www.suarakaltim.com – Kungfu dianggap sebagai seni bela diri paling kuno, tetapi termasuk paling terkenal di dunia. Jika ditelusuri akar sejarahnya, tampaknya seni bela diri ini sudah mulai ada lebih dari 4000 tahun yang silam. Bentuk paling awal dari seni bela diri Cina ini dipraktikkan oleh tentara yang terjun langsung di medan perang. Menurut suatu legenda kuno, istilah penggunaan senjata tangan-untuk teknik seni bela diri disebarkan oleh Kaisar Kuning.
Kaisar Kunung adalah seorang tokoh yang diakui sebagai leluhur orang Tionghoa. Ia adalah salah satu raja di masa Tiga Penguasa dan Lima Kaisar. Kaisar Kuning tercatat di dalam catatan sejarah Shiji, sebagai seorang pemimpin bermarga Gongsan, bernama Xuanyuan. Ia tinggal di bukit Xuanyuan di sekitar Kota Zhenghou, Provinsi Henan sekarang.
Gulat Jiao Li
Di masa Dinasti Zhou, jiao dikembangkan menjadi sistem gulat yang dikenal sebagai Jiao Li
Sebelum menduduki tahta kekaisaran pada 2698 SM , Kaisar Kuning telah dikenal sebagai ahli bela diri. Ia mengembangkan bentuk gulat yang disebut Jiao Du, dimana kontestan memakai semacam helm bertanduk dan menyerang satu sama lain dengan tutup kepala mereka.
Selama masa pemerintahan Dinasti Zhou (1122-256 SM), Jiao Di dikembangkan menjadi sistem gulat yan dikenal sebagai Jiao Li. Jiao Li adalah salah satu sistem seni bela diri yang paling kuno di dunia dan pertama kali tercatat di buku besar Cina kuno, The Classic Ritus. Jiao Li dikembangkan sedemikian rupa sehingga memiliki teknik-teknik canggih dalam mengunci dan menyerang dengan cara menekan titik-titik tertentu dan beberapa teknik lainnya. Seni bela diri ini diajarkan kepada personil militer, selain juga belajar memanah, strategi perang dan teknik senjata.
Selama Dinasti Zhou, seni bela diri berkembang bersamaan dengan tren filosofis Konghucu dan Taoisme di masyarakat. Dalam Taoisme terdapat filosofi Ying dan Yang, yang diterapkan dalam sistem pertempuran, sehingga lahirlah teknik-teknik keras dan lunak seperti dalam kungfu saat ini. Tao sendiri merupakan energi kosmis yang dipadukan dengan kekuatan Chi, yang oleh seniman bela diri dimanfaatkan untuk meningkatkan kekuatan. Konfusianisme termasuk dalam praktik seni bela diri sebagai bagian dari enam seni yang harus dipraktikkan dalam hidup, berdampingan dengan kaligrafi, matematika, dan musik. Tampaknya dari sinilah seni bela diri kungfu lahir.
Kungfu dan Para Biksu Shaolin
Kedatagan seorang biarawan Budha dari India, Bodhidarma, di Kuil Shaolin yang baru dibentuk pada abad ke 6 M, disebut-sebut sebagai bagian penting dari sejarah kungfu. Bodhidarma dianggap sebagai pembawa agama baru dalam seni bela diri.
Tidak diketahui apakah para biksu di Shaolin sudah mempelajari seni bela diri sebelumnya atau Bodhidarma yang mengajari mereka. Ini masih diperdebatkan. Tetapi, biarawan Shaolin mengabdikan diri pada kungfu dan menjadi prajurit elit yang terkenal dan tersebar di seluruh Cina.
Pada waktu yang bersamaan, dibiara Tao, seperti yang ada di pegunungan Wudang, juga diajarkan seni bela diri tetapi dengan gaya yang berbeda dari kungfu.
Kungfu
Dahulu, para biarawan Shaolin mengabdikan diri pada kungfu
dan menjadi prajurit elit yang terkenal dan tersebar di seluruh Cina
Kungfu Muslim
Penduduk minoritas muslim Hui Cina diketahui telah berlatih kungfu selama ratusan tahun. Penindasan dari pihak penguasa, khususnya di masa Dinasti Qing (1644-1912 M), telah membuat para ahli bela diri Hui mengadaptasi kungfu melalui metode yang mereka terapkan sendiri.
Sama seperti di biara Shaolin dan Wudang, para imam muslim sering berlatif kungfu dan mengajarkanya kepada murid-murid mereka yang memenuhi syarat di pelataran masjid. Sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi , “Orang kuat bukanlah mereka yang mampu mengalahkan lawannya, tetapi mereka yang bisa melawan hawa nafsu,” telah merasuk dalam diri ahli kungfu muslim. Hal ini mendorong mereka tidak hanya mengembangkan teknik bela diri secara fisik, tetapi mereka pun mengembangkan chi, energi dalam, untuk pengendalian diri. Spirit pengendalian diri ini bersumber dari Hadits Nabi diatas. Bahkan, menurut peneliti Cina Mohammed Khamouch dalam tulisannya yang berjudul, “The Legacy of Muslim Kungfu Masters”, sabda Nabi Muhammad SAW tersebut merupakan filosofi penting dalam seni bela diri Cina Islam.
Muslim Cina telah mampu mengembangkan kungfu yang diselaraskan dengan nilai-nilai Islam. Karenanya, filosofi dan praktik kungfu muslim didasari doktrin dan identitas keislaman.
Menurut Mohammed Khamouch, para ahli kungfu muslim telah berlatih keras dan bersinambung. Mereka pun menyebarkan pengetahuan tentang seni bela diri ini. Namun, seperti diungkapkan oleh para guru di masa lampau, hanya orang yang benar-benar berdedikasi yang diizinkan mempelajari teknik-teknik tertentu dalam kungfu.
Kungfu Muslim
Para master kungfu muslim telah berhasil mengharmonisasikan
bentuk internal dan eksternal kungfu sesuai spirit Islam
Kungfu Gaya Tan Tui
Salah satu gaya atau jurus yang ditemukan atau disebarluaskan oleh orang-orang Hui muslim
Para master kungfu muslim telah berhasil mengharmonisasikan bentuk internal dan eksternal kungfu sesuai dengan spirit Islam. Secara luar biasa mereka melakukan “ ijtihad” (upaya) dalam melestarikan tradisi seni bela diri yang selaras dengan ajaran Islam dan pada saat yang sama menjauhi sikap permusuhan. Seni bela diri muslim ini bertujuan untuk melindungi kelompok mereka dari agresi luar. Tetapi, mereka pun kemudian kerap terlibat dalam pertandingan terbuka diantara para ahli kungfu lainnya.
Jauh sebelumnya, di masa Dinasti Ming (1368-1644 M), tokoh legendaris muslim Laksamana Cheng Ho juga telah mengombinasikan antara seni bela diri dan kemampuannya dalam memimpin angkatan laut.
Kini, gaya klasik kungfu muslim sudah sangat langka. Bahkan di antaranya, Huihui Shiba Zhou hampir menghilang sama sekali. Kungfu muslim mulai membuka diri dari masyarakat umum pada awal abad ke 20.
Gaya atau jurus kungfu muslim yang ditemukan dan/atau disebarkan oleh orang-orang Hui muslim Cina meliputi Tan Tui, Zhaquan, Baijiquan, Qishiquan, Piguaquan dan Huihui Shiba Zhou. Berikut ini uraian singkat gaya-gaya kungfu yang dimaksud.
Tan Tui biasanya digunakan sebagai pelatihan dasar untuk Zhaquan. Beberapa teknik Tongbei ada di Tan Tui, seperti hentakan kaki (tento) serta tahap “ bukaan” dan “ tutupan” bergiliran.
Tan Tui telah diadaptasi dan dimodifikasi dengan seni bela diri gaya lain. Tan Tui hadir sebagai gaya tersendiri di Provinsi Shandong.
Bajiquan menekankan serangan pukulan jarak pendek, seperti ai (meninju) dan kao (menopang), termasuk serangan siku-sikunya. Bajiquan mengutamakan kecepatan dan kualitas.
Meskipun Baijiquan tidak diperuntukan secara khusus bagi kalangan Hui, tetapi saat ini masih banyak praktisi terkenal dari Hui, seperti Wu Lianzhi, Ma Xianda, Ma Lingda dan Ma Mingda.
Zhaquan adalah gaya popular kungfu yang berasal dari Provinsi Shandong pada masa Dinasti Tang. Gaya ini pertama kali diajarkan oleh seorang jenderal seni bela diri yang bernama Hua Zongqi.
Warga yang mengobati dirinya setelah terluka dalam pertempuran, diajarkan gaya seni bela diri ini. Kini Zhaquan telah dipraktikkan secara luas di seluruh Cina, terutama di Shandong dan Henan.
Kungfu Gaya Baijiquan
Termasuk gaya atau jurus kungfu yang diciptakan oleh para ahli bela diri muslim
Kungfu Gaya Zhaquan
Di antara juruf kungfu yang turut memperkaya warisan atau penemuan budaya Islam di Cina masa lampau
Gaya Qishiquan yang mulai dikembangkan umat Islam di Henan, akhirnya mencapai Shanxi. Sayangnya, kungfu gaya ini semakin langka dan sangat sedikit orang mempelajarinya.
Kungfu Gaya Qishiquan
Awalnya kungfu gaya ini mulai dikembangkan umat islam di Henan
Piquaquan juga dikenal sebagai Piquazhang dan sering dilakukan bersama dengan Bajiquan. Kekuatan Piquaquan adalah kecepatan penggunaan senjata yang sering kali memutar
Kungfu Gaya Piquaquan
Salah satu gaya seni bela diri yang diciptakan seorang muslim
Piquaquan diciptakan oleh Wu Zhong, seorang muslim Cina dari desa Meng, daerah Cang, Provinsi Hebei. Wu awalnya belajar dua gaya dari dua biarawan Taois Lai dan Pi pada tahun 1727. Wu kemudian mengajarkan kungfunya pada putrinya, Wu Rong. Dianggap sebagai master generasi kedua gaya ini.
Huihui Shiba Zhou (gaya delapan belas siku Hui) sangat rahasia dan dianggap benar-benar hilang. Pada tahun 1970, terungkap bahwa seorang bernama Ju Kui memahami gaya ini.
Ju Kui lahir tahun 1886. Ia berasal dari keluara Hui di Hebei. Pada usia enam tahun dirinya sudah mulai mempelajarinya dari Sun Dekui dari Dezhou, Shandong. Dia dilatih selama 17 tahun.
Kungfu muslim adalah bagian dari warisan budaya Cina Islam. Keberadaannya perlu dikembangkanuntuk turut mengabadikan keberadaa dan peran umat Islam Cina di masa lampau dalam memperkaya khazanah kebudayaan Cina secara umum
Wong Feihung : Master Kungfu Legendaris
Para penggemar film laga, khususnya kungfu, pasti mengenal master kungfu legendaris Cina yang bernama Wong Fei Hung, seperti dalam film “ Once Upon A Tima in China”. Pada masanya, film yang dibintangi Jet Li ini menuai sukses luar biasa. Bahkan, secara berseri, film ini diproduksi berulang-ulang, dengan judul yang sama. Tidak hanya itu, tokoh Wong Feu Hung juga kerap muncul dalam film kungfu klasik Cina lainnya. Percaya atau tidak, Wong Fe Hung disebut-sebut sebagai seorang muslim.
Situs Sabili menuliskan, Wong Fei Hung merupakan sorang ulama, ahli pengobatan, sekaligus ahli bela diri legendaries, yang oleh pemerintah Cina namanya ditetapkan sebagai pahlawan nasional Cina. Tetapi pemerintah Cina tampaknya berupaya mengaburkan jati diri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan komunis di Cina.
Jet Li saat memerankan Wong Fei Hung dalam suatu film
Sosok kepahlawanan Wong Fei Hung ternyata telah menginspirasi para insan film untuk memfilmkannya
Wong Fei Hung
Namanya melegenda sebagai tokoh pembela rakyat yang tertindas
Masih dikutip dari situs tersebut, Wong Fei Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong), dari keluarga muslim yang taat. Nama “ Fei” pada Wong Fei Hung merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab “ Fais”. Sementara nama “Hung” juga menyebut nama Arab “ Hussein”. Jadi, bila dibahasa Arabkan, namanya ialah “ Faisal Hussein Wong”
Ayahnya, Wong Kay-Ying, juga seorang ulama, tabib tradisional dan ahli bela diri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Dia memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Kanton (ibukota Guandong). Ketinggian ilmu bela diri Wong Kay Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.
Sumber lain menyebut hal yang sama. Selain seorang muslim, Wong Fei Hung atau Hwang Feihong adalah seorang praktisi ilmu bela diri, tabib tradisional Cina, dan juga revolusioner yang kemudian menjadi pahlawan rakyat Cina. Kemuslimannya terkesam ditutup-tutupi oleh pemerintah Cina, kemungkinan untuk mempertahankan supremasi pemerintah yang komunis. Wong meninggal pada 25 Maret 1924 dalam usia 76 tahun.
Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Kanton, mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (lemah dan tertindas) yang tidak pernah membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas, Wong Fei Hung akan melawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya.[merdeka.com]
* Ensiklopedia Peradaban Islam Cina Muslim. Muhammad Syafii Antonio, M.Sc. Cetakan 1. Tazkia Pubhlising. 2012
BACA PULA
Kisah Putri Uighur, Nur Ela Nurhan Pilih Mati daripada Ditiduri Kaisar China
Di Hotel ini, Tamunya Adalah Orang-Orang yang Mau Meninggal Dunia