Dituduh Sebar Isu Kiamat, Kiai Ramli: Kami Tunggu Meteor saat Ramadan

BACA JUGA :
 

Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin,KH Ramli Soleh Syaifuddin memberikan penjelasan didampingi Kapolres Batu, AKBP Budi Hermanto Sik MSi tentang fatwa kiamat. [Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia]

Fatwa itu sempat menggegerkan warga Jatim, setelah 52 warga Desa Watubonang Probolinggo menjual lahan, rumah, sampai harta benda.

SuaraKaltim.com – Kiai Haji Ramli Soleh Syaifuddin, pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin, Kabupaten Malang, Jawa Timur, meluruskan informasi mengenai dirinya mengeluarkan fatwa kiamat datang sebentar lagi.

Fatwa itu sempat menggegerkan warga Jatim, setelah 52 warga Desa Watubonang Probolinggo menjual lahan, rumah, sampai harta benda.

Sebab, puluhan warga itu meyakini kebenaran fatwa bahwa desa mereka yang kali pertama hancur saat kiamat tiba. Setelah menjual harta bendanya, mereka pergi ke Ponpes Miftahul Falahil Mubtadiin.

Kiai Ramli Soleh Syaifuddin menegaskan, informasi tentang fatwa hari kiamat yang beredar adalah bohong alias hoaks.

Ia menjelaskan,  informasi itu sebenarnya bersumber dari program tiga bulanan jelang Ramadan yang selalu digelar ponpes.

“Kami selalu melaksanakan program tiga bulanan jelang Ramadan. Ini sudah masuk tahun ketiga. Jadi, dalam seruan, saya menerangkan tentang 10 tanda kiamat,” kata Kiai Ramli seperti diberitakan TimesIndonesia.co.id—jaringan Suara.com, Kamis (14/3/2019).

Dalam menerangkan 10 tanda kiamat itu, kata Kiai Ramli, ia menganjurkan kepada pengikutnya untuk bersatu.

“Saya pernah menerangkan bahwa kalau setelah Ramadhan ada meteor, maka dunia mengalami kemarau selama tiga tahun. Itu ada hadisnya, setelah itu Dajal datang. Setelah Dajal, datang Nabi Isa AS dan seterusnya,” ujar Ramli.

“Kalau ada yang menginformasikan saya memberikan fatwa akan ada huru hara sebelum Pilpres 2019 atau menjelang Pilpres 2019, itu hoaks semua yang dihembuskan oleh orang yang tidak bertanggung jawab,” kata Kiai Ramli ditemani Kapolres Batu Ajun Komisaris Besar Budi Hermanto dalam jumpa pers Rabu (13/3) jelang Magrib kemarin.

Soal pengikutnya diminta menjual aset-aset yang dimiliki untuk bekal akhirat, dibawa dan disetorkan ke pondok pesantren karena akan kiamat, Kiai Ramli membantahnya.

Ia menjelaskan, sudah tiga tahun terakhir, ponpes yang dipimpinnya menjalankan program triwulan untuk menyongsong Ramadhan yang ditandai dengan munculnya meteor, salah satu dari 10 tanda-tanda kiamat.

“Artinya, kita ini diperintah oleh Alquran dalam surah Al Furqon yang meminta umat untuk menunggu atau mengintai hari di mana kiamat itu akan terjadi. Ada 40 hari 40 malam, itu ada hadisnya semua. Saya mengajarkan santri saya memahami tanda-tanda itu,” ujar Kiai Ramli.

Karenanya, setiap tiga bulan sebelum Ramadan, ia mengajak pengikutnya untuk berjaga-jaga andai kata meteor datang setelah bulan suci itu maka kiamat datang.

“Tahun pertama, saya meminta jemaah mengumpulkan bahan makanan berupa mi. Tahun kedua, sama, kumpulkan mi instan juga. Nah, tahun ini, karena pengikut bertambah banyak, maka dibentuk panitia. Agar yang menyongsong kiamat mendapat makan.”

Hal itu, kata Kiai Ramli, terdapat dalam hadis, yakni disebutkan bahwa untuk menyongsong kiamat diharuskan menyiapkan bahan makanan untuk satu tahun.