Setelah Ayah dan Nenek, Ulama Ini Berjasa Besar Membimbing Abah Guru Sekumpul

Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Abah Guru Sekumpul) ketika masih muda. Foto-net
 

BANJARMASIN, Suara Kaltim Online – Masyhurnya Syekh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul tidak terlepas peran para pembimbing sejak kecil. Setelah ayah dan nenek, ulama yang satu ini berperan besar membimbing Abah Guru menjadi sosok yang berilmu mumpuni.

Ulama tersebut adalah Syekh Seman Mulya yang tak lain adalah paman dari Abah Guru sendiri. Sejak kepulangan dari menimba ilmu di Timur Tengah, Guru Seman selain mengajar di Pondok Pesantren Darussalam, juga menggelar majelis di kediamannya di Keraton.

Menurut Tuan Guru H Syaifuddin Zuhri, di awal-awal Guru Seman Mulya menggelar majelis di kediamannya, Abah Guru belum ikut belajar.

“Saat itu, Guru umpat besurung (membagikan) kopi,” ujar Guru Banjar Indah –akrab Guru Syaifuddi dikenal-.

Abah Guru, kata Guru Banjar Indah, saat itu membagikan gelas kopi kepada para santri Guru Seman saat majelis digelar.

Meski belum ikut belajar, perhatian Guru Seman tercurah banyak pada Abah Guru yang masih kecil. Seperti yang masyhur diceritakan, saat kecil Abah Guru diajak temannya bermain ke pasar Martapura. Pasar Martapura berjarak sangat dekat dengan Pasar Martapura, yakni hanya berkisar ratusan meter.

Saat berjalan mau ke pasar, tiba-tiba Abah Guru melihat Guru Seman sedang mengawasi dari kejauhan. Gerak-gerik Abah Guru terus dipantau dan dimata-matai oleh Guru Seman.

Bentuk perhatian lain Guru Seman kepada Abah Guru, pernah diceritakan Abah Guru di majelis yang diasuhnya. Suatu ketika, Abah Guru hadir di majelis ilmu. Ketika hati beliau tersentuh, sehingga sedikit lagi meneteskan air mata, Guru Seman menatap Abah Guru dengan membelalakkan mata (melotot), sehingga Abah Guru tak jadi menangis.

Setelah beranjak remaja, perhatian Guru Seman ditunjukkan dengan mengajar Abah Guru secara khusus, yakni di luar jam pelajaran di Pondok Pesantren Darussalam.

“Setiap pagi sebelum ke Darussalam, Guru Zaini itu mendabit (mempelajari) tiga biji kitab lawan Guru Seman,” ujar KH Mahmud Hasil yang pada waktu itu ngekost di dekat rumah Guru Seman.

“Makanya, Guru Zaini itu alim salah satunya berkat didikan Guru Seman,” sambung Guru Mahmud.

Jika ditanya apa keistimewaan Guru Zaini di mata saya, kata Guru Mahmud. Maka jawabannya adalah ‘alim’.

“Benar-benar alim,” tegas Guru Mahmud, yang sempat belajar dengan Abah Guru sewaktu masih di Keraton, Martapura.

 

Editor: Muhammad Bulkini/apahabar