Imam Syafi’i, Ulama Hebat dari Kaum Quraisy

SUARAKALTIM.com IMAM Muslim Az-Zanji berkata, Nabi Muhammad pernah berdoa, “Ya Allah ya Tuhanku, hadiahkanlah bangsa Quraisy seorang ulama dari kalangan mereka sendiri yang akan melimpahi permukaan bumi ini dengan ilmu pengetahuannya.”

Kemudian Imam Muslim Az-Zanji berkata lagi, “Baginda juga pernah bersabda bahwa akan ada seorang alim ulama dari kalangan kaum Quraisy yang ilmunya memenuhi muka bumi ini. Saya yakin orang yang dimaksudkan dalam hadits itu adalah Syafi’i.”

Ia begitu yakin Syafi’i adalah orang yang dimaksud dalam hadits itu karena berasal dari keturunan Quraisy. Nasabnya bertemu dengan nasab Nabi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam. Setelah Rasulullah dan para sahabat meninggal dunia, baru sekarang muncul seorang yang begitu alim dari keluarga kaum Quraisy.

“Saya setuju dengan kata-kata tuan,” dukung Imam Ismail Al-Kustantani. “Ia (Syafi’i) dilahirkan untuk menjadi seorang ulama yang hebat. Sejak berumur sembilan tahun sudah menghafal Al-Qur’an. Kemudian ia juga menghafal ratusan hadits. Oleh karena itu, saya yakin kalau ia akan menjadi ulama hebat suatu hari nanti.”

“Sekarang pun ia sudah menjadi ulama yang hebat. Walaupum umurnya masih muda, guru-gurunya memberikan kepercayaan kepadanya untuk mengajar dan memberi fatwa. Penghormatan seperti itu belum pernah diberikan kepada seorang anak muda yang umurnya baru belasan tahun,” kata Abdul Rahman bin Abu Bakar, guru fikih Syafi’i.

“Berbanggalah kaum Quraisy karena memiliki keturunan seperti Imam Syafi’i. Ilmunya akan memenuhi muka bumi, pengikutnya akan berjumlah banyak, dan namanya akan masyhur,” puji Imam Muslim Az-Zanji pula.

“ Jika berbicara tentang fikih, Imam Syafi’i adalah orang yang sangat mengerti ilmu Fikih dibandingkan dengan orang lain. Dan jika berbicara tentang bahasa Arab, ia juga lebih mengetahui bahasa Arab daripada orang lain. Bahkan jika berbicara tentang syair, ia adalah penyair hebat yang tidak ada tandingannya,” puji Yunus bin Abdul A’la, seorang ahli bahasa Arab.

Abdul A’la berkata lagi, “Jika Imam Syafi’i berceramah atau mengajar ilmu agama, banyak ahli bahasa dan penyair terkemuka menghadiri kuliahnya. Ini disebabkan bahasa yang diucapkannya adalah bahasa yang baik. Lidahnya fasih dalam menuturkan kata-kata. Tidak banyak ulama yang mempunyai kelebihan seperti itu.”

Imam Syafi’i terus mendapat pujian demi pujian. Banyak orang membicarakan kehebatannya. Nama Imam Syafi’i dikenal banyak orang. Jika ia datang ke Masjidil Haram, banyak orang mengerumuninya untuk bertanya tentang masalah agama. Orang-orang pun mengagumi kemerduan suaranya ketika ia membaca Al-Qur’an.

“Wahai Imam Syafi’i, mohon berilah nasihat untuk kami. Semoga kami insaf dan bertambah keimanan kami,” pinta seorang lelaki yang sudah berumur.

Imam Syafi’i tidak menolak permintaan lelaki itu. Ia naik ke atas mimbar lalu berkata dengan suara yang lantang, tetapi sedap didengar karena kefasihan lidahnya.

“Wahai kaum muslimin, sesungguhnya tidak ada harta yang lebih mulia dan berguna selain ilmu. Tidak ada yang lebih menguntungkan selain adab kesopanan. Tidak ada yang lebih berguna selain akal, tidak ada yang lebih buruk selain sifat pelit,” kata Imam Syafi’i.

“Apakah engkau yakin dengan ucapannya itu?” tanya Qasim, seorang pemuda, kepada kawan di sebelahnya.

“Imam Syafi’i mengamalkan apa yang dikatakannya. Ketika orang lain sibuk mengumpulkan harta, ia memenuhi dadanya dengan ilmu. Adab kesopanannya tetap terjaga walaupun ia disukai banyak orang. Ia juga bersifat pemurah,“ jawab Abdul Muluk yang lebih mengenal Imam Syafi’i daripada kawannya.*/Sudirman STAIL (Sumber buku: Imam Syafi’i Pejuang Kebenaran, penulis: Abdul Latip Talib)