20 Tahun Sebelum Perang Salib Berkobar

 

Perang Manzikert menghenyakkan pasukan Romawi. Kemenangan pasukan Muslimin yang jumlah dan peralatannya lebih kecil

 

Oleh: Nugra Fatah

DAERAH Van, tepi danau sebelah timur Turki tanggal 26 DzulQoidah 464 H (Agustus 1071 M), Sultan Alp Arsalan, penguasa Turki Saljuk, mendapatkan informasi bahwa Kaisar Bizantium, Romanus Diagenes IV sedang menyiapkan bala tentara besar untuk menjajah Azerbaijan dan daerah-daerah Islam di Asia Kecil.

Kaisar Romanus berangkat dalam satu pasukan besar laksana gunung yang terdiri dari pasukan Romawi, Georgia (Azerbaijan) dan Perancis. Jumlah dan persenjataannya sangat kuat dengan 200.000 pasukan terlatih. Maka sang Sultan pun menggalang 20.000 pasukan Muslimin untuk mencegah datangnya penjajah.

Ketika sang Sultan yang digelari Singa Pemberani ini melihat pasukan besar Bizantium, ia sempat gentar. Namun seorang ulama yang bernama Abu Nashr Muhammad bin Abdul Malik al Bukhari menasihati sultan;

“Sesungguhnya engkau berperang dalam membela agama yang Allah janjikan untuk menolongnya dan akan Allah menangkan atas semua agama. Saya berharap Allah telah menuliskan kemenangan ini atas namamu. Maka hadapilah mereka di jam-jam saat para khatib Juma’at sedang berdoa di atas mimbar, sebab mereka berdoa untuk kemenangan kaum mujahidin.”

Ketika masuk hari Jumat, Sultan menjadi imam shalat Muslimin. Ia menangis yang diikuti isak tangis mujahidin. Ia lalu berdoa dan diaminkan oleh seluruh pasukan. Kemudian ia berkata lantang,

“Siapa yang ingin meninggalkan tempat ini, maka tinggalkanlah. Sebab di sini, tidak ada seorang sultan yang menyuruh dan melarang.”

Sultan mengambil busur, anak panah dan pedangnya. Kuda pelana pun ia pasang sendiri di punggung kuda dan diikuti oleh seluruh pasukan. Tidak ada lagi bayangan keindahan dunia yang tersemat di benaknya, kemilau emas dan perak, wanita-wanita, istana yang asri dan tempat tidur yang empuk. Yang terlintas di hatinya hanyalah bayangan kematian, bayangan bertemu dengan Allah dan Rasul yang dirindukan. Lalu ia memakai pakaian putih-putih dan bersumpah untuk berjuang hingga titik darah penghabisan sembari berkata,

“Jika saya terbunuh, maka inilah kafanku!”

Perang Manzikart

Detik-detik perang menentukan mulai berdetak, kedua pasukan telah berhadap-hadapan. Sultan turun dari kudanya dan bersujud kepada Allah, meminta kemenangan dari Yang Maha Pemberi Kemenangan. Maka berkobarlah pertempuran dahsyiat yang dikenal sebagai Perang Maladzkird atau Manzikart.

Pertempuran Manzikart terjadi antara Kekaisaran Bizantium dan tentara Saljuk pimpinan Alp Arslan pada 26 Agustus 1071 di dekat Manzikart (kini Malazgirt, Turki, di wilayah Mus). Peristiwa ini berakhir dengan salah satu kekalahan terburuk Kekaisaran Bizantium dan penawanan Kaisar Bizantium Romanos IV Diogenes.

Perang yang menghenyakkan pasukan Romawi, karena kemenangan justru diperoleh pasukan Muslimin yang jumlah dan peralatannya jauh di bawah pasukan Bizantium. Keimanan, sekali lagi, telah membuktikan kekuatannya yang tak terbatas.

 

Baca juga : Teungku Chik di Tiro, Pewaris Tiga Generasi Pengobar Perang Sabil (1)

 

Puluhan ribu pasukan Bizantium tewas, dan sang Kaisar sendiri tertawan. Ketika ia dihadapkan pada Sultan Alp Arsalan, ia ditampar tiga kali sambil berkata;

“Jika aku menjadi tawananmu, apa yang akan kau lakukan terhadapku?”

“Pasti semua yang buruk-buruk.” Jawab Romanus.

“Lalu apa yang kuperbuat menurutmu?”

“Mungkin kau akan membunuhku dan kau giring aku di negerimu, atau mengampuniku dan mengambil tebusan dariku dan mengembalikan aku ke negeriku.”

“Tak ada yang aku inginkan kecuali mengambil tebusan darimu.” Jawab Sultan.

Romanus menebus dirinya dengan harga yang sangat mahal, yakni 150.000 dinar (atau 637.500 gram emas. Sekitar Rp 255 milyar dengan asumsi 1 gram emas = Rp 400.000 rupiah). Lalu ia berdiri di hadapan Sultan dan memberi minum padanya.

Sultan memberinya bekal 1.000 dinar untuk pulang dan mengirim beberapa komandan pasukan untuk menjaga hingga selamat ke negerinya. Sultan sendiri mengantarnya sejauh 4 mil dengan sebuah pasukan yang membawa panji-panji bertuliskan ‘Laa ilaaha illALlah Muhammad Rasulullah,.( Dalam Ibnu Katsir, al-Bidayah wal Nihayah 12/108). Semoga Bermanfaat.*

Penulis buku Panglima Surga. Twitter @nugrazee. Blog www.nugrazee.blogspot.com/Perang Manzikert tahun 1071 (foto ilustrasi)

 

Baca Juga :

 

Abdurrahman bin Auf, Orang Kaya Raya Pembela Islam