Pernyataan Ma’ruf soal ‘Buta-Budek’ Diprotes Forum Tunanetra

Ma’ruf Amin. (CNN Indonesia/Abi Sarwanto)

JAKARTA,www.suarakaltim.com  — Komunitas disabilitas bereaksi terhadap pernyataan calon wakil presiden nomor urut 01, Ma’ruf Amin dalam acara peresmian posko dan deklarasi relawan yang mengatasnamakan Barisan Nusantara (Barnus) di kawasan Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat, Sabtu (10/11) lalu.

Dalam acara itu Ma’ruf menyindir pihak-pihak yang kerap mengkritik kinerja Presiden Jokowi sebagai orang-orang budek (tuli) dan buta.

Forum Tunanetra Menggugat menganggap pernyataan Ma’ruf tersebut telah mencederai perjuangan kaum disabilitas.

“Bagi kami pernyataan KH Ma’ruf Amin sangat memprihatinkan. Ketika kita sedang berjuang melawan stigma, justru menjadi objek. Ini juga sangat ironis ketika kita berjuang melawan stigma, justru ada yang mencoba menenggelamkan kita dalam posisi negatif,” kata juru bicara Forum Tunanetra Menggugat, Suhendar di kantor kesekretariatan Ikatan Alumni Wyata Guna (IAWG) Bandung, Senin (12/11).

Ma’ruf dalam rilis  memberikan klarifikasi atas kata budek dan buta yang ia gunakan. Ma’ruf menyatakan semua yang dia katakan sudah ada di dalam Alquran. Yang dimaksudnya adalah ‘ṣummum, bukmun, ‘umyun’, yang tertera di surat QS al-Baqarah (2):18.

“Artinya orang yang tak mendengar, orang yang tak mau melihat, yang tak mau mengungkapkan kebenaran itu namanya bisu, budek, buta,” papar Kiai Ma’ruf.

“Jadi itu bahasa ‘kalau’ ya. Saya tak menuduh orang, atau siapa-siapa. Saya heran, kenapa jadi ada yang tersinggung. Tak menuduh dia, kok,” katanya menambahkan.

Lebih lanjut Ma’ruf menyatakan perkataannya itu tidak dalam konteks buta dan tuli secara fisik.

“Tak ada konteks buta (fisik). Saya cuma bilang, yang tak mengakui itu kayak orang buta karena tak mau melihat. Kayak orang budek karena tak mau mendengar. Kayak orang bisu yang tak mau ungkapkan kebenaran. Itu saja sebenarnya. Kalimat itu juga biasa bunyi di Alquran. Lihat saja di Alquran kalau tak percaya,” urai Kiai Ma’ruf.

Berangkat dari klarifikasi itu, Suhendar berharap kegiatan berpolitik bisa dilaksanakan tanpa harus menyudutkan kelompok atau individu.

Di tempat yang sama, Ketua Bidang Organisasi Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) Yudi Yusfar sudah mengetahui klarifikasi Ma’ruf soal pernyataan budek dan buta. Namun dia menilai apa yang dikatakan Ma’ruf terlalu jauh.

Ia menjelaskan kaum disabilitas bukan orang yang tidak tahu situasi bangsa. Lebih lanjut Yudi berharap ke depan para calon presiden maupun wakil presiden dalam Pemilu 2019, lebih mengedepankan penggunaan kalimat yang elegan dalam menyampaikan orasi politiknya.

“Kami berharap khususnya kepada KH Ma’ruf Amin, tolong memilih diksi yang menyejukkan hati rakyat supaya tidak terjadi kontroversi di masyarakat,” jelasnya.


Terpisah, anggota DPR RI Fraksi Gerindra Rahayu Saraswati mengatakan disabilitas tidak bisa menjadi tolak ukur kemampuan intelengensi seseorang dalam menangkap informasi.

“Saya mengingatkan kita telah memiliki UU Disabilitas, sebuah langkah maju memberi perlindungan kepada penyandang disabilitas. Jangan kita mundur ke belakang hanya karena kepentingan politik,” ujarnya merespons pernyataan Ma’ruf.

Sara lalu mengajak elite politik membuka memorinya untuk mengingat penyelenggaraan olahraga Asian Paragames di Jakarta beberapa waktu lalu.

Penyelengaraan itu menunjukan seluruh elemen masyarakat memiliki komitmen yang sama dalam mendukung penyandang disabilitas dalam berekspresi di segala sektor, termasuk olahraga.

“Mereka (penyandang disabilitas) punya hak  berekspresi di sektor pemerintahan, sosial dan lain-lain. Itu perlu dukungan semua pihak, tapi tidak dengan menjadikan  kekurangan mereka sebagai stempel untuk perilaku negatif,” kata Sara. sk-012/cnn