Iklim Investasi Kaltim Masih Dilanda Ketidakpastian

Diterbitkan prokal.co.id Kamis, 03 Januari 2019 11:00

 HARUS FOKUS: Pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota diminta mendorong industri pertanian dan peternakan sebagai pengganti pertambangan dan penggalian, supaya pertumbuhan ekonomi lebih stabil. Salah satunya mengembangkan peternakan sapi di lahan eks tambang.(foto roro/kp)

Harus Lepas dari Industri SDA

PROKAL.CO, BALIKPAPAN – Tahun ini, ketidakpastian diprediksi masih menyelimuti iklim investasi di Bumi Etam. Pengusaha masih wait and see. Faktor global dan infrastruktur yang belum memadai menjadi aktor utama. Di sisi lain daya beli masih cenderung lemah.

Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Balikpapan Yaser Arafat mengatakan, masih banyak faktor yang belum meyakinkan pengusaha untuk menjalankan bisnis di Kaltim. Utamanya kondisi global, yang masih berfluktuasi. Tidak ada kepastian yang jelas.

“Bagi investor asing, tahun ini pasti kurang agresif melakukan investasi khususnya di Kaltim. Mulai dari dolar, perang dagang dunia, dan faktor eksternal lainnya membuat mereka masih belum melirik peluang investasi. Sampai saat ini belum ada kepastian pasar global,” tuturnya, Rabu (2/1).

Sementara itu, pengusaha lokal juga masih wait and see. Sama dengan asing, faktor eksternal cukup berpengaruh. Membuat strategi perusahaan, bisa jadi tidak bisa satu tahun, namun per triwulan atau bahkan per bulan. Kondisi sekarang ini masih tidak menentu.

Dolar, kemungkinan pada 2019 ini akan naik lagi. Hal itu bakal menjadi pukulan cukup keras bagi negara dan juga daerah. Apalagi pengusaha. Emiten batu bara dan migas saat ini masih belum membahagiakan. Akhir tahun lalu justru mengalami penurunan. Tahun ini, bahkan belum ada gambaran.

“Komoditas utama Kaltim lainnya, kelapa sawit juga demikian. Bahkan Eropa melarang impor CPO. Saat ini komoditas ini mengalami kejatuhan. Harga masih berada di titik rendah,” terangnya. Dia memprediksi, laju pertumbuhan ekonomi tidak jauh berbeda dengan tahun ini, di angka 3 persen.

Sementara itu, dari faktor internal dipengaruhi neraca perdagangan yang defisit ditambah utang yang besar. Kondisi ini tidak jauh beda dengan 2018. Imbasnya ke daerah. Anggaran belanja daerah jadi tipis. Walhasil aktivitas pembangunan daerah berjalan lambat.

“Suatu daerah dapat berkembang jika belanja pemerintahnya baik dan jelas. Dan iklim investasi positif. Pengusaha membutuhkan kepastian. Tanpa kepastian jelas, pastinya enggan untuk berinvestasi. Gubernur baru (Isran Noor, Red) kami harapkan bisa mengeluarkan kebijakan yang baik untuk iklim investasi. Sehingga baik investor lokal dan asing mau melirik Bumi Etam,” tuturnya.

Kendati demikian, beberapa proyek besar yang ada di Kaltim tahun ini cukup mendorong kegiatan ekonomi setempat. Paling utama proyek refinery development master plan (RDMP) Kilang Balikpapan. Megaproyek ini, tahun ini bakal mulai melakukan pembangunan.

“Selain menyerap tenaga kerja cukup besar. Proyek ini bakal menggerakkan ekonomi daerah mulai dari bawah hingga atas. Imbasnya bakal terasa. Perputaran uang akan meningkat,” imbuhnya.

Terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kaltim, Slamet Brotosiswoyo mengatakan, sudah waktunya Kaltim lepas dari sumber daya alam (SDA). Sejauh ini, diversifikasi ekonomi belum berjalan baik.

“Ketika batu bara dan migas membaik. Ekonomi Kaltim ikut membaik. Terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang sempat anjlok hingga minus, 2017 lalu merangkak naik positif. Itu juga pengaruh batu bara dan migas yang menguat,” terangnya.

Ketika kondisi ketidakpastian kembali menghajar, perlahan laju ekonomi melambat. Tecermin dari daya beli yang jauh dari harapan. Pemerintah provinsi dan kota/kabupaten diharapkan segara merencanakan strategi guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Potensi yang adalah pertanian dan peternakan. Pariwisata bisa, tapi belum maksimal.

“Ya, peternakan paling mudah. Lahan yang luas bahkan lahan bekas galian tambang bisa disulap menjadi lading peternakan. Bibit sapi bisa didatangkan. Kembangbiakkan sapi. Ketika sudah besar, kembangkan industri hilirnya. Jadi saling berkesinambungan. Itu juga membuat daerah kita ini tidak bergantung lagi kepada daerah lain,” terangnya.

Kemudian, pertanian, skill petani di Kaltim tidak kalah dengan petani di Jawa dan Sulawesi. Hanya perlu pengarahan dan kepastian. (aji/ndu/k15)

SUMBER BERITA ASLINYA