Foto: Prabowo Subianto bergaya pidato pakai teks. (Kanavino-detikcom)
SATU kelebihan Prabowo Subianto adalah gayanya dalamnya berpidato. Ada yang menyamakan dengan mantan Presiden RI yang pertama, Soekarno. Bila dibandingkan dengan Joko Widodo presiden RI sekarang, jauh berbeda. Soekarno juga orang Jawa, tapi pidatonya bergelegar. Dan tentu saja tidak “bikin ngantuk”.
Setiap usai Prabowo berpidato. Terutama sindiran politik ke petahana. Ada saja “sesuatu” yang menarik, yang tertinggal.
Belum lama ini atau Sabtu tadi (27/1) di TMII, Prabowo berpidato lagi. Di acara Deklarasi 115 Perguruan Tinggi Se Indonesia mendukung Prabowo-Sandi untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI lima tahun ke depan. Pidato yang seru dan menggigit.
Sang jenderal ini kembali menyindir sang petahana. …. ” coba dicek kembali. Mungkin saya salah. Saya manusia biasa. Karena saya juga …. yaaah males kalau pidat pakai teks. Bayangkan, bila saya baca teks. Kalian bosan semua kan,” suara Prabowo.
Setelah diam sejenak. Seperti menampilkan gaya kaku, lalu Prabowo “mencoba” berpidato dengan membaca teks. … Saudara-saudara sekalian. Arah pembangunan ekonomi menunjukkan gejala yang tidak baik, inflasi dadadaa … bababab,”
Itu sindiran Prabowo yang pertama dalam satu acara kegiatan. Yang kedua, Prabowo menyindir presiden yang langsung membagikan sertifikat ke masyarakat. Habis itu foto-foto atau selfi.
” Ada yang mengira, bagi-bagi uang, ngelontorkan sembako, bagi-bagi sertifikat … Ternyata rakyat kita pintar-pintar dan agak-agak bandel. Habis terima, foto. Terus terang saja, saya sarankan ya jangan seperti itulah, ” saran Prabowo.
Ada lagi. Yang ketiga, Prabowo menyarankan kepada elit bangsa, sebaiknya mundur dari jabatannya, bila dinilai telah gagal. ”Kalau kesatria, kalau punya tanggung jawab, kalau tidak berhasil, bangsa yang besar, bangsa yang kuat, elitnya minta maaf dan tinggalkan panggung,” kata Prabowo.
Namun buru-buru Prabowo melanjutkan; ” baik, tapi kita hormati, kita hormati …”.
Ada lagi. Masih di acara yang sama. Tentang utang. Prabowo punya “istilah baru”. Utang itu menurut Prabowo seperti penyakit yang sudah stadium lanjut. ” …. Sudah lumayan parah. Utang menumpuk terus. Kalau menurut saya, jangan lagi disebut menteri keuangan, menteri pencetak utang”.
Ribuan perserta yang mendengarkan pidato Prabowo di dalam gedung kembali tertawa.
Begitulah Prabowo. Selalu ada yang menarik dalam pidatonya. akhmad zailani. Foto kartun ist