Suara Kaltim – BERKATA Allayarham Guru Bakrie Gambut. Waktu itu ada haji Akbar yang ditandai dengan wukuf di Arafah bertepatan pada hari Jum’at. Dan pada waktu itu juga, kota Mekkah dan Arafah lebih sering diguyur hujan, sesuatu peristiwa langka memang. Aku membawa dan membimbing rombongan haji banua untuk kesempatan haji akbar itu, kata Allahyarham Guru Bakrie.
Pada saat thawaf, lalu dilanjut dengan wukuf di padang Arafah, pada waktu dan tempat yang berbeda ini, aku beberapa kali melihat Syaikhona Abah Guru Sekumpul lengkap dengan pakaian ihram.
Dan yang melihat beliau di Mekkah atau di Mina itu, ternyata bukan aku saja, melainkan beberapa orang jemaah yang aku bawa, mereka bersaksi bahwa telah melihat Syaikhona Abah Guru Sekumpul sedang thawaf dan lagi wukuf di Arafah. Meski terasa aneh, namun aku simpan saja rasa penasaran ini di hati. Karena sebelum berangkat, kata Guru Bakrie, aku sebenarnya sudah bertamu, minta izin dan mohon doa Guru Sekumpul.
Waktu itu syaikhona tidak pernah bilang sekalipun, kalau beliau ingin berangkat Haji. Namun beberapa kesaksian jamaah, membuat aku berkesimpulan bahwa Abah Guru memang berangkat menunaikan ibadah haji, karena menurut dugaanku, beliau memanfaatkan momentum ibadah haji akbar.
Pada hari Ahad sore aku langsung telepon kawanku di Martapura, apakah Majelis Sekumpul masih jalan atau istirahat, karena aku pikir Abah Guru menunaikan ibadah haji. Ohya, Sebagaimana diketahui, saat syaikhona masih hidup, pengajian khusus untuk laki-laki digelar pada hari Ahad sore, ba’da ashar setiap minggunya. Majelis ini diikuti oleh puluhan ribu jamaah yang datang bukan hanya dari pelosok Kalsel, melainkan pula dari kota-kota di Kalimantan dan luar.
Tapi aku kaget dengan jawaban kawanku di Martapura ini, “Majelis di Sekumpul masih tetap jalan kok, seperti biasa Ahad sore.” Dan kami semua jemaah heran karena kami yakin betul Abah Guru Sekumpul terlihat di beberapa tempat walau saat didekati beliau menghilang. Kalau aku saja yang melihat, mungkin bisa salah, tapi berapa orang juga memberikan kesaksian yang sama, melihat syaikhona di beberapa tempat di Mekkah dan Arafah.
(KH Ahmad Bakrie – akrab dipanggil Guru Bakrie atau Abah Guru Gambut – lahir tahun 1956 di Amuntai (Kab Hulu Sungai Utara, Kalsel) dan wafat pada tanggal 1 Februari 2013/20 Robi’ul Awwal 1434 H. Beliau adalah pendiri Pondok Pesantren Al-Mursyidul Amin, Gambut, Kabupaten Banjar, Kalsel. Beliau adalah murid langsung Guru Sekumpul di Ponpes Darussalam Martapura ataupun mangaji baduduk dengan Abah Guru).
Sampai akhirnya aku pulang ke banua lagi. Dan masih penasaran dengan hal itu, lalu selesai Majelis Kamis sore di Sekumpul aku mendatangi ibu Rahmah, adik dari Abah Guru Sekumpul untuk bertanya apakah Abah Guru berangkat haji tahun ini.
Ibu Rahmah berkata bahwa Abah guru tidak berangkat kemana-mana tapi memang ada hal yang aneh, “Waktu itu aku lewat kamar Abah Guru, pintu kamar sedikit terbuka dan tanpa sengaja aku lihat beliau memakai pakaian ihram dan pakaian ihram itu terlihat basah seperti kena hujan.”
Mendengar penjelasan itu, aku pun yakin betul kata Guru Bakrie, bahwa yang aku lihat itu memang betul-betul Abah Guru. “Karena pada saat aku dan banyak jamaah banua melihat syaikhona, Mekkah dan Arafah memang lagi diguyur hujan lebat.” (ayooha.com)
sumber: Group FB Jamaah Abah Guru Sekumpul (JAGS)
FotoAbah Guru Sekumpul sewaktu berhaji/istimewa
BACA JUGA : KISAH ABAH GURU SEKUMPUL LAINNYA KLIK KISAH ABAH GURU SEKUMPUL