Kisah ‘Napoleon Masyumi’ dan Terali Besi

KH. Isa Anshary jatuh sakit. Kondisi cukup parah, namun masih dihadapkan dengan brirokasi penjara yang rumit

Baca Juga : 

Hamid Algadri dan Sumbangsih Keturunan Arab pada NKRI

Logika Jenaka Tuan A. Hassan

Perenungan Syair ‘Kemerdekaan’ A. Hassan

 

 

|DALAM buku “Kenang-Kenangan di Belakang Terali Besi di Zaman Orla” (1967: 68), dikisahkan oleh Yunan Nasution penderitaan rekan setahanannya yang dikenal dengan sebutan “Napoleon Masyumi”.

Beliau seorang kiai, ulama, penulis dan orator ulung. Di dunia pergerakan, beliau juga dikenal sebagai “Singa Podium”. Beliau adalah salah satu murid A. Hassan yang cukup kondang di jagad pergerakan Nasional, yaitu: Isa Anshary.

Sebelum, menceritakan lebih jauh. Kenapa beliau digelari “Napoleon Masyumi”? Dalam buku “Ulama-ulama oposan: Syaik Haji Rasul, Ustadz Ahmad Hassan, K.H. Zainal Mustofa, K.H. Isa Anshary” (2000: 144), disebutkan bahwa beliau dijuluki demikian karena tubuhnya kecil. Meski kecil beliau pada zamannya dikenal sebagai agitator ulung.

Kita kembali pada kisah Yunan Nasution derita KH. Isa Anshary di jeruji besi. Kisahnya demikian. Pada umumnya, saat dipenjara di Jakarta, para tahanan politik waktu itu diperlakukan sebagaimana tahanan biasa. Fasilitas yang diberikan tidak jauh beda dengan tahanan kriminal.

Tak terkecuali dalam fasilitas kesehatan yang disediakan cukup terbatas. Pernah suatu sore KH. Isa Anshary jatuh sakit. Kondisi cukup parah, namun masih dihadapkan dengan brirokasi penjara yang rumit, harus ada surat dokter yang ditunjuk untuk itu.

Ternyata, dokter yang bersangkutan sedang berada di luar RTM, sejauh 2 kilometer (sekitar Kebon Sirih). Akhirnya, KH. Isa ditandu oleh petugas ke tempat itu. Malangnya, hingga malam dokter yang ditunggu tak juga datang. Akhirnya, jam sepuluh malam, beliau dibawa kembali ke RTM.

Bayangkan, kondisi sakit parah dan perlu segera mendapat perawatan yang lekas, malah mendapatkan pelayanan demikian. Anda bisa merasakan betapa susahnya yang beliau hadapi kala itu. Beliaupun baru bisa dirawat esok harinya.

Bukan hanya di Madiun, KH. Isa Anshary pernah masuk terali besi. Dalam buku karya beliau berjudul “Mujahid Dakwah” (1979: 312-313), ketika membahas riwayat singkat beliau, disebutkan bahwa Sang Napolen Masyumi pernah masuk penjara berulang-ulang.

Pada zaman Belanda, beliau pernah masuk penjara selama dua tahun; pada zaman Fasis Jepang pernah dipenjara selama satu bulan oleh Kenpetai; pada zaman Federal pernah ditahan selama 2 bulan; pada zaman Negara Kesatuan pernah dipenjara oleh Pemerintah Sukiman selama 1 bulan dan yang terakhir –sebagaimana diceritakan dalam tulisan ini—pernah dipenjara selama 4 setengah tahun oleh Rezim Orla.

Apa beliau, Sang Napoleon Masyumi, gentar dengan ujian ini? Sama sekali tidak. Beliau tetap konsisten berjuang hingga dipanggil Allah ke alam baka.

Seorang ulama gigih dari Persis-Masyumi yang konsis berdakwah dalam medan lisan dan tulisan. Dari beliau, umat bisa mengambil pelajaran penting. Keimanan seseorang, tidak akan dibiarkan sebatas wacana. Allah akan mungujinya dalam rimba kehidupan; sebagaimana orang-orang dahulu yang diuji-Nya.

Maha Benar Allah Ta’ala yang berfirman:

أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ ٢١٤

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 214)

Pada ayat lain, disebutkan:

أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتۡرَكُوٓاْ أَن يَقُولُوٓاْ ءَامَنَّا وَهُمۡ لَا يُفۡتَنُونَ ٢

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi.” (QS. Al-Ankabut [29]: 2)

Beliau telah melewati itu semua. Semoga amal dan perjuangannya diterima oleh Allah; ditempatkan di surga-Nya; dan perjuangannya dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.*/Mahmud Budi Setiawan

Rep: Admin Hidcom

Editor: Cholis Akbar