SUARAKALTIM.com – Punya kekayaan minus alias lebih banyak utangnya daripada aset, dua orang ini tetap pede maju di pilkada 2018.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa biaya politik di Indonesia sangat mahal. Politik uang dari hulu sampai hilir, dari soal uang mahar ke parpol sampai biaya kampanye serta amplop yang biasanya akan dibagikan kepada masyarakat pemilih, seakan mensyaratkan para petarung memiliki kecukupan finansial. Namun, ternyata dalam pilkada serentak 2018, ada dua petarung yang harta kekayaan mereka minus. Siapakah kedua orang ini?
Syapuani
Calon bupati Murung Raya, Kalimantan Tengah ini memiliki nilai kekayaan minus 115 juta rupiah, alias ia memiliki lebih banyak utang daripada harta. Syahpuani adalah seorang pensiunan guru. Sementara itu pasangan Syapuani, yakni Dihasbi, juga hanya memiliki harta kekayaan sejumlah 100 juta rupiah. Pasangan ini maju lewat jalur independen.
Kabupaten Murung Raya merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Barito Utara pada tahun 2002. Luas kabupaten ini sekira 23.700 km2, dengan penduduk kurang lebih 23.000 jiwa.
KPUD Kabupaten Murung Raya menetapkan 3 pasang cabup-cawabup yang akan berlaga pada 2018 ini. Selain pasangan Syapuani-Dihasbi yang maju lewat jalur independen, ada juga pasangan Aprianor-Susilo yang diusung oleh Partai Gerindra, Demokrat, PKS, dan Golkar. Lalu ada pasangan Perdie Joseph-Rejikinoor yang diusung oleh PDIP, PPP, Nasdem, dan PKB.
Tentu menarik menyimak bagaimana proses pemilihan bupati dan wakil bupati di Murung Raya ini. Strategi apa yang akan dipakai oleh Syapuani dan Dihasbi untuk memenangi pertarungan. Selain kekayaan mereka yang minus dan tidak banyak itu, sebagai pasangan yang maju lewat jalur independen, seakan mereka sedang bertarung di tengah dua gajah besar yang didukung oleh dua kelompok partai besar.
Sirajudin Paskalis
Calon lain yang berlaga pada pilkada 2018 dengan kekayaan minus adalah Sirajudin Paskalis yang harta kekayaannya minus 94 juta rupiah. Pria berusia 58 tahun ini maju sebagai calon wakil bupati Manggarai Timur, NTT, berpasangan dengan calon bupati Marselin Salimin. Lewat berbagai media massa, Sirajudin memang mengaku masih punya utang di bank.
Berbeda dengan Syahpuani, pencalonan Sirajudin mendampingi Marselis didukung oleh PDIP, Nasdem, dan Demokrat. Sirajudin punya banyak pengalaman dalam pemerintahan, dua di antaranya sebagai Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Kepala Badan Pemerintahan Desa.
KPUD Manggarai Timur sendiri telah menetapkan 5 pasang calon yang akan berlaga pada pilkada 2018 ini. Dengan pasangan sebanyak itu, persaingan pasti sangat ketat untuk bisa menjadi bupati dan wakil bupati yang akan memimpin kurang-lebih 232.000 penduduk Manggarai Timur.
Menurut aturan perundangan soal pilkada, seseorang yang masih memiliki utang boleh mencalonkan diri sepanjang tidak merugikan negara dan tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.
Tentu kabar ini setidaknya memberi semangat baru kelak, jika misalnya Iqbal Aji Daryono mau maju sebagai calon wakil bupati Bantul, atau Agus Mulyadi jika mau maju sebagai calon wakil bupati Magelang. Harta kekayaan mereka berdua tentu tidak minus. Dan mereka juga cukup punya modal sosial seandainya maju pada pilkada serentak tahun 2024.
Kalau mereka maju sebagai wakil, lalu siapa pasangan mereka? Saya kira Mas Edi Mulyono sebagai juragan buku plus pemilik kafe Basabasi bakal cocok maju sebagai calon bupati Bantul. Serasi memang jika didampingi oleh Iqbal. Sedangkan calon Bupati Magelang yang kelak layak didampingi Agus tak lain dan tak bukan adalah: Nafa Urbach.*
sk-012/