SUDAH lama saya tinggal di Pelaihari, sejak dipercaya menjadi salah satu ASN. aslinya saya asal Banjarmasin, pernah kuliah di Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru, lalu di tengah jalan berpindah kuliah ke APDN di kota yang sama. Selepas kuliah, saya lulus tes CPNS, kemudian berkeluarga dan lalu merintis karier jadi pegawai negeri hingga sekarang.
Pada tahun 2000, saya dipercaya oleh Bupati Tanah Laut saat itu, Drs HM Danche R Arsa, untuk menjabat sebagai Wakil Kepala Satpol PP Kabupaten Tanah Laut. Mungkin karena tampilan tubuh saya yang tegap kekar dan penggemar olahraga beladiri sehingga saya dipilih.
Nah, pada masa bertugas di satuan polisi pamong praja itulah saya sempat berselisih paham dengan salah satu anggotanya. Sebuah kejadian kecil sebenarnya, tapi karena saya dianggap pendatang baru dan masih yunior, jadi kesannya seperti anak kecil mimpin urang dewasa. Mungkin seperti itu perkiraan saya. Puncaknya adalah yang bersangkutan berusaha melakukan tindakan kekerasan terhadap saya, dia membawa belati ke kantor dan lalu berusaha melukai saya. Alhamdulillah, niatnya tidak kesampaian karena keburu dilerai oleh anggota senior Satpol PP lainnya.
Malam harinya saya bermimpi di datangi Abah Guru Sekumpul. Beliau, syaikhona langsung merajah seluruh tubuh saya termasuk juga lidah. Saya tidak mengetahui apa maksud syaikhona merajah saya demikian. dan kenapa saya didatangii beliau di dalam mimpi. sesuatu yang luar biasa, karena itulah mimpi saya pertama bertemu beliau. Padahal waktu itu beliau masih hidup dan masih menggelar pengajian di Sekumpul.
Keesokan harinya saya ke Banjarmasin menemui ibunda, memohon didoakan agar selamat dari ancaman penganiayaan. Ibunda langsung menyuruh saya menemui Guru Amrullah (Alm) di Guntung Papuyu, Kurau, Tanah Laut (Kalsel).
Singkat cerita setelah mendengar apa yang saya alami, Guru Amrullah lalu juga merajah seluruh tubuh saya, termasuk lidah. Ini sesuatu yang mengejutkan bagi saya. Apa pasal. Lantaran cara merajah beliau tidak jauh beda dengan yang Abah guru Sekumpul lakukan tatkala ditemui syaikhona di alam mimpi.
Jelas saja saya penasaran. Dan itu langsung saya sampaikan kepada tuan guru. “Saya dapat ilmunya dari Guru Sekumpul juga, beliau guru saya,” pengakuan guru Amrullah. Jadi kata guru Amrullah, pada hakikatnya, yang merajah adalah Guru Sekumpul juga.
Dari sini saya baru nyadar bahwa dalam mimpi, Guru Sekumpul memberikan isyarat bahwa saya harus dirajah oleh murid beliau dengan cara yang sama yang dilakukan di alam mimpi. Cuman karena keterbatasan waktu — menemui Guru Sekumpul di alam nyata membutuhkan waktu lama mengingat kesibukan beliau dalam berdakwah– akhirnya perajahan itu diwakilkan melalui murid beliau.
Cerita ini terus berlanjut, meski dalam perspektif yang lain. Namun alurnya tetap dalam lingkup Abah Guru Sekumpul yang waktu itu masih aktif di Mushala Ar-Raudhah Sekumpul.
MURID TEMUI PAGURUAN
Suatu waktu di Pelaihari, saya diundang acara shalat hajat oleh Guru H Hasyim, salah satu ulama tuha, tuan guru panutan di Tanah Laut. Beliau ingin berangkat haji bersama istri beliau Hj Noor Sabah. Istri beliau ini adalah cucu dari KH Ahmad Nawawi Panjaratan, ulama terkenal di seantero tanah laut.
Begitu datang, para tamu undangan sudah memenuhi rumah guru Hasyim, memang datangnya saya agak telat karena kesibukan urusan kantor. Beruntung, saya mendapat jatah shaf paling belakang, menghadap dinding rumah. Selesai shalat maghrib berjamaah, dilanjutkan dengan shalat hajat.
Usai salam, saya terkejut. Bayangan utuh tubuh Guru Sekumpul muncul sekelebat di depan saya, dalam hitungan detik. Saya berdiam saja, sambil mengucap salam kepada syaikhona. Selain kaget dan takjub, peristiwa itu membekas banget, menimbulkan tanya di hati, apa gerangan saya salah atau apa ada yang ingin syaikhona sampaikan.
Usai acara, saya sampiri H Akhmad, salah satu putra Guru Hasyim. Lalu saya ceritakanlah peristiwa yang dialami barusan dilanjutkan dengan pertanyaan apa ada hubungan antara ayahanda beliau dengan Guru Sekumpul. Untuk menjawab rasa penasaran saya.
Meski datar, saya dibuat kaget juga dengan jawabannya. Ternyata Guru Hasyim adalah guru mengaji Guru Sekumpul takkala syaikhona masih muda. Hati saya langsung bicara, “Cocok saja Guru Sekumpul hadir karena yang punya hajatan adalah Guru syaikhona.”
SAMA-SAMA MELIHAT KEHADIRAN GURU SEKUMPUL
Cerita berlanjut. Sekitar tahun 2008 an, atau tiga tahun setelah Al Mukarram Al ‘Arif Billaah wafat. Waktu itu saya diundang dan dipercaya sebagai salah satu narasumber pada Diklat Prajabatan bagi CPNS Golongan I dan II di lingkungan Pemkab Tanah Laut. Saya diminta untuk menyampaikan materi tentang “Pembentukan Karakter dengan Dzikir Asmaul Husna.” yang juga berdasarkan pengalaman kebatinan saya.
Entah kenapa, di sela-sela pemberian materi, saya tiba-tiba kangen pada Guru Sekumpul. Maka jadilah, saya mangganang beliau sambil menyampaikan materi. Antara mangganang dan isi materi, ada suasana batin yang berbeda yang saya alami.
Dari arah belakang peserta diklat, tiba-tiba saya melihat bayangan Guru Sekumpul muncul, syaikhona mengenakan gamis serba putih dan bersorban tentu saja, sebagaimana pakaian sunnah beliau saat memberi pengajian kepada para ribuan murid dan jamahnya di Sekumpul.
Refleks, saya langsung meminta para peserta Diklat untuk menghadiahi Guru Sekumpul Surah Al-Fatihah satu kali. Guru Sekumpul masih berdiri tegak sementara di belakang syaikhona muncul ribuan jamaah berpakaian serba putih.
Menyadari ini, saya meminta sekali lagi kepada para peserta untuk menghadiahkan Fatihah Empat kepada Almarhum Guru Sekumpul.
Selepas itu, syaikhona meninggalkan ruang diklat. Subhanallah, saya sangat takjub dengan kejadian itu.
Selesai pemberian materi, seorang peserta Prajabatan bernama Awi (kita sebut nama panggilannya saja) langsung memeluk saya, sangat erat. Sambil menangis terisak-isak dia berbisik, “Alhamdulillah Pak, Guru Sekumpul hadir….” Saya menjawab sambil berbisik, “Ya, beliau memang hadir di tengah kita.”
Mendengar jawaban saya, sdr. Awi semakin erat memeluk saya dengan menangis lebih keras lagi. Beberapa peserta menyaksikan ini setengah bingung. Rupanya bukan saya saja yang melihat kehadiran syaikhona. (ayooha.com)
Sumber Cerita Asli: Om Abenk (panggilan akrab, 50 tahun, nama lengkap disamarkan, salah satu pejabat di Pemkab Tanah Laut, Kalsel. Kisah ini pertama kali dimuat di Group FB, Jamaah Abah Guru Sekumpul – JAGS).
Dimuat kembali dengan sedikit pengayaan dari admin.
Editor : Sulthan Abiyyurizky Putrajayagni
Foto Abah Guru Sekumpul & Bupati Banjar 1995-1999, H Abdul Majid (alm) dalam sebuah acara di Martapura. foto humas pemda banjar
BACA JUGA KISAH ABAH GURU SEKUMPUL LAINNYA :
Ini Sebabnya, Kenapa Guru Sekumpul dan Guru Bakrie Suka ‘Balucu-lucu’
Kisah Abah Guru Sekumpul yang Kada Mau Disusui di Depan Umum, Saat Bayi Mengisap Lidah Ulama