JAKARTA, SUARAKALTIM.com – Terpidana kasus aksi terorisme, Abu Bakar Baasyir enggan meminta maaf atas perbuatan yang dirasa tidak dilakukan olehnya.
Hal itu dikatakannya menanggapi pertanyaan adanya wacana permintaan grasi kepada pemerintah yang dilakukan oleh para sahabat dan ulama.
“Ngapain aku minta maaf ke manusia? Aku minta maaf ke Tuhan. Lagi, aku tidak bersalah,” ucap Baasyir seperti yang disampaikan kuasa hukumnya, Guntur Fattahillah di Jakarta, Kamis (1/3/2018).
Guntur mengatakan pria yang akan berumur 80 tahun pada 17 Agustus mendatang itu tidak sudi untuk menerima grasi dari presiden ataupun pemerintah.
Apabila dia mendapatkan grasi, berarti Baasyir mengakui proses hukum yang menimpa dirinya dan mengakui kesalahan.
Apa yang dilakukan pendiri Pondok Pesantren Ngruki, Surakarta, itu adalah sesuatu yang diyakini olehnya benar berdasarkan keyakinannya selama ini.
“Pak ustaz tadi bilang, ‘saya ini hanya mengikuti ajaran agama saya secara murni dan menyeluruh’. Kami ya sudah tidak bisa bilang apa-apa lagi,” kata Guntur.
Dia mengaku, dibandingkan dengan mengajukan grasi, Baasyir memilih untuk menjadi tahanan rumah.
Itu pun bukan di Solo.
“Ustaz justru tidak mau di Solo,” ungkap Guntur.
Menurutnya, pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia itu hanya ingin dirawat oleh keluarganya.
Apalagi, penyakit di kakinya sudah cukup mengkhawatirkan, serta umurnya yang berada di usia senja.
Keinginan itu dianggap wajar olehnya, apalagi diperkuat dengan kebijakan World Health Organization (WHO) mengenai aturan seseorang yang sudah di usia 60 tahun ke atas, berhak untuk dirawat oleh keluarganya.
“Itu WHO. Saya tidak ngarang. Soal elderly abuse,” tandasnya.
Guntur meyakini bahwa Baasyir tidak akan berbuat yang macam-macam selama berada di tahanan rumah.
Fisiknya yang sudah lemah, tidak akan dapat menerima banyak tamu.
“Kalau perlu kasih polisi yang menjaga 24 jam. Hanya keluarga dan kuasa hukum yang bisa datang. Selebihnya, tidak perlu bertemu. Beres kan? Lagian, ustaz juga sudah tidak bisa apa-apa,” ujarnya.
Kista di kaki
Guntur juga mengatakan, kliennya masih sulit untuk berdiri secara benar.
Kaki Baasyir yang sudah mulai menghitam, terlihat gemetar untuk menopang tubuhnya sendiri.
“Setidaknya butuh tiga orang untuk membantu dia berdiri,” ucapnya.
Tubuh Baasyir yang hanya memiliki berat 57 kilogram dari 71 kilogram itu, masih terlihat gontai saat akan memasuki mobil tahanan yang membawa dia kembali ke lapas Gunung Sindur, Bogor, setelah menjalani pemeriksaan di RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat, Kamis (1/3).
Dijelaskan pengacara, dokter mengatakan bahwa terdapat penyakit kista di betis kanan Baasyir. Sehingga, kakinya sudah tidak dapat lagi berdiri secara baik.
Baasyir juga sempat melenguh sakit ketika diminta berdiri sendiri oleh dokter MER-C, Jose Rizal yang ikut mendampingi pemeriksaan.
“Pak ustaz bilang sangat sakit sekali kalau berdiri sendiri. Dia sempat sedikit berteriak juga tadi,” tuturnya.
Selama enam setengah jam, Baasyir harus diperiksa secara menyeluruh kesehatannya, mulai dari cek darah, pengecekan jantung dan hal lainnya.
Dia diminta untuk kembali lagi pada 8 Maret 2018 mendatang untuk pengecekan berikutnya.
“Dokter sendiri tadi yang minta untuk pengecekan lanjutan. Saya harap, tidak ada lagi instansi yang mencoba untuk menghalang-halangi pemeriksaan ini. Ini demi kesehatan beliau. Beliau berhak sehat dan mendapatkan pelayanan kesehatan selama menjalani tahanan,” tegas Guntur.
sk-021/wartakota.com