Suara Kaltim – Yael Sinaga dan Widiya Hastuti, dua wartawan muda dari Medan, meraih Penghargaan Oktovianus Pogau untuk keberanian dalam jurnalisme dari Yayasan Pantau. Sinaga dan Hastuti berani lakukan gugatan hukum terhadap rektor Universitas Sumatera Utara Runtung Sitepu, yang memberhentikan semua awak redaksi, thus membredel media mahasiswa Suara USU pada Maret 2019. Mereka kalah di pengadilan
CERITA DI BALIK BERITA
Oleh : Linda Christanty PERTENGAHAN November 2000. Musim hujan kembali lagi. Langit berwarna abu-abu tua. Saya melamar kerja sebagai wartawan di majalah Momentum Nusantara. Kantor majalah ini terletak di daerah Tebet, Jakarta, di sebuah rumah berlantai dua, bergaya modern. Dua minggu kemudian, lamaran saya diterima. Pada akhir November, Momentum Nusantara sudah
oleh : Imam Shofwan Apa yang mesti dilakukan wartawan ketika meliput minoritas? Ketika pasal-pasal, fatwa-fatwa, tokoh-tokoh pemerintah dan keamanan, para ulama mendukung diskriminasi terhadap minoritas. Dari “Bentrok” hingga “Sakit Jiwa” Haluan Padang memuat artikel berjudul Seminggu Ditahan, Aleksander Aan Minta diSyahadatkan, Januari 2014 . Meidella Syahni, penulis artikel ini, membuat judul dari
Oleh: Beggy Rizkiyansyah MARCO Di Lauro hampir terjatuh dari kursiya, ketika ia melihat foto jepretannya di internet. Foto karyanya menangkap deretan jenazah anak-anak di Irak tahun 2003. Namun BBC menayangkan foto tersebut sebagai korban konflik di Houla, Suriah tahu 2012.(David Turner: 2012) BBC kemudian menyadari kesalahan mereka dalam berita tersebut. Kekeliruan BBC karena tidak
Ini cerita lama di balik berita. Sebagai wartawan saya pernah ketipu. Berita di koran harian Suara Kaltim yang berjudul Dana Parpol digunakan Untuk Pelihara Kambing. Ceritanya begini ; Samarinda, 1999 Kriiing … telepon di kantor Surat Kabar Harian (SKH) Suara Kaltim berdering. Saya mengangkat telepon. Setelah mengucapkan salam, suara di telpon mengatakan dirinya ingin
Febriana Firdaus mendapatkan Penghargaan Oktovianus Pogau untuk Keberanian dalam Jurnalisme dari Yayasan Pantau hari JAKARTA, 31 Januari 2017 – Febriana Firdaus, seorang wartawan yang punya nyali meliput beberapa kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia, mendapatkan Penghargaan Oktovianus Pogau untuk Keberanian dalam Jurnalisme dari Yayasan Pantau hari ini. “Febriana Firdaus meliput tragedi 1965,
Desember 2013. Citra Dyah Prastuti liputan soal pangan di sebuah desa di Siem Reap, Kamboja. Siaran Pers Yayasan Pantau Jakarta, 31 Januari 2018 – Citra Dyah Prastuti, seorang wartawan yang kini memimpin ruang redaksi Kantor Berita Radio (KBR) di Jakarta, mendapat penghargaan Oktovianus Pogau untuk keberanian dalam jurnalisme dari Yayasan Pantau. “KBR sejak
Ringkasan laporan survey “Persepsi Wartawan Indonesia Terhadap Islam dan Jurnalisme,” yang digelar di 16 provinsi dan mewawancarai 600 wartawan pada 2012. Temuan-temuan menariknya, antara lain: media dan wartawan bekerja dengan lebih bebas dan menjalankan fungsinya dengan baik. Kelemahan justru ditemukan dalam diri wartawan sendiri: kurangnya profesionalitas, korupsi di kalangan wartawan atau “budaya amplop”, dan rendahnya
JULI 2001 adalah bulan yang paling menguras emosi warga Nahdatul Ulama. Pemimpin mereka, Presiden Abdurrahman Wahid, jadi bulan-bulanan media. JULI 2001 adalah bulan yang paling menguras emosi warga Nahdatul Ulama. Pemimpin mereka, Presiden Abdurrahman Wahid, jadi bulan-bulanan media. Praktis tiada hari tanpa hadirnya laporan dan ulasan media yang memojokkan Wahid. Saat itu suasana sendu
PERTENGAHAN 1980-an, pertumbuhan ekonomi Indonesia tinggi, pabrik dibangun di mana-mana. Pengusaha lahir, baik dari usaha sendiri maupun kedekatan dengan penguasa. Waktu itu muncul istilah konglomerat—pengusaha yang menguasai banyak bidang usaha. Satu di antara konglomerat itu Sukamdani Sahid Gitosardjono. Ia mulai bisnisnya dengan percetakan kecil NV Harapan Masa pada 1955. Ia menjalankan dua mesin handpress,