JAKARTA, suarakaltim.com– Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah memberi peringatan kepada masyakat untuk mewaspadai adanya upaya segelintir orang yang menciptakan opini bahwa pemilihan presiden (pilpres) ini adalah perang total Pancasila melawan Khilafah. Bahkan buat mereka tidak ada cerita kalah, melainkan harus menang.
“Kenapa peringatan saya adalah ‘Waspadalah’? Karena bisa jadi akibat tingkah laku segelintir orang kita semua terbakar atau kena getahnya. Jadi, mari kita doakan bangsa kita agar terhindar dari pengaruh syaitan yang terkutuk, penebar dusta dan fitnah, tukang adu domba dan penebar ketakutan serta pembisik kepada penguasa yang zalim untuk mencurigai dan membenci rakyatnya,” kata Fahri Hamzah dalam rilis yang diterima Kiblat.net, Ahad (08/04/2019).
Untuk itu, Fahri memohon kepada Badan Intelijen Negara (BIN), Polri, TNI dan seluruh aparat hukum dan keamanan agar membantu sukses pemilu tahun 2019 yang akan digelar pada 17 April nanti. Selain itu, dirinya juga meminta netralitas para penyelenggara pemilu, dalam hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan pihak terkait lainnya.
“Karena gangguan ini terasa, tetapi ada yang menganggap tak ada gangguan. Lihatlah cara persaingan ini terselenggara, banyak yang berat sebelah, banyak yang tak terjawab dan tidak bisa dijelaskan,” kata Fahri.
Menurut pengamatan Fahri, terasa sekali ada mobilisasi aparatur negara bukan untuk menjadi penyelenggara yang profesional, tapi untuk memenangkan calon tertentu. Upaya-upaya tersebut sangatlah kasat mata, dan kasar dibaca dalam berita.
“Apakah ini bukan potensi sengketa dan bahaya? Bisakah ini kita hentikan? Pasti bisa! Ayo kita kerjasama hentikan kecurangan, juga bersikap arif dan bijaksana,” ajak inisiator Gerakan Arah Baru Indonesia (GARBI) itu lagi.
Fahri juga meminta kepada penyelenggara pemilu bersikap independen. Sebab jika terlalu banyak yang tidak bisa dijawab, maka akan banyak yang menjadi sumber kegelisahan.
“Inilah bahaya yang mengancam di depan mata. Ayolah jadi patriot. Jangan korbankan demokrasi kita,” cetusnya.
Fahri mengingatkan, ini adalah pemilu ke-5 setelah reformasi. Yang mana semua tahu mana yang curang, mana yang jujur, dan bahkan semuanya juga tahu bagaimana caranya, modusnya.
“Semakin lama memang kita makin tahu lubang kecurangan yang sejatinya bisa ditutup oleh penyelenggara pemilu. Tapi kenapa lubang dibiarkan? Mari kita waspadai, jangan ada yang menumpang ingin menang dengan cara curang. Jangan ada yang menggunakan fasilitas pemerintah dan kekuasaan untuk menang,” pungkasnya.(kiblat)