Pemimpin Berintegritas: Pondasi Kepemimpinan yang Kuat

Share
baca dalam 2.58 mintues

Oleh : Peserta PKP Angkatan I Pusat Pelatihan dan Pengembangan Kajian Desentralisasi dan Otonomi Daerah (KDOD) LAN Samarinda

 

” Salah satu contoh pemimpin yang berintegritas adalah K.H. Saifuddin Zuhri, mantan Menteri Agama Indonesia (1962-1967). Salah satu kisah yang mencerminkan integritas beliau adalah ketika beliau menolak permintaan adik iparnya untuk menggunakan dana dari Departemen Agama untuk ibadah haji. Meskipun adik iparnya adalah seorang pejuang kemerdekaan dan berhak mendapat apresiasi, Saifuddin Zuhri tetap memilih untuk tidak menggunakan jabatannya demi kepentingan pribadi. Ia lebih mengutamakan prinsip integritas dan keadilan, serta memprioritaskan kepentingan negara dan rakyat di atas kepentingan pribadi ”

 

SAMARINDA, SUARA KALTIM.com— Pemimpin yang berintegritas bukan hanya sekadar impian, tetapi juga harapan setiap masyarakat. Di Indonesia, nilai-nilai Pancasila memberikan arah yang jelas dalam membentuk kepemimpinan yang tidak hanya efektif, tetapi juga berkeadilan dan berintegritas. Pancasila, sebagai dasar negara, tidak hanya menciptakan pedoman hukum, tetapi juga menjadikan kejujuran, keadilan, tanggung jawab, dan komitmen terhadap kebaikan bersama sebagai prinsip dasar dalam setiap langkah kepemimpinan.

Pemimpin yang berintegritas, berdasarkan Pancasila, akan selalu bertindak sesuai dengan moralitas yang diterima masyarakat. Kebijakan dan tindakan yang diambil haruslah mengedepankan nilai-nilai luhur yang ada di dalam Pancasila, menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas utama, bukan kepentingan individu atau kelompok tertentu.

Dalam praktiknya, kepemimpinan yang berintegritas dapat terwujud dalam berbagai aspek. Pertama, integritas moral. Seorang pemimpin dengan integritas moral berpegang pada nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kesetaraan. Ia tidak hanya melakukan yang benar, tetapi juga merasa bertanggung jawab terhadap dampak tindakannya bagi masyarakat. Kedua, integritas intelektual. Seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan yang mendalam serta pemahaman yang tepat tentang tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, guna membuat keputusan yang tepat. Terakhir, integritas emosional, di mana seorang pemimpin mampu mengendalikan emosi dan mengambil keputusan secara bijaksana meski dihadapkan pada tekanan.

Untuk menciptakan pemimpin yang berintegritas berdasarkan Pancasila, seseorang harus benar-benar memahami dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupan. Menjadi pemimpin yang berintegritas berarti juga membangun keterampilan kepemimpinan yang efektif, seperti kemampuan berkomunikasi yang baik, kemampuan pengambilan keputusan yang adil, serta kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara yang bijaksana. Tak kalah penting, membangun kepribadian yang kuat, yang meliputi integritas, empati, dan kesabaran.

Dengan membangun pemimpin yang berintegritas sesuai dengan ajaran Pancasila, kita dapat mewujudkan kepemimpinan yang tidak hanya efektif, tetapi juga berkelanjutan, membawa kemajuan bagi masyarakat, dan menciptakan kesejahteraan bersama.

Ciri-ciri utama dari pemimpin yang berintegritas sangat mudah dikenali. Mereka selalu jujur dan bertanggung jawab dalam perkataan, keputusan, dan tindakan. Pemimpin semacam ini juga dapat dipercaya oleh bawahan dan rekan kerja, mengutamakan kepentingan orang banyak, serta transparan dalam komunikasi dan pengambilan keputusan.

 

Salah satu contoh pemimpin yang berintegritas adalah K.H. Saifuddin Zuhri, mantan Menteri Agama Indonesia (1962-1967). Salah satu kisah yang mencerminkan integritas beliau adalah ketika beliau menolak permintaan adik iparnya untuk menggunakan dana dari Departemen Agama untuk ibadah haji. Meskipun adik iparnya adalah seorang pejuang kemerdekaan dan berhak mendapat apresiasi, Saifuddin Zuhri tetap memilih untuk tidak menggunakan jabatannya demi kepentingan pribadi. Ia lebih mengutamakan prinsip integritas dan keadilan, serta memprioritaskan kepentingan negara dan rakyat di atas kepentingan pribadi.

Tindakan beliau ini mengajarkan kita bahwa pemimpin yang berintegritas tidak hanya berani mengambil keputusan yang sulit, tetapi juga mampu membangun kepercayaan dan kredibilitas. Kepemimpinan semacam ini dapat memengaruhi sikap dan perilaku bawahan, menciptakan budaya organisasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai integritas. Oleh karena itu, pemimpin yang berintegritas sangat penting dalam membangun negara yang lebih baik dan berkeadilan, sebagaimana yang dicita-citakan dalam Pancasila.

Sebagai penutup, mari kita semua berusaha menjadi bagian dari perubahan yang lebih baik dengan mendukung dan meneladani pemimpin yang berintegritas. Kepemimpinan yang kokoh dan berprinsip akan selalu menjadi kunci utama dalam mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera *

Scroll kembali ke atas