Ini 5 Wasiat Syaikh Abdul Qadir Jailani yang Banyak Dikutip Para Ulama

oleh : Moch. Syarif Hidayatullah

suarakaltim.com– Syaikh Abdul Qadir Jailani dikenal sebagai seorang ahli fikih yang sangat dihormati di kalangan Sunni. Beliau juga dikenal sebagai wali dalam tradisi tasawuf dan taraket. Ulama kelahiran Persia dan berasal dari suku Kurdi ini mendapat penghormatan yang luar biasa dalam banyak pengikut tarekat di muka bumi ini.

Begitu dihormatinya beliau, hingga namanya mempunyai banyak sekali pelafalan dan penulisan, seperti Abdul Qadir Jaelani, Abdulqadir Gaylani, Abdelkader, Abdul Qadir, Abdul Khadir – Jilani, Jeelani, Gailani, Gillani, Gilani, Al Gilani, Keilany, dan masih banyak lainnya.

Para pengikut tarekatnya di kemudian hari menamakan jamaahnya sebagai jamaah Tarekat Qadiriyyah. Berikut 5 wasiat terpenting Syakh Abdul Qadir Jailani yang rugi bila kita tidak tahu:

1. Wasiat tentang Syirik 

Syaikh Abdul Qadir Jailani membedakan syirik menjadi dua: (1) syirk zahir (tampak); (2) syirk batin (tidak tampak). Yang termasuk syirk zahir di antaranya menyembah berhala. Sementara itu, yang termasuk syirik batin adalah bergantung pada makhluk, dan melihat mereka dari sisi baik dan buruknya.

Seorang muslim dianggap belum bertauhid sebelum dia terbebas dari syirk zahir. Namun, terkadang  dia belum terhindar dari syirk batin. Dengan demikian, perhatian sang syekh dilakukan dengan cara memberikan penjelasan terhadap masalah tadi. Tentunya, banyak usaha untuk mengobati penyakit tersebut dengan senantiasa menjelaskan bahayanya. Berikut wasiat beliau yang terkenal terkait syirik:

“Nak, diri kalian belum berarti apa-apa. Islam kalian tidak sah. Kalian mengucapkan La ilaha Illallah, tetapi mendustakannya. Dalam hati kalian  terdapat sejumlah tuhan. Rasa takut kalian pada penguasa dan  pemimpin berarti kalian mempertuhan mereka. Bersandar pada usaha, kekuatan, dan kekejaman kalian berarti menganggap itu sebagai tuhan. Melihat baik dan buruk, pemberian dan penolakan makhluk berarti kalian menjadikan itu sebagai tuhan kalian. Bagaimana kalian katakan Lailaha Illallah, sementara di hati terdapat banyak tuhan. Intinya, segala sesuatu selain Allah yang menjadi sandaran dan perlidungan kalian adalah berhala kalian. Tauhid hanya pada ucapan saja tidak bermakna apa-apa jika disertai dengan syirik dalam hati.”

2. Wasiat terkait Berpegang pada Alquran dan Sunah

Syariah Islam adalah syariah yang  berdasarkan Alquran dan Sunah. Oleh karenanya, supaya perbuatan seorang muslim diterima, maka perbuatannya itu mesti sesuai dengan keduanya. Dengan demikian, perhatian sang syaikh untuk menjadikan Alquran sebagai dasar hukum dan mengamalkannya, sangat besar. Sangat sedikit sekali forum pengajiannya yang tidak menyebutkan hal di atas.

Sang syaikh pernah berwasiat, “Orang yang tidak mengikuti Nabi, mengambil syariahnya dengan sebelah tangan, Alquran pada tangan satu lagi, dan dia tidak akan sampai pada Allah, maka dia celaka dan mencelakakan, sesat dan menyesatkan. Keduanya merupakan  jalan kalian: Alquran jalan menuju Allah dan Sunah jalan menuju Rasulullah.”

3. Wasiat tentang Ulama yang Buruk

Di setiap masa ada saja ulama yang perilakunya tidak sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Syaikh melihat bahaya besar dari ulama seperti itu terhadap masyarakat yang melihat perilaku mereka sebelum mempertimbangkan dan mendengar kata-katanya.

Oleh sebab itu, dasar kritikan sang syaikh terhadap ulama sangat kuat. Kata-katanya tegas, karena mereka mengucapkan sesuatu yang mereka sendiri tidak melaksanakannya.  Terkait dengan ini, sang syaikh pernah berwasiat, “Hei musuh Allah dan Rasulullah! Kalian benar-benar zalim dan munafik. Sampai kapan kemunafikan kalian itu?  Hei ulama zuhud! Betapa munafiknya kalian  terhadap raja dan penguasa sampai-sampai mengambil kekayaan dan kenikmatan dunia dari mereka.”

Sang syaikh mengajak dan meminta masyarakat agar tidak mendengar ulama yang seperti itu. Nasihatnya, “Janganlah kalian mendengar mereka yang membahagiakan hati, tunduk pada penguasa, mereka seperti taburan debu, tidak melaksanakan perintah-Nya, dan tidak meninggalkan larangan-Nya. Mereka yang berbuat seperti itu, munafik dan pura-pura. Semoga Allah membersihkan bumi ini dari mereka dan dari kemunafikan. Semoga Allah membukakan pintu tobat dan pintu hidayah kepada mereka.”

4. Wasiat tentang Tasawuf

Syaikh memandang bahwa tasawuf telah menyimpang dari makna sebenarnya. Tampak para sufi melakukan perbuatan-perbuatan menyimpang dengan tujuan untuk membersihkan jiwa. Oleh karenanya, sang syakh segera menasihati mereka.

“Hai orang berbaju kesufian!  Pakailah kesufian kalian bermula dari sanubari, hati, jiwa, kemudian badan. Zuhud berawal  dari situ. Bukan dari zahir ke batin. Jika sanubari bersih, maka hati, jiwa, anggota tubuh, makanan, dan pakaian, akan bersih pula. Kemudian, segala tingkah laku pun akan bersih. Yang pertama kali dibangun adalah dalam rumah. Setelah bangunan rumah selesai, baru kemudian membuat pintu. Tidak berarti bagian luar tanpa ada bagian dalam.”

5. Wasiat tentang Meluruskan Konsep Tawakal

Sebagian orang mengira bahwa tawakal itu menafikan bekerja. Oleh karenanya, syaikh berusaha keras dalam majelis pengajiannya untuk meluruskan pemahaman seperti itu, sekaligus menjelaskan bahwa tawakal itu tidak menafikan bekerja. Berikut beberapa wasiatnya dalam hal ini:

“Belilah keranjang dan bekerjalah. Carilah pekerjaan, maka kalian akan bekerja. Carilah sebab yang wajar dengan terus bekerja dan tetap bertawakal pada Allah!”

“Ambillah keranjang kalian dan bekerjalah sehingga ketika orang menyuruh  kalian akan mudah. Tinggalkan tempat tidur dan selimut. Jangan kemudian dari balik pintu kalian mencari pekerjaan.”

“Para nabi pun senantiasa memadukan antara usaha dan tawakal. Oleh karenanya, orang yang meninggalkan usaha dan mengemis pada orang lain akan mendapat siksa Allah” datdut