Belajar dari Kegiatan Harian Rasulullah Muhammad ﷺ

Dapat disimpulkan bahwa kegiatan keseharian Rasulullah tidak jauh dari kegiatan di masjid, rumah, dan sosial. Semua bisa beliau harmonikan dengan sangat baik.

SAAT ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha diminta Sa’ad bin Hisyam menginformasikan akhlak keseharian Rasulullah ﷺ, Ummul Mu`minin pun menjawab, “Sesungguhnya akhlak Nabi ﷺ adalah al-Qur`an.” (HR. Muslim). Berikut ini adalah gambaran global keseharian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang merupakan cerminan riil dari al-Qur`an.

Saat azan subuh berkumandang, beliau mengerjakan shalat sunnah qabliyah (sebelum subuh), lalu keluar rumah untuk menunaikan shalat subuh di masjid secara berjamaah. Usai menjalankannya, beliau biasa berdiam diri (i’tikaf) di masjid hingga matahari terbit.

Jabir bin Samurah Radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan kebiasaan baik ini, “Rasulullah ﷺ tidak beranjak dari tempat shalatnya –bakda subuh- sampai terbitnya matahari. Ketika matahari sudah terbit beliau melaksanakan shalat dua rakaat.” (HR. Abu Daud). Secara global waktu ini digunakan beliau untuk dzikir pagi, dan taqarrub kepada Allah Subhanahu wata’ala.

Pada waktu dhuha sudah masuk, beliau menunaikan shalat dhuha sebanyak empat rakaat [dua kali salam] atau lebih. Aisyah meriwayatkan, “Rasulullah ﷺ shalat dhuha sebanyak empat rakaat, kadang ditambah sesuai dengan kehendaknya.” (HR. Muslim).

Meski pada riwayat lain disebutkan bahwa beliau terkadang juga tidak menjalankannya, tapi alasannya jelas yaitu khawatir menjadi beban dan diwajibkan kepada umatnya.

Sekembalinya dari masjid, ada beberapa kegiatan yang dilakukan beliau di rumah –sebagaimana riwayat Aisyah Radhiyallahu ‘anha-, seperti: turut membantu pekerjaan istri seperti memerah susu kambing, menembel baju, melayani diri sendiri, menjahit sandal. (HR. Ahmad).

Sikap rasul pada istri, anak, bahkan pembantu ketika di rumah begitu lembut. Tidak pernah terjadi KDRT di dalamnya. ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anhu bercerita: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. tidak pernah memukul dengan tangannya, baik terhadap seorang wanita ataupun pelayan, melainkan di waktu beliau ﷺ sedang berjihad fi-sabilillah.” (HR Muslim).

Pada pertengahan hari beliau biasa menyempatkan tidur qoilulah agar bisa membantunya bangun menunaikan shalat malam. Diriwayatkan, “Tidurlah pada waktu qailulah, karena sungguh setan tidak tidur qailulah.” (HR. Thabrani).

Ketika sudah tiba waktu shalat beliau keluar ke masjid untuk melaksanakan shalat sebagaimana yang diriwayatkan al-Aswad dari Aisyah, beliau biasa membantu pekerjaan rumah tangga. Ketika waktu shalat sudah datang, beliau segera ke masjid. (HR. Bukhari).

Di masjid ini bukan saja dijadikan beliau sebagai tempat ritual belaka, tapi juga menjadikannya sebagai wahana untuk mengobrol, taklim, nasihat, menyimak pengaduan, memperbaiki hubungan yang rusak, memecahkan solusi, bahkan strategi militer dan politik.

Saat di rumah, terkait soal makanan, beliau tidak pernah mencelanya. Jika ingin, beliau makan, jika tidak, beliau tinggalkan (HR. Bukhari, Muslim).

Hal lain yang biasa dilakukan beliau dalam masalah ini ialah mengawali dengan basmalah, mengambil makanan yang terdekat; memulainya dengan tangan kanan; terkadang makan secara berbarengan.

Selain di masjid dan di rumah, kegiatan harian Rasulullah ﷺ juga menjangkau ranah sosial. Di antara kegiatan yang dilakukan beliau dalam segmen ini: memantau dan memeriksa kondisi riil masyarakat, menjalin pergaulan simpati, memeriksa praktik kecurangan di pasar (HR. Muslim), dan tidak gengsi ketika berkumpul dengan mereka.

Jauh sebelum menjadi Nabi, saat berumah tangga dengan Khadijah, aktivitas sosial seperti: menyambung tali persaudaraan, membantu orang yang sengsara, mengusahakan barang keperluan yang belum ada, memuliakan tamu, dan menolong orang yang kesusahan karena menegakkan kebenaran (HR. Bukhari) adalah kebiasaan harian yang dilakukan oleh beliau.

Aktivitas lain yang dilakukan seperti: menjenguk orang sakit baik Muslim maupun non-Muslim sebagaimana yang pernah beliau lakukan kepada pelayannya yang beragama Yahudi (HR. Bukhari).

Sore hari, pasca shalat ashar, beliau melakukan dzikir sore. Dalam catatan hadits, untuk istighfar saja, beliau sehari minimal melantunkannya sebanyak 70 sampai 100 kali (HR. Tirmidzi).

Ini baru istighfar, belum lagi dzikir-dzikir lain yang beliau dawami dan diajarkan kepada umatnya baik di waktu pagi dan sore. Semua ini beliau lakukan tidak lain karena perintah yang ada dalam al-Qur`an (QS. Al-Ahzab [33]: 41, 42).

Memasuki waktu malam, beliau menunaikan shalat (maghrib dan isya) jika ada keperluan terkait umat Islam beliau berembuk dengan para pemuka sahabat (HR. Ahmad, Tirmidzi), jika tidak ada maka beliau bercengkrama dengan keluarga di rumah.

BACA JUGA  Menyibak Hikmah Masa Kecil Rasulullah

Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menggambarkan dengan sangat baik bagaimana keseharian beliau. Rasulullah sangat bagus dalam menjalin pergaulan, murah senyum, bercengkrama dengan keluarga, bersikap lemah lembut terhadap mereka, memberikan nafkah, bahkan mengajak bercanda.

Terkadang di malam hari sesekali istri beliau kumpul makan malam bareng di tempat Rasulullah menginap, kemudian setelah itu mereka kembali ke rumah masing-masing. Beliau tidur satu ranjang dengan istri. Bakda shalat isya beliau ngobrol dengan keluarganya sebentar sebelum tidur. (Tafsīr al-Qur`ān al-‘Adzīm , II / 212).

Kalau tidak ada keperluan, ada dua hal yang dibenci Rasulullah ﷺ di waktu sebelum maupun sesudah isya, yaitu: tidur sebelum isya dan ngobrol setelahnya (H.R. Bukhari).

Setelah itu beliau tidur di awal malam, selanjutnya bangun kemudian bersiwak dan berwudhu (HR. Abu Daud) untuk menunaikan shalat malam sesuai dengan yang dikehendakinya sampai Bilal mengumandangkan azan subuh kemudian keluar untuk shalat berjamaah. Kegiatan ini pernah disaksikan langsung oleh Ibnu Abbas (HR. Bukhari, Muslim).

Dari kegiatan harian Rasulullah ﷺ yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan keseharian beliau tidak jauh dari kegiatan di masjid, rumah, dan sosial. Semua bisa beliau harmonikan dengan sangat baik. Beliau disiplin dalam ibadah, sangat perhatian kepada keluarga, dan begitu respons terhadap problematika sosial.*/ Mahmud Budi Setiawan/Hidayatullah.com