SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Novel Siti Kewe karya Raihan Lubis diperkenalkan kepada masyarakat Aceh setelah diluncurkan di salah satu warung kopi di Banda Aceh, Sabtu (4/11/2017).
Novel tersebut menceritakan bagaimana masyarakat Gayo merawat dan mengusahakan tanaman kopi laksana merawat ‘anak sendiri’ dengan sepenuh hati.
Raihan dalam pengantarnya menyampaikan, sebelumnya novel tersebut telah diluncurkan di tanah kelahirannya, Medan, Sumatera Utara.
Terakhir, novel itu akan diluncurkan di Jakarta.
Dia mengatakan, inspirasi penulisan novel tersebut berawal dari kisah-kisah yang direkamnya saat meliput semasa konflik tapi tidak bisa ditulisnya dengan berbagai pertimbangan.
“Novel ini terinspirasi ketika masa konflik. Kisah-kisah itu tidak bisa dituliskan ketika saya menjadi jurnalis. Kisah-kisah itu mengendap di kepala, mau ditulis tidak bisa,” katanya.
Kisah itu, lanjut dia, baru dituliskan ketika tidak lagi menjadi wartawan.
“Saya pikir kisah-kisah itu perlu dituliskan. Saya berharap ini menjadi referensi bagi warga Gayo,” ujar mantan wartawati Serambi Indonesia ini.
Raihan mengisahkan, pada tahun 2000, terjadi pembakaran luar biasa di beberapa kampung di daerah dataran tinggi Gayo.
Kampung-kampung itu diserang oleh beberapa orang bersebo.
“Banyak mayat di kebun. Hingga membuat orang-orang (khususnya laki-laki) takut ke kebun hingga kebun terlantar. Saat itu hanya perempuan Gayo-lah yang turun ke kebun, karena perempuan tidak diganggu oleh pihak yang bertikai,” ucapnya. (*