SUARAKALTIM.COM– Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. merupakan suatu anjuran yang bernilai ibadah dalam Islam. Variasi bacaan salawat pun bermacam-macam, ada yang hanya shallallah ‘ala Muhammad, ada juga allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad, dan lain sebagainya.
Bahkan anjuran membaca salawat pun dicatat dalam Alquran. Allah Swt. berfirman, “Allah dan para malaikatnya itu selalu bersalawat untuk Nabi Muhammad. (Karena itu), wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian juga membaca salawat dan salam untuk Nabi” (QS Al-Azab: 56).
Karena anjuran itu, Pak Achmad Kaflani bertekad untuk istikamah membaca salawat sejak belasan tahun silam.
Sebelumnya, pria berusia 53 tahun ini merasakan ketidaktenangan batin, dan bahkan ia kerap mempercayai hal-hal mistis yang tampaknya irasional.
“Mungkin kalau sekarang-sekarang ini sama seperti fenomena Dimas Kanjeng. Dulu saya kerap percaya hal-hal mistis yang dilakukan orang-orang yang polanya sama seperti pemilik padepokan itu,” ungkap pria asal Pemalang ini.
Sekitar tahun 2001, pria yang akrab disapa Afan ini bertemu dengan salah satu temannya yang dianggapnya lebih saleh dan alim. Temannya itu bernama Syaikhu.
“Gus Syaikhu, aku njaluk amalane kanggo istikamahan (Gus Syaikhu, saya minta amalan bacaan untuk diistikamahkan),” pinta Pak Afan pada temannya itu.
Setelah meminta berkali-kali dengan serius, akhirnya Afan diberikan amalan berupa bacaan salawat sebanyak 5000 kali dalam sehari. Bacaan salawatnya pun ringan, hanya shallallah ‘ala Muhammad.
Akhirnya Pak Afan pun mengistikamahkan bacaan salawat itu dengan niat tobat, mendekatkan diri pada Allah Swt. dan mengharapkan syafaat Rasulullah Saw.
Setelah mengistikamahkan membaca salawat puluhan tahun, Pak Afan pun merasakan ketenangan batin.
Walaupun hidup ala kadarnya, namun keempat anaknya dapat mengenyam pendidikan di pesantren. Semuanya nyantri di pesantren tanpa dipaksa-paksa dan alhamdulillah sampai selesai.
“Paling tidak kalau anak saya dititipkan di pesantren, nanti kalau saya sudah meninggal mereka mendoakan kedua orangtuanya,” cerita pria alumni Pesantren Salafiyah Pemalang ini.
Selain merasakan ketenangan batin dan anak-anaknya penurut, Pak Afan juga merasakan selalu dicukupkan rezekinya, walaupun harus hutang terlebih dulu.
“Dipermudah menghutang ke orang lain itu juga bagian dari rezeki. Alhamdulillah membayar hutangnya juga dipermudah,” tutur pria yang kini bekerja di salah satu notaris di Jakarta ini.
Menurut Pak Afan, membaca shalawat itu sekalipun terdapat perasaan ria dalam hati, maka pembacanya tetap mendapat ganjaran. Ini berbeda dengan ibadah lain.
Apabila dilakukan dengan ria, maka pahala ibadah itu tidak tercatat di sisi Allah Swt.
Selain itu, Pak Afan juga menyebutkan bahwa seorang yang membiasakan istikamah baca shalawat itu dijembarkan rezekinya dan dicukupkan kebutuhan hidupnya.
“Alhamdulillah Gusti Allah maringi keberkahan sebab membaca shalawat. Apalagi kalau kita berdoa sungguh-sungguh sambil mengucurkan air mata. Bahasa Jawanyandepe-ndepe,” pungkas Pak Afan. gomuslim