Syaharie Jaang lebih Unggul dari  2 Sisi; Figur & Rekam Jejak`yang Baik

 

SAYA enggak ingin menuliskan hasil survei.  Saya juga enggak mengatakan,  hasil survei ada yang membohongi masyarakat. Artinya enggak semua. Rakyat sudah bisa membedakan, mana yang benar dan mana yang bote atau bohong. Sebenar-benarnya survei, adalah survei masyarakat sendiri.

Masyarakat bisa lebih mencermati  figur, dibandingkan melihat partai politik, yang mengusung figur calon kepala daerah tersebut.  

 

 

foto istimewa/facebook

 

Mungkin bisa jadi, karena  banyak masyarakat yang kurang begitu percaya dengan parpol, sehingga faktor parpol bukanlah yang utama. Rekam jejak figur yang lebih penting.

CERMATI CALON GUBERNURNYA

Seperti di Pilkada serentak lainnya, di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltim, karena kepala daerah berpasangan atau  ada 2 figur, maka yang betul-betul saya cermati adalah figur Calon Gubernur (Cagub)nya.  

Bagi saya,   Cawagub atau orang nomor 2 itu pelengkap, membantu tugas-tugas gubernur saja. Saya tidak katakan cawagub itu tidak penting.  Sangat penting,  dalam membantu tugas-tugas gubernur. Atau berbagi tugas.  Saya lebih melihat, ke yang lebih bertanggung jawab adalah gubernur.

Dalam menentukan pilihan, maka yang akan lebih saya cermati adalah rekam jejak calon gubernur. Agar saya tidak salah memilih.

Memang tidak semua figur sempurna. Masing-masing ada kelemahan dan kelebihannya.  Namun, saya akan mencermati, yang lebih banyak kelebihannya dari kelemahannya, sisi baik lebih banyak dari sisi tidak baik dari figur calon pemimpin tersebut.

Rekam jejak figur ini, tentu saja perlu dicermati  bukan sebulan atau beberapa bulan ini saja. Bukan Mejelang hari H pemilihan di tanggal 27 Juni 2018 ini. Siapa figur itu? Bagaimana kerja dia dulunya? Di mana kerja dia dulunya?  Faktor daerah tentu saja berbeda. 

Pernah menjadi bupati atau walikota di daerah kecil misal Kutim atau Bontang  tentu saja berbeda dengan banyak sedikit permasalahan,  banyak sedikit jumlah penduduk dan lain sebagainya.

Masyarakat tidak kaget lagi, bila tiba-tiba makin mendekati hari H pemilihan, makin tinggi jam terbang beberapa figur  pasangan calon mengunjungi masyarakat.

Yang biasanya jarang turun ke masyarakat, nampak lebih terlihat menemui masyarakat.

Yang wajahnya biasanya jarang tersenyum,  lebih banyak kelihatan giginya dengan menebar senyum berhampuran, di mana-mana.

 Saya bisa membedakan, yang mana senyum palsu ada ada maunya, dengan senyum yang memang orangnya suka tersenyum.

Tiba-tiba saja, yang tidak biasa ramah, santun dan bersahaja, mendadak berubah.  Tentu saja, saya tahu karena mau pilkada.

Entah lah, selain Syaharie Jaang, bila terpilih atau enggak terpilih, masihkah bersediakan Cagub dan Cawagub itu turun dan bergaul bersama masyarakat bawah.

Masyarakat tidak kaget lagi, bila tiba-tiba makin mendekati hari H pemilihan, makin tinggi jam terbang beberapa figur  pasangan calon mengunjungi masyarakat.

Yang biasanya jarang turun ke masyarakat, nampak lebih terlihat menemui masyarakat.

Yang wajahnya biasanya jarang tersenyum,  lebih banyak kelihatan giginya dengan menebar senyum berhampuran, di mana-mana.

 Saya bisa membedakan, yang mana senyum palsu ada ada maunya, dengan senyum yang memang orangnya suka tersenyum.

Dari empat pasangan calon gubernur, dan 4 figur calon gubernur Kaltim, saya melihat, figur H Syaharie Jaang,  lebih baik dibandingkan calon gubernur lainnya.  Saya lebih melihat pada kepribadiannya. 

Sebagai wartawan, seperti sudah saya tulis di atas, saya lebih melihat kepada figur bukan ke parpol pengusungnya. Karena , bisa saja figur itu berpindah atau dikeluarkan dari parpol karena tidak sejalan dengan keinginan dari masing-masing pihak.

foto istimewa/facebook

 

Seperti Syaharie Jaang,  awalnya berasal dari PDIP.  Karena Syaharie Jaang bukan diusung PDIP, maka setelah terpilih sebagai Wakil Walikota berpasangan dengan H Achmad Amins di tahun 2000 lalu, akhirnya dikeluarkan PDIP.  Di pilkada 5 tahun berikutnya, 2010, masyarakat kembali memilih Syaharie Jaang, yang kembali berpasangan dengan H. Achmad Amins sebagai walikota, calon PDIP ketika itu kembali kalah.  

Tapi saya katakan, saya enggak melihat latar belakang parpolnya. Tapi lebih kepada figur. 

Syaharie Jaang bukanlah figur yang tiba-tiba mendadak menjadi santun,  mendadak ramah, mendadak sederhana, mendadak bersahaja, mendadak  turun dan sering bersilatuhrahmi dengan masyarakat, mendadak terus tersenyum, yang seperti dibuat-buat. 

Syaharie Jaang bukanlah seperti itu. 

Karena pada dasarnya Syaharie Jaang memang sudah seperti itu. Anak pedalaman yang sederhana, yang biasa bergaul dengan siapa saja, walaupun sudah menduduki jabatan penting. Sering bersilatuhrahmi. Bila ada kebakaran tenggak hanya menonton, tapi  ikut turun memegang selang berusaha memadamkan api.  

Syaharie Jaang juga bukanlah orang yang sombong, lupa diri.  Saya mencermati.  Dari 4 figur calon gubernur, Syaharie Jaang yang paling banyak tamunya.  Paling sering didatangi masyarakat dari berbagai lapisan di rumah pribadinya yang sederhana, di perumahan yang enggak  termasuk elit di Samarinda di Citra Griya  atau rumah dinasnya, yang ditempatinya saat menjadi Walikota Samarinda.

Karena terus didatangi banyak masyarakat dengan berbagai urusan, tentu saja enggak ada jam kerja bagi Syaharie Jaang.  Boleh dibuktikan,  sejak pagi sekali sudah ada tamu masyarakat biasa yang menunggu di  samping rumah dinas.

Sore atau malam pun, ada saja masyarakat  yang datang. Siapa saja bisa masuk.  Anggota Satpol PP yang menjaga di pos depan pagar enggak akan melarang.

Saya perlu katakan sekali lagi. Saya lebih mencermati figur. Bukan parpol.  Walaupun parpol Syaharie Jaang saat ini bukan parpol islam, lebih kepada nasionalis, tapi Syaharie Jaang adalah figur religius. Lebih dekat dan sangat menghormati ulama, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. 

Ulama yang sudah meninggal dunia pun dihormati, apalagi yang masih hidup. Begitu lah Syaharie Jaang.  Bukan sesuatu yang baru, bila Syaharie Jaang datang ke haul (peringatan wafatnya) Tuan Guru Ijai atau Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari atau akrab disebut Tuan Guru Sekumpul. Atau haul sejumlah ulama lainnya. Bahkan karena dekat dengan ulama, Syaharie “mendapat tempat di bagian depan”, bersama dengan undangan ulama-ulama lain, seperti para habib dari seluruh Indonesia.

 

DEKAT dengan ulama. Bukan hanya saat mau pilkada saja, Syaharie Jaang dekat dengan ulama. Selain sering bersilatuhrah,mi dengan tokoh-tokoh agama, Syaharie Jaang juga sering menziari ulama-ulama besar. foto istimewa/facebook
Sering menghadiri haul, sekaligus ziarah ke makam ulama-ulama terkenal. Salah satunya Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari atau akrab disebut Tuan Guru Sekumpul, di Martapura Kalsel belum lama ini. foto istimewa/facebook
Saat haul Tuan Guru sekumpul di Martapura, Syaharie Jaang “selalu mendapat tempat” di bagian depan. foto istimewa/facebook

 

Secara enggak sengaja, di Bangil Jawa Timur saya pernah ketemu Syaharie Jaang, saat haul  Tuan Guru Datu Bangil  atau Tuan Guru K.H Muhammad Syarwani Abdan Al-Banjari (keturunan ke-6 Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari), seorang ulama yang dikenal di Kalimantan Selatan hingga Jawa Timur,  pendiri  Pondok Pesantren Datu Kalampayan.

Bukan baru mau pilkada saja, bila Syaharie Jaang setiap minggu mengadakan pengajian di rumah pribadinya, di Citra Griya. Syaharie Jaang sering hadir dalam kegiatan keagamaan. 

Rekam jejak Syaharie Jaang lainnya, juga lebih baik dibandingkan figur calon gubernur lainnya.

 Syaharie Jaang adalah figur yang bersih dari kasus korupsi.  Selama menjabat sebagai wakil walikota dan walikota satu periode lebih hampir tidak pernah terdengar Syaharie Jaang berurusan dengan aparat penegak hukum karena diduga korupsi.

Rendah hati, santun, menghormati yang lebih tua. foto istimewa/facebook

 

Bila pun ada hanya kasus kecil, yang terkait dengan kebijakan. Padahal kota Samarinda ini, anggaran APBDnya lebih besar bila dibandingkan dengan Kutim atau Bontang, misalnya.

Proyek-proyek pembangunan, bila mau jujur,  terutama program Syaharie Jaang bersama Nusyirwan ismail juga berjalan baik.  Seperti program perbaikan infra-struktur jalan. 

Hampir semua jalan di kota Samarinda sudah dicor semen.  Pengembangan kota semakin luas.   Seperti wilayah Sempaja yang terhubung dengan wilayah Lempake. Begitupula pinggiran Samarinda Utara di wilayah ring road 2, dan wilayah-wilayah lainnya, yang jalannya hampir semuanya sudah dicor. Setidaknya ada perubahan yang kita rasakan dibandingkan sebelumnya. Juga ada jalan fly over.

Begitupula (walaupun lama)  Jembatan II  Achmad Amins (mahkota II) bisa diselesaikan. Kini bermanfaat besar bagi masyarakat. Sebagian besar masyarakat Palaran dan Samarinda Seberang  paling berterima kasih. Begitupula dengan masyarakat Samarinda Ilir dan Sambutan, Makroman, Sindang sari dan Pulau Atas.

Bandara Samarinda Baru, AP Pranoto juga sudah selesai.  Soal pelayanan yang masih terbatas, tak bisa pula disalahkan pemerintah daerah. Karena ini terkait dengan Departemen perhubungan. Apalagi asal tahu, saja DPRD Balikpapan pernah mengirim surat ke pemerintah memprotes keberadaan bandara Samarinda. Karena “phobia”  jumlah penumpang akan berkurang.

Meningkatknya pembangunan kota Samarinda ini, diiringi dengan semakin banyaknya pendatang. Umumnya mereka yang menengah ke bawah.  Kebanyakan mereka mencari kerja atau berusaha.  Sebagian besar dari Jawa dan Sulawesi. Mereka merasa nyaman berusaha dan menjadi penghuni  di Samarinda.

Menghargai masyarakat lapisan bawah, yang belum beruntung hidupnya. foto istimewa/facebook

 

Walaupun begitu tentu saja, ada pula kelemahannya. Yaitu banjir, yang perlu ditangani terus dan serius. Ini masalah teknis. Syaharie Jaang bersama Nusyirwan Ismail tentu saja enggak tinggal tinggal.  Walaupun dataran kota Samarinda lebih rendah dari sungai (sungai Mahakam dan Karang Mumus), upaya mengendalikan banjir terus dilakukan.

 

Kita tidak memungkiri, memang ada daerah yang dulunya banjir sekarang tidak lagi banjir. Ada wilayah-wilayah yang masih banjir.  Namun, banjirnya tidak berlangsung lama, seperti di daerah-daerah lain, yang berhari-hari dan ber arus lebih deras. 

Selain masuk parit membuang sampah yang menyumbat saluran air, Syaharie Jaang juga terus mempupaya mengendalikan banjir di ibukota provinsi Kaltim. foto istimewa/facebook

 

Syaharie Jaang menunjukkan keseriusannya mengenai masalah banjir ini.  Setiap Jumat, Syaharie Jaang bersama berbagai kelompok masyarakat membersihkan parit-parit yang tersumbat, akibat masyarakat membuang sampah sembarangan.  Syaraie Jaang terlihat ikut langsung turun ke parit membuang sampah-sampah yang menyumbang saluran air.

Begitulah.  Tulisan ini hanya melihat dari 2 sisi saja, figur atau kepribadian dasar dan rekam jejak.

Melihat 4 calon gubernur yang  ada, dengan 2 sisi tersebut, Syaharie Jaang masih lebih baik dari 3 figur calon gubernur lainnya. 

Silahkan untuk memilih pemimpin dengan figur dan rekam jejak yang baik.  Semoga periode Kaltim 5 tahun ke depan (2018-2023) menjadi lebih baik lagi.

Salam dan doa kuat. * (email : akhmadzailani@suarakaltim.com)