Padahal kebanyakan mamalia punya lho!
Tulang penis dapat ditemukan dalam berbagai bentuk dan ukuran di berbagai kelas mamalia, dari tulang rakun yang bergelombang sampai tulang walrus yang seperti tongkat kasti. Namun pada manusia, di antara sekian banyaknya mamalia, gak punya baculum (tulang penis). Belum pernah ada yang tahu alasannya kenapa, tapi untungnya peneliti dari University College London telah menemukan kesimpulan penelitiannya.
Dalam sebuah penelitian yang terpublikasi di Proceedings of the Royal Society B, para peneliti memberikan penjelasan cerita evolusi tulang penis dan mengeksplor pemahaman bahwa manusia telah kehilangan tulang penis karena hubungan monogami.
Baculum (tulang penis) berguna untuk mamalia sebagai alat pembantu tahan lama dalam berhubungan seksual.
Para peneliti mengatakan bahwa tulang penis berevolusi antara 145 sampai 95 juta tahun yang lalu, untuk membantu mamalia melakukan hubungan seksual dalam jangka waktu yang lebih panjang, mengingat adanya kompetisi seksual yang tinggi.
Singkat kata, tulang penis ini akan memberikan dukungan struktural yang dibutuhkan seorang pejantan untuk “tahan” lebih lama.
Kompetisi poligami pada sebagian besar mamalia (berganti-ganti pasangan) membuat penentu pasangan ideal adalah yang mampu tahan paling lama dalam berhubungan seksual.
Kompetisi sengit antara beberapa saingan pejantan berarti bahwa mereka yang mampu memberikan sesi hubungan seksual paling lama dapat membantu menentukan pilihan pasangan yang tepat untuk betinanya dalam menghasilkan keturunan terbaik. Sedangkan pada manusia, evolusi membuatnya kehilangan tulang penis ketika hubungan satu pasangan tetap (monogami) mulai dikenal (untuk mayoritas manusia) sekitar 2 juta tahun lalu.
Baculum (tulang penis) pada manusia diketahui mulai menghilang karena mayoritas manusia mulai mengenal monogami dan hanya melakukan hubungan seksual dengan satu pasangan tetap.
Ketika laki-laki dan perempuan hanya berhubungan seksual dengan satu sama lain, kompetisi antar “pejantan” menjadi berkurang dan durasi lamanya hubungan seksual gak terlalu jadi masalah dalam kebutuhan praktis (sebagaimana dikatakan oleh para peneliti). Durasi hubungan seksual yang lebih singkat berarti laki-laki gak butuh tulang untuk membantu keperluan mereka tersebut dan akan tetap ereksi tanpanya dengan bantuan aliran darah.
Tentu saja, dengan faktor budaya dan sosial yang berkembang, artinya beberapa detik hubungan seks akan dianggap gak ideal, walau itu termasuk pragmatis jika dilihat dari sudut pandang evolusi.
Para peneliti mengatakan bahwa baculum (tulang penis) berperan penting dalam mendukung strategi reproduksi laki-laki pada spesies di mana laki-laki akan mengalami kompetisi seksual yang sangat sengit, sebagaimana yang disampaikan oleh Matilda Brindle. Memperpanjang masa penetrasi akan membantu laki-laki melindungi pasangan perempuannya dari kompetitor lain, sehingga meningkatkan kesempatan menyalurkan material genetisnya.
Penelitian ini juga menguak informasi menarik mengenai ukuran tulang penis.
Simpanze dan bonobo, dua mamalia yang memiliki ikatan genetik terdekat dengan kita, memiliki baculum yang hanya sepanjang sekitar 6 milimeter. Simpanze dan bonobo hanya berhubungan seks selama durasi 7 detik dan 15 detik, secara rata-rata.
Dr. Kit Opie selaku salah satu peneliti menambahkan bahwa semenjak kebiasaan monogami dikenali sekitar 2 juta tahun lalu, tekanan evolusi membuat baculum milik manusia benar-benar menghilang. Ketika menemukan fosil manusia berumur sangat lama, sempat ada benda yang dikira paku, peneliti beranggapan mungkin itu masa-masa terakhir baculum ada pada manusia. Kira-kira manusia mending punya baculum atau gak ya?
sumber : science.idntimes.com