www.SUARAKALTIM.com– Ini adalah kisah nyata seorang pria bernama Ibnu Jad’an yang disampaikan oleh Dr. Saleh as-Saleh Rahimahullah. Kejadiannya sekitar seratus tahun yang lalu di Arab Saudi.
Ketika tiba musim semi, Ibnu Jad’an keluar rumah melihat unta-untanya yang gemuk dan sehat, dengan ambing yang terisi penuh. Saat melihat salah satu unta betina, dia teringat tetangga yang miskin dengan 7 putrinya yang masih kecil. Dia pun berniat menyedekahkan unta betina tersebut.
“Yang paling aku cintai di antara ternak saya, adalah unta betina ini. Jadi saya membawa sapi itu beserta anaknya kepada tetangga dan katakan kepadanya untuk menerimanya sebagai hadiah dari saya. Saya melihat wajahnya berseri-seri dengan bahagia. Saking bahagianya, ia tidak dapat berkata-kata,” ujar Ibnu Jad’an.
“Dia mendapat manfaat dari susu dan digunakan untuk memuat kayu di punggungnya, serta dapat menunggu keturunannya tumbuh untuk bisa dijual. Ia akan mendapatkan hasil yang bagus dari unta ini,” tambahnya.
Setelah musim semi berlalu, musim panas yang kering datang. Orang-orang mulai sibuk mencari air dan rumput, termasuk Ibnu Jad’an. Maka didapati lah duhool (jamak duhul) yaitu lubang di bumi yang terletak di bawah tanah menuju perangkap air di bawah tanah.
lalu, dia pun masuk ke lubang itu untuk mengambil air minum, sementara ketiga putranya menunggu di luar lubang. Setelah ditunggu beberapa saat, Ibnu Jad’an tak juga muncul. Ketiga putranya menunggunya selama satu, dua dan tiga hari dan akhirnya menjadi putus asa.
Mereka bersepekulasi bahwa ayahnya mungkin disengat ular dan mati atau dia hilang di bawah bumi dan hancur. Jadi mereka kembali ke rumah dan membagi-bagi warisan orang tuanya. Kemudian mereka ingat bahwa ayah mereka (Ibn Jad’aan) memberikan unta betina kepada tetangganya yang miskin. Mereka pun pergi ke rumahnya untuk mengambil unta tersebut. Jika tidak dikasih, mereka mengancam akan mengambil paksa.
Tetangga mengatakan akan memberitahu ayah mereka. Namun mereka mengklaim bahwa ayah mereka telah tiada seteah masuk ke salah satu lubang bawah tanah di padang pasir dan tidak keluar.
“Demi Allah bawa aku ke tempat itu dan ambillah unta betina Anda dan lakukan apa pun yang Anda lakukan dengan itu dan saya tidak ingin unta Anda kembali!” kata tetangga itu.
Mereka akhirnya membawanya ke tempat itu. Tetangganya kemudian turun ke lubang dengan bantuan tali yang diikat di luar lubang sembari menyalakan lilin. Ketika aroma kelembaban semakin terasa, dia mendengar suara erangan seorang pria di dekat air.
Dia mendekat ke arah suara ini dan meraba-raba dengan tangan di kegelapan hingga menyentuh bagian tubuh pria itu. Diketahui, pria itu adalah Ibnu Jad’an dan dia masih bernafas setelah satu minggu. Dia kemudia membawa Ibnu Jad’an keluar lubang dan memberikan beberapa kurma serta air minum untuk mengobati dahaganya.
Dia kemudian menggendong Ibnu Jad’an hingga sampai ke rumahnya, sementara anak-anaknya tidak tahu. Dia kemudian bertanya: “Katakan padaku, demi Allah, satu minggu ketika kamu berada di bawah tanah tapi kamu tidak mati?!”
“Aku akan memberitahumu sesuatu yang aneh …” Ibnu Jad’an menjelaskan,”… ketika aku pergi ke sana aku tersesat dan ombak membawaku dari segala arah dan aku berkata pada diriku sendiri aku lebih baik tetap dekat dengan sumber air. Jadi aku mulai minum dari itu, tetapi rasa lapar tidak punya belas kasihan dan air tidak mencukupi. Kemudian setelah tiga hari, kelaparan meningkat. Sementara aku berbaring telentang, aku menyerahkan diri pada Allah dan meletakkan semua urusanku di tangan-Nya dan tiba-tiba aku merasakan kehangatan susu mengalir ke mulutku. Jadi aku duduk di tengah-tengah kegelapan dan aku melihat sebuah teko mendekat ke mulutku. Aku pun minum dari secukupnya, setelah itu teko lenyap dengan sendirinya. Ini terjadi tiga kali dalam sehari, tetapi dua hari terakhir berhenti dan aku tidak tahu apa yang terjadi.”
Tetangganya kemudian memberi tahu dia. “Jika Anda tahu alasannya Anda akan kagum! Anakmu mengira kau telah mati dan mereka datang kepadaku dan mengambil unta betina yang Allah (Subhaanahu Wa Ta’Aala) berikan padamu dari susunya!”
Sumber: Abdurrahman.org