Darwin Sesalkan Tindakan Polisi Brutal Yang Aniaya Wartawan Dan Demonstran

Salah satu tindakan oknum polisi yang masuk masjid dan amankan mahasiswa/Repro
 
SUARAKALTIM.COM-Tindakan represif aparat kepolisian saat menghadapi aksi demonstrasi kembali berulang. Selain tindakan intimidasi polisi terhadap wartawan di Jakarta, ternyata salah satu wartawan di Makassar juga mengalami tindakan keji yang sama.
Muhamad Darwin Fatir, wartawan Antara mengalami pengeroyokan dan penganiayaan oleh aparat kepolisian, saat berusaha meliput tindakan keji oknum aparat kepolisian yang menganiaya para demonstran.

“Oknum polisi itu pun berlarian menangkapi mereka dan terlihat sangat emosional,  lalu memukulinya secara brutal bahkan diantara mereka ada yang berdarah-darah. Padahal mereka belum tentu pelaku kriminal apalagi melakukan aksi anarkis,” demikian keterangan tertulis yang diterima redaksi, Rabu (25/9).

 
 
Baca Juga :

 

  • Demo di Malang : Pagar DPRD Berhasil didobrak, Aksi Berakhir Rusuh
  • BEM Universitas Trisakti Tolak Pemberian ‘Putra Reformasi’ kepada Jokowi ; Tidak Pantas
  • Kapolri: 26 Orang Tewas Dalam Insiden Wamena Karena Kata “Keras” Yang Tidak Sempurna

    Darwin menjelaskan bahwa tindakan represif polisi itu diliput oleh media dan berdampak pada kredibilitas kepolisian di mata publik.

    Setelah diingatkan beberapa oknum polisi malah melarang meliput dan mencoba menghalangi seraya menghardik lalu mengeroyok.

    “Saya dikerumuni mereka lantas dipukuli beramai-ramai seperti mahasiwa tadi. Saya beserta kawan media lain yang juga meliput berusaha mengatakan bahwa kami dari media, wartawan. Tapi kami tetap disikat, hingga kepala saya  kena pentungan, sampai bocor, tangan lebam hingga perut dan dada masih sesak,” cerita Darwin.
    Darwin menyesalkan tindakan represif aparat, padahal yang dia tahu mahasiswa hanya tergerak menyuarakan aspirasi politiknya tanpa ada yang menunggangi.

    “Apakah perlakuan aparat harus sebrutal itu, apakah selama  mereka dididik diajarkan bisa memukuli sodaranya sendiri.Tidakkah penanganan mahasiswa bisa lebih baik dari pada harus refresif mengingat ini adalah agenda nasional yang menggerakkan hampir seluruh mahasiswa di Indonesia,” demikian tulis Darwin. 

 
Angga Ulung Tranggana/rmol