JAKARTA, www.suarakaltim.com– Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasist Raharjo, menyatakan dukungan Ustad Yusuf Mansur (UYM) terhadap Joko Widodo (Jokowi) dapat mempengaruhi publik untuk membangun narasi politik calon presiden (capres) nomor urut 01 itu tidak melakukan kriminalisasi atau politisasi ulama.

“Yusuf Mansur itu adalah tipe ulama yang fleksibel, sehingga apapun dakwahnya bisa diterima pihak manapun. Posisi ini penting bagi kubu Jokowi untuk membuktikan pada publik kalau ulama itu dirangkul bukan dikriminalkan,” kata Wasisto Raharjo kepada wartawan di Jakarta, Selasa (12/2/2019).

Ia mengatakan, dengan adanya dukungan tersebut, para pengikut UYM pun juga akan ikut memilih Jokowi di pemilihan presiden (pilpres) tanggal 17 April 2019 nanti.

Selain itu, lanjutnya, melalui dakwah UYM yang terkenal secara meluas di daerah perkotaan, mampu mempengaruhi suara kalangan muslim. Terutama pemilih muslim dari kalangan kelas menengah.
“Saya pikir itu sinyalemen bagus untuk meraih lebih banyak suara kalangan kelas menengah muslim. Terutama kalangan massa mengambang,” ujar Wasisto.

Namun, Peneliti LIPI itu mengatakan terdapat resiko yang akan menimpa UYM jika menyatakan sikap untuk mendukung Capres nomor urut 01. Yakni akan mempertaruhkan reputasi UYM sebagai ustad di hadapan jamaahnya.

“Saya kira risiko ada. Terlebih lagi ketika ulama melakukan endorsement politik itu, jelas pengaruhnya ke reputasi dan legitimasi di depan jamaah bila sampai calonnya kalah,” bebernya.

Beberapa hari yang lalu pendiri perusahaan bisnis Paytren Yusuf Mansur secara terang terangan mengarahkan dukungannya ke Capres no urut 1 Jokowi-Maruf. Hal itu teungkap setelah Gubernur NTB Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi membocorkan pesan WhatsApp (WA) Yusuf Mansur.

BACA JUGA  Digoyang Isu Agama, Pengamat: Prabowo Paling Religius

Yusuf Mansur bercerita banyak hal, namun satu di antaranya mengenai dukungannya kepada Jokowi.

Ia mengaku mendapat penolakan saat itu ketika menegaskan dukungannya untuk Jokowi. Dituliskannya, Jokowi mengkhawatirkan nasib bisnis pembayaran Paytren yang merupakan milik Yusuf Mansur.

“Saya dah lama pengen bicara. Tapi dilarang beliau, Demi Allah. Beliau berulang kali bilang. jangan bela saya. Kasianin Paytren. Ntar ditinggal ummat. Berkali2,” tulis Yusuf Mansur.

Selain itu, Yusuf Mansur memberikan kesaksian tentang kebiasaan ibadah Presiden Joko Widodo. “Soal Pak Jokowi dipikir melakukan pencitraan, termasuk di ibadah sebagai pamer, enggak banget. Itu mungkin persepsi dari orang lain, bukan dirinya. Dari 2007, beliau sudah puasa sunah, sekeluarga. Rasanya kebiasaan ini, enggak mungkin dipamerkan. 2007 itu, yang saya ketahui,” ucap Yusuf Mansur kepada wartawan, Jumat (8/2/2019).

Jokowi saat masih menjabat Wali Kota Solo dan Yusuf Mansur saat Peresmian Rumah Sedekah di Solo pada tahun 2010. Yusuf bercerita, ibu kandung Jokowi punya amalan membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Fatihah sebanyak 100 kali setiap malam sejak tahun 2000-an. Kebiasaan itu juga dilakukan oleh Jokowi.

BACA JUGA   Kubu Jokowi Pecah! PSI Tuding Muchdi Pr Rusak TKN dari Dalam

“Sampai kemudian 2004, Pak Jokowi bisa ekspor perdana. Dibacanya Qulhu (Al-Ikhlas) dan Al-Fatihah terus sampai jadi wali kota. Dibaca terus, jadi wali kota lagi. Dibaca terus, tiap malam jadi gubernur. Dibaca lagi sampai jadi presiden,” ungkapnya.

Keterangan amalan itu didapatkan Yusuf Mansur dari adik-adiknya Jokowi yang sudah lama memakai hijab. “Dan saat cerita ini di hadapan saya dan istri, jauh dari pencitraan dan cerita palsu,” lanjutnya.

Selain itu, ada kebiasaan lain Jokowi yaitu Salat Hajat yaitu salat sunah yang bisa dilakukan umat Islam saat memiliki kebutuhan atau hajat. Dikerjakan minimal 2 rakat dengan waktu yang tak terikat.

Jokowi saat masih menjabat Wali Kota Solo dan Yusuf Mansur saat Peresmian Rumah Sedekah di Solo pada tahun 2010.  “Jarang banget juga kali ada Presiden yang hampir tiap hari Salat Hajat doain rakyatnya, dan ngajak menteri-menteri untuk Salat Hajat. Hajatin ke Allah bila ada apa-apa,” terangnya.

Tak hanya itu, sejak menjabat wali kota, Jokowi sudah mendukung penuh gerakan sedekah dan tahfiz (hafalan) Al-Quran. Cerita lainnya didapat Yusuf Mansur dari penjaga masjid Istana Kepresidenan.

“Penjaga masjid istana bersaksi ke saya, sejak 20 tahun yang lalu, bahkan ada yang kerja 30 tahun, bersaksi Presiden Jokowi adalah yang Presiden yang paling banyak ke masjid,” ulasnya.

Yusuf Mansur merasa kesaksian-kesaksian ini perlu diketahui masyarakat untuk meluruskan fitnah terhadap Jokowi. “Dengan hafalan Al-Qur’an saya, saya yang begitu dekat dengan Pak Jokowi jadi saksi apa yang sering dibicarakan tentang keburukan Pak Jokowi hanya fitnah belaka.”

Ia juga berharap pendukung Jokowi bicara tentang kebaikan Jokowi, tanpa menjelekkan Prabowo. Tak hanya soal ibadah, soal perilaku juga Jokowi terhindari dari sikap seperti korupsi.

“Enggak ada 1 meter pun yang dikorupsi, enggak dicawe-cawe, enggak dirampok dari seluruh pembangunan jalan, tol, pelabuhan, bandara, dan lain-lain. Ini luar biasa,” kata Yusuf Mansur.

“BUMN-BUMN juga top-top, sampai ke anak cucu BUMN. Sebab utang yang sehat, tapi begitulah. Yang dihajar, dari sudut pandang berbeda. Menkeu juga Menkeu terbaik, asli. Prestasi segudang. BI, bisa menurunkan sampai Rp 13.900. Khusus BI, saya malah nemenin mujahadahan setiap hari,” pungkasnya. HanTer