TRIBUNJABAR.ID, JAKARTA – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli
Zon berhasil mengungkapkan peran busuk IMF dalam krisis yang terjadi di Indonesia,
1997 silam yang berujung pada lengsernya Presiden Soeharto.
Hal itu terungkap dari perbincangan Fadli Zon dengan ekonom Amerika di Universitas
Johns Hopkins, Prof. Steve Hanke lewat akun media sosial.
Lewat medsos, Fadli Zon awalnya menanyakan pendapat Steve Hanke soal peran
International Monetary Fund (IMF) dalam krisis yang dialami Indonesia 20 tahun lalu.
Hanke akhirnya mengakui peran IMF dan AS dalam menjatuhkan Presiden Soeharto
dan membuat krisis perekonomian yang hingga sekarang masih terasa.
Seperti diketahui, IMF menekan Indonesia untuk menggunakan nilai tukar
mengambang untuk rupiah.
Nilai tukar mengambang ini membuat nilai tukar mata uang ditentukan mekanimes
permintaan dan kebutuhan di pasar.
Akibatnya, nilai tukar rupiah terhadap mata uang lain seperti dolar AS langsung
merosot tajam hanya dalam beberapa bulan saja.
Inflasi naik tajam yang memicu kerusuhan.
Februari 1998, presiden saat itu, Presiden Soeharto mengundang Hanke untuk menjadi
penasihat ekonominya.
Hanke menawarkan proposal agar nilai tukar rupiah diatur menggunakan fixed
exchange rate di mana peran pemerintah dalam mengontrol mata uang akan sangat
dominan, berbeda dengan floating exchange rate yang berdasarkan mekanisme pasar.
Hanke juga menyatakan kalau program yang ditawarkan IMF pada Indonesia akan
gagal, kecuali dibarengi dengan pengaturan mekanisme nilai tukar menggunakan fixed
exchange rate.
Soeharto awalnya ingin mengadopsi cara yang disodorkan Hanke, namun cara tersebut
ditentang negara-negara ekonomi kuat seperti Jepang, Jerman dan Singapura.
IMF dan presiden AS saat itu, Bill Clinton bahkan sampai mengancam akan
membatalkan bantuan 43 miliar dolar jika Indonesia mengadopsi saran Hanke.
Mendapat ancaman seperti itu, Soeharto akhirnya batal mengadopsi skema ala Hanke
yang berakibat krisis semakin parah dan dia akhirnya lengser, persis seperti keinginan AS.
Belakangan, seperti dikutip Tribun Jabar dari AFP, mantan Menteri Dalam Negeri
AS, Lawrence Eagleburger dan mantan Perdana Menteri Australia, Paul Keating
mengakui kalau mereka mengkritik kebijakan Hanke itu karena khawatir jika rupiah
stabil, mereka akan gagal menggulingkan Soeharto.
Berikut percakapan Fadli Zon dan Steve Hanke lewat twitter.
@Fadlizon: Prof @steve_hanke , I know you were in Indonesia 20 years ago during
the economic crisis.
What do you think of the IMF’s role at that time?
(Prof @steve_hanke, saya tahu anda berada di Indonesia 20 tahun yang lalu saat
terjadi krisis ekonomi.
Apa pendapat Anda tentang peran IMF saat itu?-red).
Steve Hanke kemudian membalas pesan Twitter Fadli Zon tersebut, ia menyatakan jika
IMF berperan dalam mengacaukan Indonesia.
@steve-hanke: The IMF’s role in Asian Fin. Crisis at direction of U.S. Pres. Bill Clinton
= give advise to destabilize Indonesia & topple Pres. Suharto.
(Peran IMF dalam akhir Asia. Saat krisis diberi arahan Presiden Amerika Bill Clinton =
memberi nasehat untuk mengacaukan Indonesia dan menggulingkan Presiden
Soeharto-red).
Mendapat balasan dari Steve Hanke, Fadli Zon lantas mengucapkan terima kasih dan
memberikan kesimpulan jika IMF hanyalah alat politik.
@Fadlizon: Many thanks Prof, so the IMF was a political tool to worsen the economic
crisis as conditions for regime change in Indonesia.
(Terima kasih banyak Prof., jadi IMF adalah alat politik untuk memperburuk krisis
ekonomi sebagai syarat untuk perubahan rezim di Indonesia-red).
Steve Hanke kemudian membenarkan pernyataan Fadli Zon.
@steve_hanke: Zon, You are correct. US/IMF were trying to topple Suharto, and did.
As his chief adviser, I met with Suharto at his residence every night.
He knew exactly what the great game was all about.
(Zon, kamu benar AS / IMF berusaha menggulingkan Suharto, dan melakukannya.
Sebagai penasihat utamanya, saya bertemu dengan Suharto di kediamannya setiap
malam. Dia tahu persis apa permainan hebatnya-red).
Diberitakan sebelumnya, Indonesia akan menjadi tuan rumah dalam IMF-World Bank
Annual Meetings (AM 2018) akan digelar di Bali pada 8-14 Oktober 2018.
Dikutip laman resmi BI, pertemuan tersebut merupakan pertemuan terbesar dunia
dalam bidang ekonomi dan keuangan.
Diketahui, pertemuan ini menghadirkan Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari 189 negara anggota.
Sementara total peserta pertemuan itu sendiri mencapai 15 ribu orang.
Fadli Zon pun angkat bicara terkait hal ini.
Menurutnya, pemerintah Indonesia yang bertindak sebagai penyelenggara acara IMF-
World Bank 2018 tidak hebat, karena bukannya dibayar, namun justru keluar uang 1
triliyun rupiah.
“Pemerintah @jokowi jadi ‘event organizer’ pertemuan World Bank – iMF.
Sebagai EO bukan dibayar, malah keluar uang hampir 1 triliyun rupiah.
Terus apa hebatnya?” kata Fadli Zon.
Sebelumnya, Fadli Zon pernah meminta agar Indonesia hati-hati terhadap IMF.
Hal ini ia sampaikan ketika delegasi IMF Christine Largede mengunjungi Indonesia
beberapa waktu lalu dan memuji Indonesia.
Fadli Zon bahkan khawatir jika pujian IMF tersebut beracun.
@fadlizon: Hati2 pujian beracun. Waktu krisis 1997-1998 IMF jg puji2 fundamen ekonomi RI kuat.
Tp setelah itu menyiram bensin ke tengah api.
Menurutnya, IMF adalah institusi yang membuat ekonomi RI hancur pada 20 tahun silam.
“IMF adalah institusi yg bikin hancur ekonomi RI 20 th lalu. Kini pemerintah menjamu
besar2an IMF dg biaya Rp 1 Trilyun. Mental Inlander?,” kata Fadli Zon.(*)
artikel ini telah tayang di Tribunwow.com dengan judul Ekonom Amerika Steve Hanke Benarkan Pernyataan Fadli Zon soal Peran IMF di Indonesia. artikel ini telah tayang di Tribunjabar.com dengan judul Fadli Zon Ungkap Peran IMF yang Membuat Indonesia Alami Krisis Ekonomi, 1997 Silam