Cerita PSK ABG di Apartemen Margonda Suka Berpakaian Minim

 

www.suarakaltim.com – Batin warga penghuni Apartemen Margonda Residence 2 sedikit lega. Bukan tanpa sebab, beberapa waktu lalu hunian kelas menengah itu kerap menjadi lokasi prostitusi online. Saat penggerebekan itu, polisi mendapati sebagian dari pelaku sedang bermadu kasih.

Wartawan kriminologi.id pada Jumat, 24 April 2018 mendatangi apartemen Margonda Residence yang terletak di Jalan Margonda Raya. Rupanya, layanan seks di lokasi ini lebih banyak dilakukan mereka yang berusia muda. Bahkan sebagian masih anak baru gede (ABG).

Sama seperti warga penghuni, Ropandi, seorang sekuriti di Margonda Residence mengaku senang dengan adanya penangkapan tersebut.

“Memang harusnya begitu, sih. Kalau enggak ada razia, ya pasti yang begituan (prostitusi) makin banyak di sini,” ujar Ropandi  di Apartemen Margonda.

Menurut dia, PSK dan penyedia layanan seks di Apartemen Margonda sebagian besar memang berusia belasan tahun. Mereka mencari pelanggan secara online.

“Wah banyak, emang bocah-bocah semua yang main begituan. Ya umur-umur belasan lah, 17-18. Sebagian satpam di sini kan ada yang kenal juga sama si ceweknya, karena emang kelihatan dari penampilannya juga,” tutur Ropandi.

Ropandi menjelaskan, ABG perempuan yang menjadi PSK di Margonda Residence bisa dikenalinya melalui gaya berpakaian dan dandanan. Menurut dia, PSK ABG yang beroperasi di Margonda Residence kerap berpakaian minim.

“Emang sih mungkin engga semua gayanya kayak gitu, tapi yang saya tahu dari teman saya yang kenal sama ceweknya, gayanya ya kayak gitu,” tutur Ropandi.

BACA PULA  Penghuni: Prostitusi Online di Margonda Residence Jadi Rahasia Umum

Menurut Kasat Reskrim Polresta Depok, Kompol Bintoro, PSK muda di Margonda Residence direkrut muncikarinya melalui akun media sosial Facebook. Selain dibantu muncikarinya, PSK ABG ini lebih inisiatif mencari pelanggan.

Ropandi mengatakan, perekrutan PSK sebenarnya tidak semuanya melalui akun Facebook. Sebagian dari mereka ada juga yang sudah menjadi PSK sebelum bergabung dengan sindikat prostitusi di Margonda Residence.

“Ah enggak lewat Facebook juga karena setahu saya enggak semuanya muncikari kenal sama si ceweknya. Karena ada juga cewek yang tadinya biasa ‘kerja’ di Kalibata City, kenal sama cewek sini, jadinya diajak bareng. Katanya, kalau di sana (Kalibata City) ada razia, ya pindahnya ke sini,” ujar dia.

Lebih lanjut Ropandi menjelaskan, setelah calon pelanggan tertarik dengan tawaran di media sosial, biasanya tugas muncikari untuk menjemput. Ia mengaku beberapa kali memergoki muncikari tengah menelepon kliennya untuk janjian di Margonda Residence.

“Pas malem sih, pernah beberapa kali saya lihatin banyak anak cowok masih muda-muda kayak nelepon sama om-om gitu. Eh, enggak lama kemudian beneran datang bapak-bapak, ketemuan sama dia, terus dianterin ke apartemen,” kata Ropandi.

Ropandi mengatakan, sebagai petugas keamanan, ia dan rekan-rekannya tidak bisa berbuat banyak untuk menertibkan layanan seksual di Margonda Residence.

“Wah kalau sekuriti kan tugasnya ngamanin area apartemen, supaya jangan sampai ada kegaduhan. Kami (sekuriti) enggak bisa kalau harus nanyain ke setiap orang yang mau masuk apartemen mau pada ngapain. Ya unit yang disewa juga kan punya mereka juga,” pungkas Ropandi.

Ropandi menambahkan, akibat sukarnya mencegah prostitusi di Margonda Residence, keberadan PSK muda di lokasi ini hampir terdapat di semua tower.

“Wah kalau sebelum razia sih masih banyak, hampir di semua tower ada. Tapi, yang paling banyak ya di Mares (Margonda Residence) 2, sih,” tutur Ropandi. sk-007/krimininologi.id