Jokowi Ingatkan Ancaman Resesi Ekonomi 1,5 Tahun Mendatang

Presiden Joko Widodo memainkan alat musik saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda (BPP HIPMI) XVI 2019 di Jakarta, Senin 16 September 2019. Musyawarah Nasional XVI HIPMI tersebut bertemakan Melanjutkan Peran HIPMI sebagai Lokomotif Pembangunan Ekonomi Berkeadilan. TEMPO/Subekti.

Jakarta, SUARAKALTIM.COM –  Presiden Joko Widodo memperingatkan dunia usaha mengenai potensi resesi ekonomi yang dapat terjadi pada 1-1,5 tahun yang akan datang. Jokowi menuturkan peluang resesi timbul lantaran tekanan eksternal berupa perang dagang AS dan China yang masih terus berjalan.

“Perang dagang masih terus berjalan, masih menghantui kita. Tekanan-tekanan eksternal baik berupa kemungkinan potensi resesi pada 1 atau 1,5 tahun yang akan datang sudah mulai dikalkulasi, mulai dihitung-hitung oleh para pakar,” kata Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Musyawarah Nasional XVI Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Jakarta, Senin 16 September 2019.

Jokowi mengatakan situasi ekonomi dunia saat ini penuh ketidakpastian dan beberapa negara bahkan sudah masuk dalam proses resesi ekonomi.

“Oleh sebab itu kita harus mempersiapkan diri agar tidak terkena dampak dan bahkan dengan situasi seperti itu kalau bisa kita mampu memanfaatkan peluang-peluang yang ada, sehingga menguntungkan negara kita,” kata dia.

 

Baca Juga :
 
 
 

Jokowi pun meminta agar industri dalam negeri manfaatkan revolusi konsumen 2020 di Indonesia.

“Dalam situasi perang dagang dan ancaman resesi, magnet konsumen kita akan semakin kuat. Sekali lagi hati-hati. Ini akan menarik investasi dunia untuk datang ke Indonesia. Saya titip jangan sampai peluang-peluang, ‘opportunity’ yang ada dipakai oleh merek-merek asing, dipakai negara-negara luar,” kata dia.

Menurut Jokowi, pada 2020 di Indonesia akan ada 141 juta penduduk yang naik kelas menjadi “middle class and a fluent consumers”. Jumlah tersebut meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding 5 tahun lalu yang jumlahnya hanya sekitar 70 juta orang.

“Telah terjadi peningkatan lebih dari 100 persen. Ini besar sekali. Inilah bukti adanya revolusi konsumen di Indonesia. Selain mengalami kenaikan jumlah, sebaran geografis konsumen pun juga semakin merata. Jika 5 taun yang lalu hanya 25 kabupaten/kota yang memiliki konsumen kelas menengah lebih dari 500 ribu orang, tahun depan meningkat 54 kabupaten/kota. Artinya meningkatnya 2 kali lebih. Hati-hati dengan peningkatan seperti ini,” kata dia.

Baca Juga : Nama Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta Jadi Traveloka, Dianggap Menghina

Dampak revolusi konsumen 2020 di Indonesia adalah membuat pasar Indonesia semakin menarik.

“Hati-hati. Jangan sampai yang mengambil manfaat justru dari negara lain, dari asing. Hati-hati ini. Karena artinya apa? Indonesia akan semakin atraktif bagi investasi bisnis global. Hati-hati. Kita akan atraktif bagi investasi bisnis global,” kata dia.

 

Ali Akhmad Noor Hidayat/ Antara