baca dalam 2.54 mintues
Suara Kaltim – Siapa Drew Sullivan, yang baru baru ini memasukan nama Presiden RI ke 7 Joko Widodo, sebagai finalis tokoh Kejahatan Terorganisasi dan Korupsi 2024?
Sullivan bukan hanya seorang jurnalis, melainkan juga seorang wirausahawan sosial yang telah mengubah wajah jurnalisme investigasi global.
Sebagai salah satu pendiri sekaligus penerbit Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP), Drew Sullivan telah menjadikan organisasi ini sebagai benteng bagi kebenaran, menghadirkan suara-suara yang biasanya terpendam di balik layar kekuasaan.
Dari Langit Dirgantara ke Dunia Investigasi Lahir dengan otak seorang insinyur dan jiwa seorang seniman, Drew memulai kariernya jauh dari dunia jurnalistik. Ia adalah seorang dinamisator struktural di proyek pesawat ulang-alik Rockwell Space Systems, sebuah peran yang membawanya dekat dengan bintang-bintang, secara harfiah. Namun, hatinya terpanggil untuk hal yang lebih membumi—kebenaran. Dengan gelar Teknik Dirgantara dari Universitas Texas A&M, ia berbelok tajam ke dunia jurnalistik, membangun karier yang sama-sama mengandalkan logika tajam dan kreativitas tanpa batas.
Mendirikan Pusat Kebenaran
Tahun 2007 menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya. Bersama Paul Radu, Drew mendirikan OCCRP, sebuah organisasi yang kini berdiri sebagai salah satu benteng jurnalisme investigasi terbesar di dunia. Sebelumnya, ia telah mengukir jejaknya dengan mendirikan Center for Investigative Reporting di Bosnia-Herzegovina. OCCRP di bawah arahan Drew tidak hanya mencatatkan nama besar melalui pengungkapan seperti Panama Papers, tetapi juga menjadi simbol keberanian jurnalisme di era di mana kebebasan pers terus diuji.
Di balik penghargaan demi penghargaan—Daniel Pearl Award, European Press Prize, hingga Pulitzer untuk kolaborasi OCCRP pada Panama Papers—terdapat filosofi yang sederhana: bahwa jurnalisme adalah alat untuk memberdayakan masyarakat, bukan sekadar melaporkan fakta.
Membentengi Jurnalisme dari Serangan Hukum.
Tak cukup dengan membongkar kejahatan, Drew juga menciptakan Reporters Shield, sebuah inisiatif perlindungan hukum untuk jurnalis investigasi dan LSM. Program ini menjadi perisai bagi mereka yang sering kali menghadapi serangan SLAPP (Strategic Lawsuit Against Public Participation) dan ancaman hukum lainnya.
Sisi Lain Sang Visioner
Namun, Drew bukanlah orang yang hidup semata-mata di bawah tekanan pekerjaan. Sebagai mantan komedian tunggal, ia tahu bagaimana menyampaikan kisah yang menggugah sekaligus menghibur. Ia bahkan telah berakting dalam empat film dan memainkan bodhran—alat musik tradisional Irlandia—dalam satu-satunya grup musik Celtic di Balkan.
Di tengah semua kesibukannya, Drew tetap membawa kesan bahwa ia adalah orang yang merayakan kehidupan, baik dalam perjuangan untuk keadilan maupun dalam momen-momen sederhana seni dan humor.
Sebuah Warisan yang Terus Berkembang
Drew Sullivan adalah perpaduan langka antara insinyur, seniman, dan pendobrak keadilan. Dengan tangan dinginnya, ia telah membangun platform global yang melampaui batas-batas geografis dan politik. Di dunia yang penuh kebohongan, Drew adalah pengingat bahwa kebenaran, meski sulit, selalu layak diperjuangkan.
Dalam laman resminya, OCCRP menyebut bahwa nominasi untuk daftar pemimpin dunia yang terkorup ini, melibatkan jurnalis, akademisi, pelaku bisnis, hingga penegak hukum dari seluruh dunia. Proses ini dilakukan secara transparan, terbuka untuk publik, dan melibatkan jaringan luas komunitas global mereka.
“Kami meminta (voting) nominasi dari para pembaca, jurnalis, juri Person of the Year, dan pihak lain dalam jaringan global OCCRP. Para finalis yang memperoleh suara terbanyak tahun ini adalah: Presiden Kenya William Ruto, Mantan Presiden Indonesia Joko Widodo, Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu, Mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina, Pengusaha India Gautam Adani,” demikian laporan OCCRP, Selasa, 31 Desember 2024.
Penerbit OCCRP Drew Sullivan mengatakan korupsi merupakan bagian mendasar dari upaya merebut kekuasaan negara dan menjadikan pemerintahan otokratis berkuasa.
“Pemerintah yang korup ini melanggar hak asasi manusia, memanipulasi pemilu, menjarah sumber daya alam, dan pada akhirnya menciptakan konflik akibat ketidakstabilan yang melekat pada diri mereka. Satu-satunya masa depan mereka adalah keruntuhan yang kejam atau revolusi berdarah,” kata Sullivan.