SUARAKALTIM.COM– “Buat apa sholat kalau masih maksiat?”
Selorohan macam itu pasti pernah kita dengar di sekitar lingkungan kita. Apa benar sholat kita tak membekas ke perilaku kita? Lalu apa yang salah dengan sholat kita?
Sahabat Rasulullah SAW., Umar bin Khattab pernah menyebarkan sebuah pesan kepada kaum muslimin tentang shalat. Iya, tentang kewajiban bagi seorang muslim.
Baca Juga :
7 Keutamaan Shalat Dhuha yang Luar Biasa
Berbahagilah bagi Anda yang Rajin Shalat Dhuha
13 Keutamaan Mengerjakan Shalat Sunnah
Rapatkan Shaf Ketika Shalat Berjamaah
Dibalik Keutamaan Mengucapkan “Amiin” dalam Shalat Jamaah
Mengapa Allah Sangat Menyukai Orang yang Shalat Tahajud?
“Sesungguhnya urusan yang terpenting bagi kalian adalah sholat. Siapa menjaga sholat, dia menjaga agamanya. Siapa meremehkan sholat, maka dia akan meremehkan perkara lainnya. Dan tidak ada bagian Islam dalam diri mereka yang meninggalkan sholat.”
Akhir dari pesan ini yang menggetarkan jiwa kita. Tidak ada Islam bagi mereka yang meninggalkan sholat
Seperti kita ketahui, sholat adalah barometer keislaman. Umar bin Khattab memahami ini dari Rasulullah SAW. bukan dari hasil olah pikirannya sendiri.
Saat sholat bagus, maka keislaman muslim akan bagus. Sebaliknya, ketika sholat bermasalah, keislaman kita bermasalah.
Apa arti keislaman bermasalah? Apa yang terjadi ketika keislaman kita bermasalah?
Iman seorang muslim bermasalah, iman yang berkualitas rendah. Ini efek samping langsung pada kehidupan seorang muslim.
Apabila iman muslim bermasalah, artinya hidup kita juga bermasalah. Hidup pun akan berkualitas rendah.
Kala kualitas hidup rakyat sebuah negara rendah, maka kualitas hidup sebuah negara akan rendah.
Saat orang melakukan sholat dengan benar, maka kualitas iman akan menjadi tinggi. Kualitas iman yang tinggi sama artinya mutu hidup yang tinggi.
Umar memahami hakikat tersebut.
Saat kualitas hidup rakyat di sebuah negara mencapai tinggi, maka kualitas hidup negara itu menjadi tinggi.
Umar bin Khattab memahami hakikat ini dari baginda Rasulullah SAW., maka Umar memperhatikan sholat rakyatnya.
Sebuah negara yang ingin maju, hendaknya memulai dengan perbaikan sholat sebagai langkah pertama.
Apa hubungan sholat dengan kualitas hidup? Ini tidak bisa dilihat dengan akal telanjang saja. Pun tidak bisa dipahami oleh mereka yang ingkar kepada Allah. Kaum liberal yang ingkar pada Allah, mereka tidak memahami hubungan Allah dengan alam semesta ini. Apalagi dipahami oleh orang yang tidak percaya dengan adanya Tuhan.
Golongan manusia yang meneropong tidak ada hubungan antara Allah dan alam, mereka percaya Allah tidak bisa mengatur alam sama sekali. Efeknya mereka tidak percaya bahwa ada hubungan iman dan kehidupan manusia.
Lalu, mengapa orang yang “sholat tapi kualitas hidupnya kok receh?”, coba tanyakan kualitas sholatnya.
Sekali lagi, Umar bin Khattab itu menjadi contoh bagi pemimpin negara yang peduli pada rakyatnya. Tak hanya aware pada nasib ekonomi rakyat, tapi peduli pada shalat rakyatnya. Umar bin Khattab menjadi contoh bagi setiap penanggung jawab untuk ikut peduli pada sholat bawahannya. Di Indonesia banyak contohnya, ingat dengan perusahaan penyewaan alat berat yang bos mengharuskan karyawannya selamat secara raga dan utamakan sholat?
Salah satu tanggung jawab kepala keluarga adalah sholat keluarganya, contoh yang terkecil. Dan skup yang lebih kecil, jika kita ingin mutu hidup kita meningkat, maka awali dengan meningkatkan mutu sholat. Hingga di sini, sudahkah meyakini kaitan antara mutu sholat dan mutu hidup?
Wallahua’alam. [@paramuda/BersamaDakwah]