Kapolri Jenderal Tito Karnavian/RMOL
Tito menjelaskan, sejauh ini pihaknya masih melakukan investigasi terkait penyebab pecahnya peristiwa kerusuham maut di Wamena tersebut.
Berdasarkan isu yang beredar pada hari Senin (23/9) pukul 7.30 waktu setempat, di sebuah sekolah ada seorang guru pendatang yang mengajar di kelas yang mengatakan kata ‘keras’.
Namun dikarenakan volume suara yang lemah atau karena logat, kata keras itu ditangkap menjadi kata kera.
“Jadi huruf ‘S’ nya itu lemah terdengarnya,” imbuh Tito.
Selanjutnya sekelompok oknum memanfaatkan ini dengan melakukan propaganda yang bertujuan menggerakkan masa untuk melakukan aksi .
“Padahal sekali lagi ini belum tentu benar. Namun isu itu terlanjur menyebar dan mereka pun terprovokasi, ” katanya.
Lebih dalam Tito menerangkan, masyarakat yang terprovokasi terlanjur banyak yakni sekitar 2000-an masa yang langsung melakukan perbuatan anarkis.
“Mereka melemparkan batu kepada para pendatang dan merusak kantor instansi pemerintahan serta membakar sepeda motor,” ungkap Tito.
Aksi tersebut berlangsung sampai pukul 15.00 waktu setempat. Atas kejadian tersebut sebanyak 26 orang meninggal dunia terdiri dari 22 orang masyarakat pendatang dan 4 orang dari warga lokal.
“Mereka terkena luka bacok dan terbakar akibat rumah atau rukonya dibakar oleh masa. Sedangkan yang terluka sejauh ini ada 66 orang,” tandas Tito.
“Tim investigasi sedang dilakukan dan kita memberikan bantuan kepada yang terluka. Secepat mungkin kita lakukan rekonsiliasi, rekontruksi dan rehabilitasi,” pungkas Tito.