Ibunda Faisal Amir Merasakan Kesedihan yang Sama Seperti Keluarga Akbar dan Maulanar Alamsyah

Ratu Agung, ibu dari Faisal Amir, mahasiswa Universitas Al Azhar Indonesia, melaporkan dugaan penganiayaan terhadap anaknya ke Badan Reserse Kriminal Polri, Jakarta, Kamis, 4 Oktober 2019. M Rosseno Aji/TEMPO

JAKARTA, SUARAKALTIM.COM – Ibunda Faisal Amir, Ratu Agung, mengaku bisa merasakan kesedihan keluarga Akbar Alamsyah dan juga Maulana Suryadi. Faisal Amir adalah mahasiswa diduga korban luka akibat kekerasan aparat saat demonstrasi di DPR RI pada 24 September, sedang Akbar dan Maulana korban tewas usai demo 25 September.   

Ratu mengatakan ikut merasakan kesedihan keluarga-keluarga itu karena anaknya juga menjadi korban kekerasan dan sempat kritis di rumah sakit. Dia yang telah mengadukan kekerasan itu ke Markas Besar Polri mendukung bila keluarga Akbar dan Maulana melakukan yang sama. 

Tidak hanya ke kepolisian, Ratu Agung menyarankan keduanya melangkah pula ke Komnas HAM demi mendapatkan kebenaran atas apa yang sudah terjadi. “Saya sarankan laporkan ke Komnas HAM,” kata Ratu saat dihubungi, Sabtu, 12 Oktober 2019. 

Baca Juga :  Mahasiswa Al Azhar Faisal Amir Korban Demo Rusuh, Belum Lewat Masa Kritis

Ratu menyarankan keluarga Akbar dan Maulana mengikuti prosedur dalam melaporkan dugaan adanya kekerasan terkait penyebab kematian. Namun, di sisi lain dia juga mengaku pesimistis laporan tersebut akan ditindaklanjuti oleh kepolisian.

Itu sebabnya, dia menambahkan sarannya agar keluarga-keluarga itu banyak berdoa kepada Tuhan. “Namanya rakyat kecil yang bisa nolong Allah. Allah yang maha kuasa,” katanya sambil menambahkan, “Jadi jika pemerintah sulit bantu kita, ya minta bantu sama Allah.”

Keluarga Akbar menerima kabar kematian pemuda 19 tahun itu pada Kamis sore 10 Oktober lalu. Sebelumnya Akbar kritis dan dirawat di tiga rumah sakit berbeda.
 
 
Kakak Akbar Alamsyah, Fitri Rahmayani, meragukan pernyataan polisi terkait penyebab kematian adiknya karena terjatuh dan terinjak. “Kami berharap ada penyelidikan kembali. Polisi bisa ngomong apa saja,” kata Fitri saat dihubungi, Minggu, 12 Oktober 2019.
 
Keluarga Maulana Suryadi lebih dulu menerima jasad pemuda berusia 23 tahun itu. Polisi menyebut Maulana meninggal karena sesak napas. Namun keluarga mendapati sejumlah lebam dan luka. Darah juga terus mengucur dari hidung dan telinga bahkan hingga ke pemakaman.
 
 

Akbar Alamsyah/Imam Hamdi/Zacharias Wuragil/TEMPO