YOGYAKARTA, WWW.SUARAKALTIM.COM – Sesepuh masjid Jogokariyan Yogyakarta Muhammad Jazir ASP membeberkan kronologi kericuhan yang terjadi antara massa yang diduga kuat simpatisan PDI Perjuangan dengan kelompok pemuda di depan Masjid Jogokariyan, Yogyakarta, Ahad 27 Januari 2019.
“Kericuhan itu semata karena dipicu premanisme di Yogya yang selama ini masih dibiarkan hidup,” ujar Jazir kepada Tempo Senin 28 Januari 2019.
Jazir yang juga mantan Ketua Dewan Suro Takmir Masjid Jogokariyan menuturkan kejadian bentrok berawal ketika massa konvoi simpatisan PDI Perjuangan melintas di depan Masjid Jogokariyan pada Ahad sore.
Rombongan itu diperkirakan baru pulang dari menghadiri acara Deklarasi Jogja Dukung Jokowi – Maruf yang digelar Aliansi Masyarakat Yogya di Stadion Mandala Krida.
Saat itu, di area masjid baru saja berlangsung acara pemilihan takmir yang dilanjutkan pembagian sembako untuk warga miskin.
Sesampainya di jalan Jogokariyan, massa konvoi itu mulai mencopoti bendera-bendera dan spanduk bertulis Hizbullah dan berteriak-teriak di sepanjang jalan Jogokariyan sambil mengacungkan senjata tajam. Massa yang mengendarai sepeda motor itu juga meraung-raungkan gas sepeda motornya seolah menantang.
Padahal kawasan Jogokariyan itu selama ini dikenal sebagai basis massa hijau alias PPP, yang tak pernah akur jika bersua dengan basis massa PDIP.
“Intinya mereka memprovokasi,” ujar Jazir. Merasa terganggu, para pemuda masjid Jogokariyan pun keluar untuk menghadang dan melakukan pengejaran kepada massa konvoi.
Saling serang diwarnai dengan aksi pelemparan batu. Masjid Jogokariyan ikut jadi sasaran pelemparan batu namun menurut Jazir tak sampai ada kerusakan.
“Tak ada kerusakan karena kebetulan sedang banyak tenda di area masjid, hanya ibu-ibu yang menerima sembako berlarian menyelamatkan diri,” ujar Jazir.
Bentrok baru mereda setelah petugas Babinsa Koramil 09/MJ dan Babinkamtibmas Polsek Mantrijeron turun.
Kemudian mediasi dilakukan di Pendopo Kecamatan Mantrijeron yang dihadiri Camat Mantrijeron, Kapolsek Mantrijeron, Danramil 09/MJ, Bawaslu, Panwas Kecamatan Mantrijeron, dan Takmir Masjid Jogokariyan.
“Kami pihak yang diserang, tapi kami tak akan lapor polisi, seharusnya dalam hal ini polisi yang bertindak, ” ujar Jazir.
Sebelumnya Wakil Kepala Polda DIY, Brigadir Jenderal Polisi Bimo Anggoro Seno menuturkan keributan pasca acara Deklasi Jogja Dukung Jokowi-Maruf pada Ahad terjadi setidaknya di lima titik Kota Yogyakarta. Untuk di kawasan Jogokariyan, ia menegaskan peristiwa terjadi di luar masjid.
“Kalau yang di masjid kejadiannya di luar, tidak serta masjidnya dilempari tapi di luar dan itu sudah diselesaikan takmir masjid, muspika, Danramil, kapolsek,” ujar Bimo.
Namun selain di area masjid, pihak kepolisian tetap akan memproses hukum karena ada laporan yang masuk ke polisi.
sumber tempo.co