“Itu hoaks,” tegas Kepala BBTMC BPPT Tri Handoko Seto kepada ANTARA, Jakarta, Jumat, (13/9).
Seto menuturkan tidak mungkin menciptakan hujan dengan mekanisme mikro menggunakan satu ember air tiap rumah dan ajakan ratusan ribu rumah dengan harapan akan ada jutaan meter kubik uap air.
Nurul Ghufron, akademisi Universitas Jember jadi pimpinan KPK baru
Seto mengatakan banyak persyaratan untuk membentuk awan hujan selain penguapan yang sangat banyak, juga diperlukan pola angin yang mengarahkan uap air agar terjadi kondensasi di suatu daerah. Namun, pola angin tersebut dapat berubah-ubah dan mengakibatkan uap air tertarik entah ke arah tertentu.
Menurut Seto, yang perlu dilakukan adalah tidak membakar hutan dan lahan di musim kemarau agar tidak memperburuk kondisi lingkungan.
“Jangan pernah sekalipun membakar hutan dan lahan di musim kemarau. Kalau lihat api segera dipadamkan,” kata Seto.
Kericuhan terjadi di gedung KPK
“Sediakan baskom air yang dicampur garam dan letakkan di luar rumah, biarkan menguap, jam penguapan air yang baik sekitar pukul 11.00 sampai dengan 13.00 WIB, dengan makin banyak uap air di udara semakin mempercepat kondensasi menjadi butir air pada suhu yang makin dingin di udara. Dengan cara sederhana ini diharapkan hujan makin cepat turun. Semakin banyak warga yang melakukan ini di masing-masing rumah, ratusan ribu rumah maka akan menciptakan jutaan kubik uap air di udara. Lakukan ini satu rumah cukup 1 ember air garam, Sabtu pukul 10.00 serempak.. Mari kita sama-sama berusaha untuk menghadapi kemarau kian parah ini.”
Link Counter:
//news.detik.com/berita/d-3049266/bmkg-pesan-broadcast-pancing-hujan-pakai-baskom-garam-hoax