Mahmud Jauhari Ali (MJA adalah sastrawan nasional asal Kalimantan Selatan. Lahir di Banjarmasin pada tanggal 15 Januari 1982. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di surat kabar harian, majalah, tabloid, jurnal ilmiah, dan beberapa laman kebahasaan dan kesastraan. Ia Juga mengelola laman pribadinya di www.mahmud-bahasasastra.co.cc. atau www.mahmud-bahasasastra.blogspot.com. Laman itu pulalah yang mengantarkannya sebagai Juara II Tingkat Nasional dalam Lomba Blog/Laman Kebahasaan dan Kesastraan yang diselenggarkan oleh Pusat Bahasa (sekarang Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa), Jakarta dan Balai Bahasa Bandung tahun 2009.
Buku-buku karangan tunggalnya yang telah terbit adalah Lingkar Kata, Kupu-Kupu Kuning, Demi Pernikahan Adik, Menanti Tamu Lebaran, Bulan di Padang Lalang, Imanku Tertelungkup di Kakinya, Lelaki Lebah, Selia, Cinta di Tepi Geumho, Kudekap Hatinya di Bawah Langit Seoul, Galaupolitan, Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo, My Love Is A White Hacker, Cinta di Tepi Gaza, The Sweetest Heart, A True Love in Baghdad, The Miracle of Love, My Restaurant, My Love, and My Future, Pahari, Dear Coboy Junior: Wait Me in Your Concert, Dear Coboy Junior (2): I Will Always Support You, Teror Tengah Malam, Ganteng-Ganteng Setan, Pacar ke-13, 13 Kisah Horor di Asrama, 13 Kisah Horor Malam Jumat Kliwon, dan beberapa buku lainnya seperti Mengenal Rumah Tradisional di Kalimantan. Dia juga mengeditori kumpulan cerpen Senja di Teluk Wondama yang memuat 11 cerpen pilihan bertema bahasa dari seluruh Indonesia.
Salah satu hasil kerjanya, sejak 2006, bersama para pakar leksikostatistik dan dialektometri telah dijadikan sebuah Peta Bahasa resmi di Indonesia pada tahun 2008.
Karya-karyanya juga dimuat dalam beberapa antologi bersama, di antaranya Di Merah Fajar Esok Pagi (antologi bersama Komunitas Sastra Indonesia Cab. Kertak Hanyar), Risalah Penyair Gila (antologi esai bersama Ahmadun Yosi Herfanda, dkk), Doa Pelangi di Tahun Emas (antologi puisi Aruh Sastra 2009 bersama Arsyad Indradi, dkk), Menyampir Bumi Leluhur (antologi puisi Aruh Sastra 2010), Menjaring Cakrawala (antologi puisi bersama Isbedy Stiawan ZS, dkk), Kalimantan dalam Puisi Indonesia (antologi puisi Dialog Sastra Se-Borneo—Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam bersama Korrie Layun Rampan), Akulah Musi (antologi puisi Pertemuan Penyair Nusantara V2011—Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand), Seloka Bisu Batu Benawa (antologi puisi Aruh Sastra 2011), Beranda Rumah Cinta (antologi puisi bersama Dimas Arika Mihardja, dkk), Tuah Tara No Ate (antologi sastra Temu Sastrawan Indonesia IV, Ternate, 2011), Suara 5 negara (antologi puisi bersama perwakilan penyair lima negara di Asia Tenggara), Sungai Kenangan (antologi puisi Aruh Sastra Kalimantan Selatan 2012), dan Sauk Seloko (antologi puisi Pertemuan Penyair Nusantara VI 2012—Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand ).
Makalahnya berjudul Bahasa Indonesia, Film Nasional, dan Generasi Bangsa dimuat di majalah Nawala, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta tahun 2008. Pada tanggal 16—18 Mei 2008 menjadi pemakalah dalam Seminar Bahasa Nasional di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ia diundang pula oleh pihak Universiti Malaysia Sarawak untuk menjadi pembentang/pemakalah dalam Konferensi Antaruniversiti Se-Borneo IV tahun 2008 (makalah yang diterima adalah Peranan Mamanda terhadap Eksistensi Bahasa Banjar).
Dalam Kongres Bahasa tahun 2008, makalahnya berjudul Mantra Banjar: Bukti Orang Banjar Mahir Bersastra Sejak Dahulu diterima sebagai makalah kontribusi. Makalah itu juga diterima dalam Persidangan Seni Kebangsaan 2009 di Universiti Malaysia Sabah dan dimuat dalam Jurnal Meta Sastra, Bandung.
Sebagian karyanya dijadikan bahan penelitian dan skripsi, diantaranya adalah, Konsistensi Keimanan Tokoh Utama pada Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali dengan Novel Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Suatu Kajian Bandingan (Beta Puspa Sari, FKIP, Universitas Bengkulu), Religiusitas Tokoh Utama dalam Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali Suatu Tinjauan dari Sudut Pandang Psikologi Agama (Ireb Intan Putri, Hasnul Fikri, dan Dainur Putri, Jurnal FKIP, Universitas Bung Hatta), Konsep The 7 Islamic Daily Habits dalam Novel Pahari Karya Mahmud Jauhari Ali (Nailiya Nikmah, Jurnal FKIP, Universitas Negeri Borneo, Tarakan), Analisis Kajian Semiotik dalam Novel Sebait Cinta Di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali (Mawaddah Warohmah Azhari, FKIP, Universitas Islam Riau), Analisis Psikologis Tokoh dalam Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali (Hendra Jayadi, STKIP PGRI Banjarmasin), Kajian Etnografi Terhadap Novel Sepasang Matahari Karya Mahmud Jauhari Ali, (Rahmayana, STKIP PGRI Banjarmasin), Kritik Sastra Feminis dalam Novel Cinta di Tepi Gaza Karya Mahmud Jauhari Ali (Jonika, STKIP PGRI Banjarmasin), Nilai-nilai Moral pada Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali (Izzatul Yazidah, STKIP PGRI Banjarmasin), Warna Lokal Kalimantan dalam Novel Lelaki Lebah Karya Mahmud Jauhari Ali (Julia Ellysa, STKIP PGRI Banjarmasin), Nilai Moral dalam Kumpulan Cerpen Imanku Tertelungkup di Kakinya Karya Mahmud Jauhari Ali (Yuli Annisa, STKIP PGRI Banjarmasin), dan Analisis Konflik Tokoh dalam Novel Sebait Cinta di Bawah Langit Kairo Karya Mahmud Jauhari Ali (Rina Wulandari, FKIP, Universitas Islam Riau).
Puisi-puisi Mahmud Jauhari Ali, di antaranya
Dan, Kau Aku
aku adalah kau
begitu pula kau adalah aku
serupa dua air yang kehilangan rupa
menjadi setubuh cahaya
di jalan sunyi yang syahdu dalam kalbu
diam-diam embun melukis kau dan aku
bulat satu menggantung di ujung daun
hilanglah segala kata
remuk segala suara
hening dalam bening
dan batin sehangat malam
tinggallah bahagia menatap wajahmu
cahaya segala cahaya
2017
Di Mana Aku
andai kau bertanya di mana aku
aku pemabuk yang lupa pulang
semua tempat adalah kau
melingkupi segala
di bukit yang terjal aku biasa mabuk
aku tersandung batu lalu jatuh merebahi rumput
paginya aku turun bukit dan mabuk lagi
lalu aku tertidur
ketika siang, kudapati jasadku terkapar dalam kusut
oh, di mana aku
carilah aku di hatimu
dan kau di hatiku
karena kaulah tuak sejatiku
berbulan-bulan,
bertahun-tahun aku mabuk dirimu
siang jadi malam,
malam tak jadi apa-apa
tiada wujud
kecuali mabuk
kau, dan kau lagi
di segala ruang hatiku ada kau
sebagai dirimu, sebagai rumahku
2015
Di Tempat Suci
ada angin
ada hujan jatuh menderai
ada yang jatuh
99 asma disebut-sebut
lalu darah mengalir
roh-roh dijemput
yang ditinggal berkaca-kaca
lalu menyeka air mata
duka dan suka berbaur
sebab pergi
tapi menuju ilahi
sedang udara tak lagi mengamuk
liang-liang pun menganga
siap menampung yang dijemput
lalu kita
adakah serupa mawar dalam diri
hidup di tangkai kecil dan dahan-dahan duri
tertimpa hujan, menahan terik
lalu mekar menikmati pelangi
2015
Gadisku
di sudut gang aku menunggu gadisku
wajah rembulan beralis ranum
mata sipit selengkung sabit
samar-samar kulihat para jejaka mengintipku
mata-mata pelangi yang rindu wajah gadisku
kulihat udara berparas angsoka
aku menunggu, mereka menunggu
ribuan lilin menyala
lensa-lensa membidik cepat
tapi wajah gadisku tersembunyi di balik gerhana
entah suara atau dongeng lama
aku mendengar gadisku
memantul ke telinga
semerdu petikan senar dari not-not balok
angka-angka dan simbol-simbol suara
oo… gadisku,
dalam jalinan angka usia
rohnya melampaui wajahnya
rembulan sewarna perak menyala
dan di sudut gang aku mengkhayal tentang gadisku
tubuhnya terlepas dari gerhana
tampaklah wajah rembulan beralis ranum
lalu aku menyebut namanya, manggilnya, “Merdeka!”
tapi bilakah itu tiba? menjadi nyata
2015
Alas Langkah
adalah sepasang langit yang berpindah-pindah tempat
berganti-ganti kaki, hingga terbuang, lalu mati
suatu sore, di bawah gerimis
sepasang langit pernah berada di anak tangga masjid
menunggu pemuda yang sedang khusyuk dalam wirid
dan seorang pemuda lain membawa mereka diam-diam
menukarkannya dengan angka-angka
menjadi bilangan dan riang tawa
di sebuah mal, sepasang langit berjalan-jalan
di jalan, mereka terdiam
sementara selembar daun di atas aspal tertindih batu legam
sebab warna hijaunya telah menjelma dahaga
waktu pun bergulir,
mereka yang sepasang itu kian usang
warna biru menjadi abu-abu campur debu
lalu pemuda berambut cokelat itu
meninggalkan sepasang langit, dalam diam
2015
Dekat Rumah Duka
di dekat rumah duka aku menyiram sebuah wajah
ada kuntum bunga segar sedang mekar
angin berembus
ada aroma pesing, seorang anak berdiri sambil kencing
lalu pergi dengan suara yang bising
kutengok kembali rumah di dekatku
tanda-tanda suci yang kurindukan melekat tiada henti
sementara angin masih berembus
dan aku melangkah
menujunya
semerbak harum menyergapku tiba-tiba
seperti di taman bunga
kelopak-kelopaknya mekar penuh warna
sedangkan di sini, di tempatku menyiram wajah ini
ada pampers yang terselip di selokan
tiga filter rokok menyumbat lubang klosetnya
air kuning menggenang di lantai kotak-kotak
dan tragis, darah menempel amis
kusiram-siram, kusiram-siram
kuangkat dan kupel
menjadi punah
semuanya suci
tapi bilakah akan menepati janji
mengabdi dalam iman yang abadi
2015
Tanah Leluhurku
tanah leluhurku ada dalam peluh bapakku
yang membulir di antara rindu dan bayang-bayang semu
sementara napasku terus bergulir,
bagai uang recehan yang menggelinding
jauh di sepanjang kaki langit,
menelusuri jejak menuju maut
dan setelah bertahun-tahun berlalu,
kutemukan tanah leluhurku meneteskan air mata
rumah-rumah serata tanah
pohon-pohon mengalir
pemakaman massal menggunung
masjid-masjid retak
jasad-jasad terpendam serupa jenazah
lalu mati menghadap ilahi
teriakan pun pecah
bocah-bocah kehilangan orang tua
janda-janda menelan kehampaan
duda-duda mengeruk tanah-tanah
memendam nelangsa, melakoni hidup
pada lembar-lembar usia yang tersisa
siang dan malam tanah leluhurku menari-nari dalam pikiranku
tak mau diam
tak sunyi
tak mau pergi
membujukku terbang menujunya
membebat luka dan duka di sana
: di tanah kelahiran leluhurku
2014
Peluklah Derita, Peluklah Mereka
Bukit Meratus seperti cerita bapakku
tentang hewan-hewan ternak, sayur-mayur,
permainan-permainan kuno,
dan cara mengeja huruf-huruf arab dengan nyanyian khas wali-wali
yang tak terjamah oleh anak-anak kota
di dekat Bukit Meratus pula,
aku duduk di depan layar cembung
yang menyiarkan tanah tempat tafakur bapakku longsor
menerjangi segala di bawahnya
: rumah-rumah, hewan-hewan ternak, sayur-mayur
juga puluhan warga, hingga jeritan melayang ke udara
seperti air yang menguap menjadi awan
lalu jatuh menjelma tangisan
di dekat Bukit Meratus,
terkenang segala ingatan tentang bapakku
juga kalimat yang pernah keluar dari mulutnya,
“Peluklah derita, peluklah mereka.
Melihat saja, hanya akan menebar derita dalam dada!”
2014
Jasad-Jasad yang Terkubur
pucuk ranum, kuncup bunga, ranting muda,
dan butiran debu di batang tua, malayang diterjang badai
bagai perahu yang merapat tanpa jangkar. sejenak,
lalu berlayar menciptakan gelombang pada suhu yang hangat
dan suatu waktu yang pasi
tawaku terbahak-bahak, tapi seketika pula
suaraku itu terkubur dalam-dalam bersama jasad-jasad
yang diterjang dan ditimbun tanah
dengan beban berton-ton
seandainya semua itu hanyalah film fiksi,
tentang korban alam yang hancur,
aku hanya membulirkan air mataku
sambil menghabiskan berlembar-lembar tisu milik kekasihku
tapi ini sebuah nyata, yang tak bisa berhenti
hanya dengan menekan tombol off televisi
mataku pun nanar, suaraku tersangkut di tenggorokan
dan mirisku telah menjelma kepedihan dan doa-doa
sementara jasad-jasad itu,
seakan berkata, “inilah kehendak Tuhan. maka, berbahagialah!”
2014
Sebuah Halusinasi
“terima kasih terkadang hanyalah sebuah halusinasi,” bisikmu
serupa hayalan tentang negeri harapan
saat berjuta bendera berkibaran
di antara lambaian daun-daun ubi
pada cuaca yang benderang
saat anak-anak tertawa riang
aku tak tahu maksudmu tentang terima kasih itu
tentang halusinasi, tentang bendera, atau keriangan
yang kutahu daun-daun mengering
tanah meretak-retak
sungai-sungai kecil kehabisan airnya
lahan gambut terbakar
asapnya menjelma kabut
seperti udara di negeri yang kelabu
langit pun seakan dekat dan tangan-tangan telah menggapainya
meraih cita-cita dalam kabut yang kian pekat
sementara di taman kanak-kanak
bocah-bocah kecil diajarkan berterima kasih
lalu mereka mengatakannya dengan cara yang polos
orang-orang tua tersenyum mendengarnya. tetapi,
aku tiba-tiba ragu ketika mereka berterima kasih kepada presiden
juga wakil-wakil rakyat di parlemen
tanpa tahu siapa orang-orang penting itu
mungkin itukah maksudmu,
terima kasih terkadang hanyalah halusinasi
ujaran tanpa kesadaran saat menyatakannya
bahkan, orang dewasa kadang mengutarakannya pula
namun di belakang, hatinya kesal setengah mati
2015
Mantra Cinta
mantra dari kata
kata dari bayangan dalam broca
wajah kekasih adalah bayangan
maka jadilah mantra cinta
sebuah perahu menuju dermaga
menemui bibir kekasih yang rindu jejaka purba
mengharap beribu kecupan singgah di hati jingga
“cintaku jauh di pulau,” ucap Chairil
tapi mantra mengayuh perahu
sampai di pelabuhan
dua sosok saling menghadap
empat mata berpelukan
tangan berjabatan hangat
sehangat darah yang mengalir dalam dada pencinta
dan cinta masih didekap mantra
mantra dihidupi cinta
2015
Ket:
broca: otak kanan (belum ada padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia untuk istilah ini?
Di Bawah Jembatan Kahayan
di bawah tubuh rebahnya itu tak ada perahu
tak ada pula gerak gelombang yang memburu
kubuka kembali guratan warta di tanganku,
“rupiah terjungkal,
banyak usaha gulung tikar.”
ooh, gulung, menggulung-gulung
maka terbayanglah sebuah gulungan di kepalaku
dan tadi malam,
ada sebuah gulungan tikar milik gadis penjual udang
di tengah gulungan itu ada lubang
serupa terowongan panjang
jalan musafir yang rindu pulang
lalu kubuka lagi sisanya,
“tenaga-tenaga asing mengisi negeri.”
segera terbayang kembali olehku gulungan tikar gadis itu
terowongan panjang
jalan masuk yang lengang
seperti air mengalir dari jauh,
sampai di sini
sementara anak-anak negeri bernyanyi di bawah merah putih
dan kudengarkan pula lagu kebangsaan dari dekat tanganku
“Indonesia tanah airku, tanah tumpah darahku.”
aku menyapa, dia menyapa
lalu sebuah kalimat pendek keluar dari mulutnya,
“ada 222 titik api di Kalimantan ini.”
aku tersadar
napasku tersengal
dadaku menyempit
kuhadap langit,
tak ada biru,
tak ada putih
hanya abu-abu yang kelabu menyambutku
2015
Remang-Remang yang Panjang
suatu malam setelah pesta usai, kudapati tiang-tiang baru
di tiap tiang itu ada bola lampu
tapi aku melihat semuanya bukan karena lampu-lampu itu
melainkan purnama menjelma pelita besar yang menyala
mungkin sebuah kemakluman, pikirku
lampu-lampu itu tertidur di jalan sunyi sambil bermimpi:
menyanyikan lagu-lagu kemesraan
dalam detik-detik penuh cinta
sebelum fajar menyingsing,
kemudian malam pun punah ditelan matahari
dan mendadak sebuah ingatan menyala di kepalaku
sebuah rangkaian kata tertimpa cahayanya,
“upeti-upeti jalan.”
di manakah upeti-upeti itu disembunyikan
tampaknya sejarah selalu diingat dan dikenang
bahwa papah dan mamah selalu menang
sedangkan jelata hanya diperah dan dijajah
menahan amarah dalam dada yang parah
2015
Kerajaan Terakhir Satwa Borneo
sebuah delta, pulau hijau
hutan mangrove seperti rimba belantara
di atasnya lengkung langit membiru
Jembatan Barito membentang panjang
di dalam rimba bekantan mengunyah rambai
biawak berlari-lari
elang terbang melayang
dan ikan bakut asyik berenang-renang
di sekitarnya perahu kelotok bernyanyi riang
gelombang menari-nari
kapal tongkang ditarik hingga jauh
sementara gunung-gunung batu hitam menumpang di atasnya
sedangkan di seberangnya pasir sungai menumpuk
butir-butirnya diangkut truk
lalu semen setubuh pasir
gedung-gedung terbangun
menggerus sawah dan kebun-kebun subur
dan di Pulau Bakut ini angin masih berembus
daun-daun sama berbisik
tanah basah ditumbuhi akar-akar
satwa pun beranak-pinak
merekam jejak pada zaman sendu yang kian liar dan rusuh
2015
Tentang Kabut dan Hujan
“kembali ke Palangka,” ucapku
kau merengut
detik jam berhenti sebeku tubuhmu
napasmu tersengal
wajahmu merah padam di dekat kerudungmu yang abu-abu
aku tahu, kembali ke kota itu
adalah memunguti masa kelammu
rumahmu menjadi arang
kabut asap menyerang paru-parumu
lalu kekasihmu kabur di luar kabut
itulah masa-masa yang ingin kaulupakan
dan, tenanglah, Sayang
aku hanya ingin mengenang pertemuan kita di sana
mengingat sebait gerimis yang menjelma hujan
sebelum kau mengecup kedustaannya
dan di ruang segitiga ini, aku kadang tersenyum sendiri
mengenang masa lalu
saat kita sama kebasahan
“minumlah kopi agar tubuhmu hangat,” ucapmu.
lalu kita menikmatinya di bawah hujan waktu itu
ya, hujan.
dan mungkin hanya hujan obat lukamu
tapi bilakah hujan tiba
mengisi kolam-kolam yang dangkal
membasahi kabut pekat
menghapus jejaknya yang kusut
2015
Menunggu di Dahan
seorang gadis menunggu ayahnya
pemain seruling berlubang enam
ia rindu pria itu,
pada tatapan mata, embusan napas,
dan pada suara musik yang mengalun dibuai jemari
yang kadang terhenti
lalu melantun kembali dipukul angin
dari atas pohon kenari
musim telah berganti
tapi ia tetap duduk
wajahnya masih jelita
sebait mantra keluar dari mulutnya
“daun ditusuk angin
tanah meretak ditimpa air
burung menggelapar
dunia pun ditelan ribuan sansai”
kini, angin enggan bertiup
sayap elang mengepak-ngepak
suaranya mengalun, memanggil-manggil
serupa panggilan kematian di sudut-sudut ruang
tapi gadis itu tetap menunggu
tak lama, kakinya berayun-ayun
mengiringi gerak air yang membulir di pipinya
dan tiba-tiba suara seruling mengalun
hatinya bersayap
seolah hendak melayang
wajahnya menoleh
namun sayang, bukan ayahnya
seorang kakek berjalan sambil bermain seruling
di dekat dahan tempat ia menunggu ayahnya: Almahdi
yang mengalirkan suara kejujuran
dari enam lubang keadilan
tiga di jemari kanan dan tiga di jemari kirinya
2015
Listrik
Selia menggesek pentol korek api di ruang gelap,
“aku yakin orang asing mengira kita ini kaya listrik,”
suaranya serak
terbayanglah batu bara di kepalaku
pembangkit listrik tenaga uap
“dengarlah aliran air!” katanya, “ lalu bayangkanlah turbin-turbin!”
ia sendiri asyik menggesek pentol korek
yang apinya tak kunjung menyala seperti perempuan sunyi
di dunia fantasi:
dunia yang konon tanpa matahari
gelap gulita disertai suara-suara tragedi
tak lama, api menyala di tangannya,
dan kulihat air mata Selia membulir di pipinya
2015
Di antara karya novel Mahmud Jauhari Ali, yaitu :
Pahari
Judul: Pahari (Novel)
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Penerbit: Bhuana Sastra, BIP (Kelompok Gramedia)
Cetakan: I, Desember 2013
Tebal: 256 hlm
Sinopsis:
Pahari kecil adalah seorang anak yatim piatu yang harus bekerja keras untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan hidupnya setelah ditinggal mati kedua orang tuanya. Kehidupannya berubah setelah ia bertemu Raffah, pengemis kecil yang menguntitnya ke mana-mana, dan akhirnya diangkatnya menjadi adik. Maka dimulailah kisah perjuangan hidup mereka berdua untuk meraih kesejahteraan hidup. Sebuah kisah kehidupan yang mengharukan tentang sepasang anak manusia yang berusaha mencapai cita-cita, makna, dan kesejahteraan hidup di jantung Borneo. Dengan pertolongan Allah swt, matahari yang menyinari bumi, tanaman lombok yang hijau subur, serta para sahabat, membuat mereka melihat makna yang lebih dalam tentang perjuangan hidup.
My Restaurant, My Love, and My Future
Judul: My Restaurant, My Love, and My Future
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Terbit: September, 2013Tebal: 223 hlm
Penerbit: Araska
Sinopsis
Rumah makan milik Siwon di Gangnam, Seoul, mengalami kemunduran besar. Kian lama kian buruk keadaannya meskipun dia sudah menggunakan jasa perusahaan-perusahaan iklan ternama di kota tersebut. Karena keadaannya yang kian memburuk, dirinya berpikir untuk menutup rumah makannya itu. Hingga suatu waktu, dia bertemu dengan Park Shin Hye yang ternyata juga seorang ahli pembuat iklan. Diam-diam, Siwon menaruh hati pada artis cantik yang merupakan idola banyak pria ini. Sementara Kim Min Ah yang merupakan presiden direktur sebuah grup perusahaan mapan, terus berusaha membuat Siwon mencintainya.
Di sisi lain, ada Lee Tae Soo yang sangat mencintai Park Shin Hye. Karena rasa cinta pria itulah, Siwon mencurigainya terlibat dalam tiga kasus kriminal yang berhubungan dengan rumah makannya dan Park Shin Hye. Nah, bagaimanakah kisah seru selanjutnya? Apakah Siwon berhasil merebut hati Park Shin Hye dan juga memajukan usahanya? Ataukah malah gadis itu akan menjadi kekasih Lee Tae Soo? Lalu bagaimana pula kelanjutan hubungan Siwon dengan Kim Min Ah dalam hal cinta? Ikuti kisah dalam novel ini hingga tuntas.
Judul: The Miracle of Love
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Terbit: Juni, 2013
Tebal: 223 hlm
Penerbit: Araska
Sinopsis:
Chansaem masih eksotis meski tahu-tahun telah berlalu. Suho berpijak beberapa waktu di desa itu sesuai janjinya pada Michelle. Sebuah janji pertemuan yang telah diikrarkan keduanya sepuluh tahun silam. Namun, teman kecilnya itu tak kunjung datang. Bahkan, setahun kemudian dia melakukan hal yang sama. Dan hasilnya pun sama, Micehelle tidak kunjung datang.
Sementara Han Yoo Bin yang sangat cantik membuatnya perlahan melupakan Michelle. Model cantik itu membuat Suho merasa nyaman. Tapi, sayang hubungan cinta mereka kandas karena kehadiran Seohyun yang ternyata adalah Michelle yang sangat cantik itu. Tak lama setelah putus dari Suho, Han Yoo Bin kembali kepangkuan mantan pacaranya dulu—Lee Min-ho.
Cerita pun terus berlanjut. Nah, apakah Suho akan mendapatkan kembali cinta pertamanya pada Michelle dulu? Atau berusaha merebut Han Yoo Bin dari tangan Lee Min-ho? Penasaran? Silakan baca novel ini dari A sampai tuntas.
Judul: A True Love in Baghdad
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Terbit: Maret, 2013
Tebal: 224 hlm
Penerbit: Pinang Merah Publisher
Sinopsis:
Ain Alsaba harus menanggung kesedihan yang luar biasa di tahun 2003. Ayah, ibu, dan adiknya dibantai secara keji di rumah mereka sendiri. Pembantaian itu membuat luka di hatinya belum kering benar meski sudah berlalu lama. Terlebih perlakuan pemerintah yang tidak pro pada dirinya dan orang-orang Sunni lainnya.
Suatu waktu di tahun 2013, dia bertemu seorang pria muda yang sangat ramah, juga sangat tampan. Pria itu adalah seorang ulama Syiah bernama Sa’id Zahabi. Pertemuan demi pertemuan membuatnya jatuh hati pada ulama Syi’ah itu. Tapi, diskusi tentang perbedaan paham antara Sunni dan Syi’ah tak bisa mereka hindari lagi. Meski hatinya telah jatuh ke pangkuan pria itu, dirinya terus bersikukuh dengan Islam yang dipegangnya sejak kecil. Sampai akhirnya Sa’id menolongnya keluar dari tahanan rezim Syi’ah Irak yang benar-benar menyiksa dirinya. Hal tersebut membuat hatinya kian terikat pada Sa’id yang sangat ramah lagi tampan itu.
Dengan jalan hikmah, dia berhasil membuat Sa’id berubah menjadi pemeluk Islam Sunni dan akhirnya mereka menikah. Namun, tanpa dia sangka sebelumnya, ternyata Sa’id adalah pembantai keluarganya sepuluh tahun silam. Nah, bagaimanakah kisah seru selanjutnya? Apakah dirinya akan membalas dendam pada Sa’id dengan kejam? Atau, adakah kemungkinan dia bersatu kembali dengan pria yang dicintainya itu? Temukan jawabannya dalam novel ini.
Judul: The Sweetest Heart (Novel)
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Terbit: Februari, 2013
Tebal: 224 hlm
Penerbit: Araska
Sinopsis:
Donghae dan Yuri merayakan tahun baru 2013 di tepi Pantai Naksan. Kebersamaan mereka tertangkap banyak mata. Berbagai media memberitakannya secara luas. Perusahaan Manajemen mereka segera mengambil tindakan tegas. Tapi keduanya memutuskan untuk tetap mempertahankan cinta mereka dengan resiko keluar dari perusahan manajemen tersebut. Sementara di pihak lain, Yoona berusaha merebut Donghae dari tangan Yuri dan Eunhyuk mencoba merebut Yuri dari tangan Donghae.
Hubungan cinta mereka tambah pelik dengan kehadiran HyunA yang bermain dalam film drama yang sama dengan Donghae. Kedekatan Donghae dan HyunA pun sampai direpson Leeteuk yang sedang wajib militer. Dan hubungan cinta mereka kian parah ketika Yuri mendapati Yoona sedang berada di rumah pribadi Donghae. Hingga suatu waktu terjadi penculikan Yuri dari apartemen pribadinya. Donghae segera menuduh Euhnyuk yang menculik Yuri.
Bagaimanakah kisah selanjutnya? Akankah cinta Donghae dan Yuri bertahan hingga mreka menikah? Ataukah Yoona dan Eunhyuk berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan? Dengan membaca novel ini, Anda akan mendapatkan jawabannya. Selamat membaca!
Judul: CINTA DI TEPI GAZA (Novel)
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Tebal: 224 hlm
Terbit: Januari, 2013
Penerbit: Araska, Yogyakarta
ISBN: 978-602-7733-91-6
Sinopsis:
Fida Qafishah terlahir sebagai anak petani di Khuza’a, Khan Yunis, Gaza Selatan. Sejak kecil dirinya telah mengalami hidup sengsara di bawah tekanan Negara Israel. Ingatannya atas penghancuran pohon-pohon zaitun, ladang gandum, peternakan lebah, kebun sayur, dan penghancuran rumahnya yang sangat tidak manusiawi begitu melekat kuat di otaknya. Sejak itulah dia bertekad akan melawan Bangsa Zionis yang benar-benar kejam. Bermodal semangat, kegigihan, kecerdasannya, dan sokongan ibunya, dia berhasil menamatkan pendidikan sekolah menengah atasnya di Gaza City.
Namun di usianya yang ke-19 tahun dia dijebloskan di Penjara Hasharon Israel. Berbagai kazaliman pun dialaminya selama berada di sana. Mulai dari pemeriksaan awal yang mengharuskannya menanggalkan seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, dimasukkan ke ruangan yang tak layak untuk manusia, hingga perenggutan kehormatannya. Karena hal terakhir itulah, dia hamil dalam penjara. Kepedihan teramat sangat membuatnya hampir mengakhiri hidupnya di sana. Untunglah ada teman seselnya yang selalu memberinya semangat hidup hingga keputusasaannya perlahan hilang.
Tapi, penderitaannya belumlah berakhir. Menjelang kelahiran anaknya, dia mendapatkan kesulitan saat melewati pos pemeriksaan Israel. Sehingga, anaknya tak bisa diselamatkan nyawanya. Selain itu, pria yang dia dicintai menjauhinya lantaran dirinya sudah tak suci lagi. Meski begitu, dia tetap gigih melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Gaza. Dia juga menggabungkan diri sebagai sukarelawan di Bulan Sabit Merah Palestina. Hingga suatu waktu dia bertemu kembali dengan pria yang merenggut kehormatannya. Tetapi pria itu sudah berubah. Yang terpancar adalah kelembutan, kehangatan, dan pesona keterpelajaran pria itu di dunia kedokteran.
Judul: MY LOVE IS A WHITE HACKER
Penulis: Mahmud Jauhari Ali
Penerbit: Araska, Yogyakarta
Tebal: VI + 196 halaman
Terbit: November, 2012
Sinopsis :
The Sajik Indoors Gymnasium, Busan, tampak riuh ramai dengan adanya konser SUJU. Tapi tiba-tiba saja keadaan berbalik 180 derajad. Penembakan misterius terjadi di sana. Kangin dan Leeteuk menjadi korban penembakan tersebut. Tak lama setelah itu, Leeteuk dan anggota SUJU mendapatkan berita lain yang tak kalah menyedihkan. Website SUJU diretas begitu saja. Devisi Cyber Crime dari kepolisan Seoul pun turun tangan. Pelacakan demi pelacakan dilakukan mereka.
Meski demikian, Leeteuk dengan keahliannya di dunia IT-nya yang mumpuni mencoba menemukan pelaku di balik peretasan itu. Awalnya dia mencurigai Kim Hyun Suk yang berstatus doktor di bidang telekomunkasi sebagai pelakunya. Kecurigaannya didasari atas cinta pria itu kepada Yoona SNSD yang bertepuk sebelah tangan lantaran gadis ini sebenarnya mencintai Leeteuk. Karena hal inilah Pemimpin SUJU tersebut berpikir, doktor telekomunikasi itu melampiaskannya dengan meretas website boy band yang dipimpinnya.
Sementara itu cinta Yoona juga bertepuk sebelah tangan karena Leeteuk masih mencintai Koo Hye Sun yang juga artis papan atas Korea Selatan ini. Seiring perjalanan waktu, peretasan terhadap website SUJU pun terulang hingga tiga kali. Leeteuk mulai curiga bahwa peretasan tersebut hanyalah pengalihan kasus atas peretasan yang lebih besar, yakni peretasan terhadap instansi-instansi pemerintah. Atas saran Koo Hye Sun, Leeteuk pun menerobos masuk jejaring milik webmaster SUJU dan memperkuat pertahanan di sana tanpa sepengetahuan SM Entertainment. Di sisi lain, seorang polisi wanita yang cantik bernama Yeon Jin, yang sudah lama mengetahui sepak terjang Leeteuk, mengajak Pemimpin SUJU itu bekerja sama menangkap pelaku peretasan bank dan lainnya yang dicurgai pelakunya adalah Kim Hyun Suk dan Kang Min Ji.
Dan, terjadilah perang dahsyat antara Leeteuk bersama Hye Sun dan Yeon Jin melawan Kang Min Ji bersama komplotannya. Leeteuk dengan jejaring-jejaring zombie-nya melakukan serangan distributed denial of service ke komputer master lawan. Perang pun bertambah dahsyat. Nah! Bagaimanakah cerita selanjutnya? Apakah Leeteuk dan kawan-kawannya berhasil membantu negara mereka dari serangan peretas jahat? Lalu bagaimanakah kisah cinta Kim Hyun Suk, Yoona, Leeteuk, Koo Hye Sun, dan Yeon Jin? Dengan membaca novel fanfic ini, Anda bukan hanya akan menemukan jawabannya, tetapi juga akan masuk ke dunia peretasan yang sangat menarik.