www.suarakaltim.com – Di bulan Dzulhijjah ini, umat Islam kehilangan ulama senior sekaligus panutan umat. Karya-karyanya mendunia dan diterjemahkan di pelbagai bahasa. Bahkan salah satu karyanya digunakan sebagai buku referensi utama dalam pengajaran di pesantren-pesantren. Sebuah kitab yang fenomenal yaitu “Minhajul Muslim” yang akan dibahas secukupnya di dalam tulisan ini.
Selain itu, syaikh ini juga menulis sebuah tafsir Al-Quran al-Aysar al-Tafasir li Kalam al-‘Aliy al-Kabir yang mudah dipahami orang awam karena pembahasannya bersifat global, tidak berbelit-belit serta sangat ringkas
Ulama ini wafat di usia 97 tahun karena penyakit penyakit pneumonia berat. Kabar wafatnya langsung mengemuka di media sosial. Netizen menggunakan #وفاه_الشيخ_ابوبكر_الجزايري untuk menyampaikan bela sungkawa serta mendoakannya.
Tokoh pendidikan kelahiran Al-Jazair ini mendedikasikan 50 tahun hidupnya untuk menjadi pengajar tetap di Masjid Nabawi. Kini ia telah menghadap Allah dengan tenang dan karya-karyanya terus mengalirkan pahala yang tidak terputus bagi dirinya.
Mengenal syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi
Nama lengkapnya adalah Jabir bin Musa bin Abdul Qadir bin Jabir. Namun, ia lebih dikenal dengan nama Abu Bakar Al-Jazairi. Ayahnya bernama Musa bin Abdul Qadir. Ibunya adalah seorang yang solehah dan pandai dalam mendidik anak. Ayah dan ibunya berbangsa al-Jazair.
Sesuai dengan nisbahnya Al-Jazairi, Abu Bakar lahir kota Lira, Al-Jaza’ir bagian selatan, padatahun 1921 M. Kedua orang tuanya berasal dari dua keluarga yang sangat terkenal komitmen dengan keshalihannya dalam menghafal al-Qur’an al-Karim.Hal seperti itulah yang selalu diwariskan dan dijadikan semacam adat di tengah kehidupan keluarga al-Jazairi. Ketika Abu Bakar berumur satu tahun, ayahnya meninggal. Maka, pada saat itu orang yang paling berjasa atas pendidikannya adalah sang ibu yang tangguh dan kuat dibantu paman dari pihak ibu dan bapaknya.
Pendidikan Abu Bakar Al-Jazairi
Pendidikan pertama yang diterima oleh Abu Bakar adalah belajar tentang seluk beluk Al-Quran dan menghafalnya di dalam lingkungan keluarga. Setelah mempunyai bekal hafalan Al-Quran, ia pun mempelajari dan menghafal Al-Muqaddimah Al-Ajurrumiyyah dalam ilmu gramatika bahasa Arab dan Manzhumah Ibnu ‘Asyir dalam fiqih ala madzhab Maliki.
Jenjang selanjutnya, Abu Bakar pindah ke kota Bukrah dan berguru pada seorang ulama yang bernama Syaikh Nu’aem An-Nu’aemi. Tak berselang lama, ia mendengar kabar bahwa ada seorang ulama yang mengunjungi kota Lira. Ulama itu bernama syaikh Isa Ma’thuqi. Abu Bakar kembali ke kampung halamannya dan belajar pada syaikh itu beberapa ilmu tata bahasa arab, fiqh dan ushul fiqh, musthalah hadits dan sebagainya. Saat itu Abu Bakar mulai beranjak usia remaja.
Setelah di rasa cukup menuntuk ilmu di daerahnya sendiri, Abu Bakar pun memantapkan langkah ke ibu kota. Di lingkungan baru ini, Abu Bakar didaulat sebagai pengajar di sebuah sekolah swasta. Selain mengajar, kecintaannya terhadap ilmu tak menyurutkan semangatnya untuk menuntut ilmu. Ia belajar pada syaikh Ath-Thayyib Al-‘Uqbi hingga datangnya penjajah Prancis tahun 1952.
Memulai Kehidupan Baru
Tahun 1952 M, Abu Bakar beserta keluarga memutuskan untuk keluar Al-Jazair dan menetap di kota Nabi. Ulama penulis Minhajul Muslim ini kembali pada rutinitas awal belajar dan mengajar. Meskipun ia berstatus sebagai pengajar, hal itu tidak menghentikan hasratnya untuk menimba ilmu. Ia pun berguru dan menghadiri majelis-majelis para ulama seperti Syaikh ‘Umar Birri, Syaikh Muhammad Al-Hafizh, Syaikh Muhammad al-Khayal, dan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Shalih, ketua para hakim kota Madinah dan khathib Masjid Nabawi.
Tak berselang lama sekitar satu tahun berjalan, Abu Bakar mendapatkan izin resmi mengajar di Masjid Nabawi dari Qadhi kehakiman Makkah Al-Mukarramah. Izin mengajar inilah yang kelak ia pegang hingga akhir hayatnya dan dikenal sebagai pengajar senior di Masjid Nabi. Selain di mengajar di salah satu tempat yang diberkahi Allah, Abu Bakar juga didaulat sebagai dosen pengajar di Universitas Islam Madinah sejak dibuka pada tahun 1380 H hingga masa pensiun tahun 1406 H. Abu Bakar termasuk dalam jajaran dosen-dosen generasi pertama di Universitas. Selain itu ia juga diberi kepercayaan mengajar di beberapa madrasah di bawah Departemen Pendidikan. Ia juga menjadi pengajar di Ma’had Darul Hadits di Madinah al-Munawwarah.
Beberapa Karya syaikh Abu Bakar Al-Jazairi
Bisa dibilang kehidupan Abu Bakar selalu bergulat dengan dunia pengajaran dan dakwah. Maka, selain ia mengajar dengan lisannya, dunia tulis menulis salah satu ladang dakwah yang ia garap. Berbekal ilmu yang selama ini ia tuntut, ia menyusun sebuah buku diktat yang mulai ia rintis sejak mengajar di Al-Jazair. Ia menyusunnya menjadi sebuah risalah dalam fiqh Maliki berjudul Adh-Dharuriyat Al-Fiqhiyyah dan Ad-Durus Al-Jughrafiyyah.
Ulama kelahiran Al-Jazair ini jugag menulis beberapa buku kecil yang terdiri dari 23 risalah yang membahas tentang Islam dan dakwah. Kitab-kitab hasil karyanya yang sudah dicetak antara lain adalah
- Kaifa Yatathahhar Al-Mu’min wa Yushalli
- Ittaqullah fi Hadzih Al-Ummah
- Ilal Al-Fatah As-Su’udiyyah
- Haula Al-Yahudi
- Nashihati Ila Kulli Akhkh Syi’i
- Al-Qadha’ wa Al-Qadar
- Ad-Daulah Al-Islamiyyah
- Kamal Al-Ummah fi Shalah ‘Aqidatiha
- Al-Mar’ah Al-Muslimah
- Haula Hum Al-Yahud
- Al-Hajj Al-Mabrur
- Al-Masjid wa Bait Al-Muslim
- Al-Inshaf fima Qila ‘an Al-Maulid min Al-Ghuluw wa Al-Ijhaf
- Hadzihi Nashihati ila Kulli Syi’i
- Al-Jannah Dar Al-Abrar wa Ath-Thariq Al-Mushil Ilaiha
Di samping itu, ada beberapa kitab yang sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Nusantara, yaitu:
- Minhajul Muslim. Seperti yang tertulis di pembukaan bahwa kitab ini menjadi buku pegangan di pesantren-pesantren di Indonesia. Kitab ini berisi pedoman hidup harian seorang muslim berkisar pada tema aqidah, adab, akhlak, ibadah dan muamalah.
Beberapa penerbit telah menerjemahkan kitab ini dan menjadi bahan bacaan yang menarik untuk dimiliki dan dikaji. Setiap tema kajian dibahas secara mendetail dengan bahasa yang mudah dipahami, seolah syaikh memang ingin menjadikan karyanya ini sebagai guru bagi setiap muslim. Guru yang menerangkan pelajaran dengan bahasa yang mudah dipahami sebagaimana syaikh yang dikenal sebagai guru yang menggunakan tutur bahasa yang mudah dimengerti.
Kitab ini juga cocok dibaca bagi para pemula yang ingin mendalami dien Islam dari dasar. Tentu juga cocok bagi para mualaf yang berusaha membekali diri dengan ilmu-ilmu baru dalam dien Allah ini.
- Aisar At-Tafasir li Kalam Al-‘Aliyy Al-Kabir, sebagaimana namanya kitab tafsir ini diharapkan memudahkan kaum muslimin dalam memahami ayat-ayat yang terkandung dalam al-Quran. Syaikh dalam menyusun kitab tafsirnya dalam bentuk pelajaran yang berkesinambungan dan saling terkait, menjelaskan kata-katanya secara literal, menjelaskan maknanya secara global, kemudian yang terakhir dalam penafsirannya menyebutkan satu persatu pelajaran yang dapat diambil dan diamalkannya. Kitab tafsir juga telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
- Hadza Al-Habib –shallallahu ‘alaihi wa sallam- Ya Muhibb.
Wafatnya syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi
Di bulan dimana sepuluh hari di awalnya dimuliakan Allah ini, ternyata menjadi hari berduka bagi umat Islam. Tepatnya hari ketiga bulan Dzulhijjah 1439 H atau 15 Agustus 2018 M, Abu Bakar Al-Jazairi berangkat menuju Dzat yang Menciptakannya karena sakit.
Ribuan orang turut menyalatkan dan mengantar jenazah Abu Bakar Jabir Al-Jazairi pada Rabu siang. Jenazah ulama kelahiran Aljazair itu disalatkan di Masjid tempat dirinya mendedikasikan 50 tahun hidupnya selepas Zuhur kemudian dimakamkan di pemakaman Baqi, tak jauh dari masjid.
Semoga Allah menjadikan karya-karyanya sebagai amal jariyah dan mengumpulkannya bersama Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan orang-orang shalih di Jannah-Nya yang abadi. Wallahu a’lam bi shawab.
Penulis:Dhani El_Ashim
Editor: Arju
Sumber
- https://www.wikipedia.org/
- www.sunnah.org
- Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, Tafsir Al-Qur‟an al-Aisar jilid I, (Jakarta: Darus Sunnah: 2008)
- https://mauhub.wordpress.com/