonesia Tinggal di Indonesia
Jokowi di Debat Keempat Pilpres 2019: Saya Akan Bentuk Pemerintahan Dilan
”Mengenai anggaran pertahanan, kami baru memberi prioritas pembangunan infrastuktur. Pada suatu saat pertumbuhan ekonomi baik, akan bisa memberikan anggaran yang lebih baik untuk TNI,” tuturnya.
Jokowi mengakui, anggaran pertahanan Indonesia terbilang kecil dibandingkan negara tetangga. ”Tapi saya yakin, dari informasi intelijen strategis, bahwa 20 tahun ke depan, invasi dari negara lain ke Indonesia dapat dikatakan tidak ada.”
Pernyataan Jokowi itu yang tak disepakati oleh Prabowo.
”Saya waktu berpangkat letnan dua TNI, dapat pengarahan dari jenderal-jenderal saya tahun 1974, bahwa 20 tahun ke depan tak ada perang terbuka. Tahu-tahunya, tahun depan (1975) perang meletus di Timtim (Timor Timur),” kata Prabowo.
”Aduh, aduh, aduh, siapa yang beri briefing itu pak? Tidak boleh menganggap tak bakal ada perang. Bagaimana kok ada briefing ke panglima tertinggi, bahwa tak bakal ada invasi? Kok berani memberi briefing seperti itu?”
Namun, Prabowo mengatakan hal itu bukan salah Jokowi. ”Masalah ini bukan salah Bapak Jokowi, tapi perlu cek kembali briefing itu.”
Jokowi ternyata tak mau menyerah. Ia mengatakan, pernyataan bahwa dalam 20 tahun ke depan tak ada invasi militer hanya perkiraan.
Artinya, intelijen strategis memperkirakan tak ada invasi. ”Bukan tidak ada (invasi), tapi perkiraan, perkiraan bisa betul bisa keliru.” suara.com