FOTO. Laksamana Zheng He (Cheng Ho)/ foto ist
Cheng Hoo/Cheng Ho atau Zheng He (Hanzi tradisional: Hanzi sederhana: Hanyu Pinyin: Zheng He, Wade Giles: Cheng Ho; nama asli: Hanyu Pinyin: Ma San Bao; nama Arab: Haji Mahmud Shams) (1371-1433), adalah seorang pelaut dan penjelajah Tiongkok terkenal yang melakukan beberapa penjelajahan antara tahun 1405 hingga 1433.
BIOGRAFI
Cheng Ho adala seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yong Le dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming.
Nama kecilnya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma San Bao/Sam Po Bo, yang lahir tahun Hong Wu ke 4 (1371 M) merupakan anak ke 2 dari pasangan Ma Ha Zhi dan Wen (kedua orang tua dan leluhurnya sudah Muslim sejak awal Islam masuk ke Tiongkok lewat “Jalan sutera” yang dibawa oleh Sa’ad bin Waqqas) berasal dari provinsi Yunan, ia dilahirkan di Desa He Dai, Kabupaten Kun Yang.
Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunan, Cheng Ho ditangkap dan kemudian dijadikan orang kasim (supaya #saingan Kaisar). Ia adalah seorang bersuku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, suku Hui kebanyakan adalah pendekar, jago silat dan pedang, namun beragama Islam. Makanya agama Islam dalam bahasa Mandarin disebut “Hui Jiao”.
Sejak tahun 1368, kekaisarana Tiongkok mengalami kemunduran karena jatuhnya Dinasti Mongol. Dengan keberaniannya, Cheng Ho menawarkan diri buat melakukan perjalanan ke berbagai penjuru dunia untuk mengembalikan kejayaan Tiongkok. Niat Cheng Ho ini disambut rasa bangga dan terharu dari sang kaisar.
Cheng Ho berlayar ke Malaka pada abad ke 15
Majalah Life menempatkan laksamana Cheng Ho sebagai nomor 14 orang terpenting dalam milenium terakhir. Perjalanan Cheng Ho ini menghasilkan peta navigasi Cheng Ho yang mampu mengubah peta navigasi dunia sampai abad ke 15. Dalam buku ini terdapat 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan dan berbagai pelabuhan.
Cheng Ho adalah penjelajah dengan armada kapal terbanyak sepanjang sejarah dunia yang pernah tercatat. Juga memiliki kapal kayu terbesar dan terbanyak sepanjang masa hingga saat ini (lebih 300 kapal, 27.000 ABK, dll).
Selain itu dia adalah pemimpin yang arif dan bijaksana, mengingat dengan armada yang begitu banyaknya dia dan para anak buahnya tidak pernah menjajah negara atau wilayah dimanapun tempat para armadanya merapat. Sehingga beliau dikatakan sebagai Pembawa Misi Perdamaian, bukan Penjajahan.
Ketika pelayarannya sampai di Selat Hormos, beliau bersama anggotanya yang Muslim melakukan ibadah Haji.
Semasa di India termask ke Kalkuta, para anak buah juga membawa seni bela diri lokal yang bernama “Kallary Payatt” yang mana setelah dikembangkan di negeri Tiongkok menjadi seni bela diri Kungfu.
Bukti Laksamana Cheng Ho Penemu Benua Amerika, bukan Columbus
Terdapat sebuah salinan peta berusia 600 tahun yang ditemukan di sebuah toko buku loak mengancam status Columbus sebagai penemu Amerika. Juga menjadi kunci untuk membuktikan bahwa orang dari negeri Cina lah yang pertama menemukan benua itu.
Dokumen tersebut konon berasal dari suatu penemuan ketika abad ke 18, merupakan salinan peta di tahun 1418 yang dibuat Laksamana Cheng Ho, yang menunjukkan detil “dunia baru” dalam beberapa sisi.
Klaim bukti bahwa Laksamana Cheng Ho memetakan Belahan Bumi Barat (Western Hemisphere) lebih dari 70 tahun sebelum Columbus, adalah salah satu klaim yang dimuat penulis Gavin Menzies dalam buku barunya, “Who Discovered America?” yang diluncurkan jelang Hari Columbus tahun ini.
“Kisah tradisional bahwa Columbus menemukan ‘dunia baru’ adalah fantasi belaka”, kata dia seperti dimuat Daily Mail, 8 Oktober 2013.
Ia bahkan yakin, Columbus memiliki salinan peta Cheng Ho saat mengarungi samudera menuju Amerika.
Menzies juga mengatakan, armada megah kapal China yang dipimpin Cheng Ho berlayar di sekitar daratan Amerika Selatan, 100 tahun sebelum Ferdinand Megellan- orang Eropa pertama yang melayari Samudera Pasifik bertujuan mengelingi bola dunia.
Lebih jauh lagi, Menzies mengklaim, bahwa pemukim pertama Belahan Bumi Barat bukan berasal dari ‘Jembatan Selat Bering’, tapi adalah pelaut China yang pertama melintasi Samudera Pasifik sekitar 40 ribu tahun lalu.
Ia juga menulis bahwa penanda DNA membuktikan Indian Amerika dan pribumi lainnya adalah keturunan para pemukim dari Asia. Ini dibuktikan dalam Peta Kuno…
Klaim bahwa Cheng Ho menemukan Amerika, bukan kali ini saja diungkap Menzies. Ia pernah mempublikasikannya tahun 2002 lalu. Bedanya, dibuku terbarunya ia menyertakan salinan peta yang ditemukan seorang pengacara di Beijing, Liu Gang di penjual buku loak yang ia klaim memperkuat teorinya.
Ia bersikukuh, peta itu jelas-jelas menunjukkan sungai dan perairan di Amerika Utara, demikian juga dengan daratan Amerika Selatan.
Sebelumnya, si penemu peta, Liu mendapatkan pengakuan dari balai lelang Christie’s bahwa dokumennya kuno dari abad ke 18 bukan palsu.
Dari peta itu, Menzies juga berkonsultasi dengan tim sejarawan yang menganalisa tulisan yang tertera di sana. Lalu ia menyimpulkan, peta itu aslinya dibuat pada masa Dinasti Ming yaitu periode pemerintahan di China yang berlangsung tahun 1368-1644.
Salah satu wilayah dari peta, diyakini Menzies mengacu pada Peru. “Di sini orang-orang mempraktekkan agama Paracas. Di sini juga orang-orang mempraktekkan pengorbanan manusia”, demikian ujar dia dalam bukunya.
Menzies menambahkan, apalagi ada banyak istilah China yag digunakan di sejumlah kota dan di wilayah Peru. Dalam peta kuno Peru, misalnya, ada istilah ‘Chawan’ tanah yang disiapkan untuk disemaikan dan ‘Chulin’ yang artinya kayu atau hutan.
Pemukim dari Asia
Debut Menzies dimulai apda 2002 lalu dalam bukunya, ‘1421: The Year China Discovered the World’ yang menyebut Laksamana Cheng Ho mencapai Eropa dan Afrika, juga melintasi Samudera Pasifik, ke Belahan Bumi Barat.
Dia mengklaim Cheng Ho tak hanya menemukan “dunia baru” pada 1421, tapi meninggalkan koloni di sana. Armadanya juga berlayar di sekitar ujug Amerika Selatan melalui Selat Megellan sekitar Teluk Meksiko dan sampai Mississippi.
Sementara dalam buku barunya, Menzies fokus pada teori tentang orang Asia yang berhasil sampai ke Amerika Utara dan selatan jauh sebelum Cheng Ho. “Setidaknya 40 ribu tahun lalu”, tulis dia.
Kebanyakan ilmuwan percaya bahwa manusia pertama yang menghuni Belahan Bumi Barat adalah pada sekitar 13.000 sampai 16.500 tahun yang lalu dari laut. Menzies memberikan ilustrasi:
“Jika anda masuk ke bak mandi plastik, arus juga akan membawa anda ke sana”, kata dia. “Kuncinya ada pada arus”. Jadi, siapa penemu benua Amerika yang sebenarnya ..? pungkas Menzies.
Laksamana Cheng Ho, Muslim yang “disembah” Non Muslim
Klenteng Sam Poo Kong di Semarang, Jawa Tengah, berhubungan dengan muhibah atau perjalanan Laksamana Cheng Ho. Menurut inskripsi di Klenteng Sam Poo Kong yang ditulis dalam tiga bahasa: Inggris, China dan Indonesia, tercatat Cheng Ho telah dua kali datang ke Kota Semarang, yakni pada 1406 dan 1416 M.
Asal nama Sam Poo Kong diceritakan berasal dari nama Cheng Ho. Laksamana Cheng Ho merupakan sidasida (pria yang dikebiri dan mengabdikan diri pada istana) yang berasal dari Yunan dan biasa disebut San Pau. Sementara, orang-orang dari daerah Fu Jian (Hok Kian) menyebutnya dengan nama Sam Po. Diketahui, orang-orang China perantauan di Simongan berasal dari Fu Jian.
“Cheng Ho disebut Sam Po Tay Djien atau Sam Po Tao Lang yang berarti Tuan Besar Sam Po”, ujar Djawahir Muhammad, Budayawan Semarang.
Walau Laksamana Cheng Ho beragama Islam, warga China non muslim tetap memujanya. Sosok Cheng Ho sangat dihormati tak hanya oleh warga Tionghoa, namun juga warga setempat.
BACA PULA Kung Fu, Warisan Budaya Muslim Cina
Setiap malam Jumat Kliwon, mereka berkunjung ke Sam Poo Kong. Dengan membawa bunga, mereka mendatangi patung Cheng Ho layaknya mendatangi makam Wali atau Sunan. Hal tersebut tak beda jauh dengan apa yang dilakukan warga Tionghoa yang menyembah Cheng Ho layaknya Dewa. Meski telah diketahui secara jelas bahwa Cheng Ho beragama Islam, namun tidak menyurutkan masyarakat Tionghoa untuk menyembah dan memujanya.
Penyembahan tersebut berawal dari salah kaprah menyikapi patung yang dibuat orang-orang pendahulu. Berawal satu dua orang yang menyebut keinginannya di depan patung Cheng Ho dapat menjadi perantara doa mereka kepada Tuhan. Mereka pun mulai menyembahnya.
“Sebenarnya pembuatan patung Cheng Ho oleh pemukim China bersama Juru Mudi Cheng Ho yang beragama Islam tidaklah ditujukan untuk menyembah laksamana besar itu. Patung Cheng Ho dibuat sebagai penghormatan atas kehebatan dan jasa-jasanya” tambahnya.
Laksamana Cheng Ho dan Wali Songo
Cheng Ho pertama kali datang di Indonesia jauh sebelum Wali Songo muncul. Waktu itu, penyebaran Islam di Indonesia sifatnya masih sangat kecil dan tertutup. Sejak Cheng Ho datang, hal ini berubah 180 derajat. Dan kebanyakan diantara Wali Songo tersebut adalah orang Tionghoa.
“Penyebaran Islam makin masif dengan akulturasi budaya yang luar biasa”, ujar Remy Sylado, sejarawan Indonesia sekaligus pakar Tiongkok.
Cheng Ho memang pantas disebut sebagai simbol akulturasi. Sebagai seorang Tionghoa pemeluk Islam, dia sukses ikut menyebarkan agama Islam (“bermazhab Hanafi”) di Indonesia. Saking berjasanya, jejak-jejak Cheng Ho masih banyak kita temui sampai sekarang.
BACA PULA Kisah Putri Uighur, Nur Ela Nurhan Pilih Mati daripada Ditiduri Kaisar China
Seperti sekarang di Sulawesi selatan ada 2 (dua) masjid Muhammad Cheng Ho atau bahasa Mandarinnya Zheng he qing zhen si yang berarsitektur khas Tionghoa yang mirip Kelenteng dengan Kubah bersegi delapan “Pa Kwa”, yaitu di Jl. Danau Tanjung Bunga, Makassar dan di Jl. Tun Abd. Razal, Kab Gowa.
Pada tahun 1424, kaisar Yong Le wafat. Penggantinya, Kaisar Hong Xi (berkuasa tahun 1424-1425), memutuskan untuk mengurangi pengaruh kasim di lingkungan kerajaan.
Cheng Ho terakhir kali melakukan satu ekspedisi lagi pada masa kekuasaan Kaisar Xuan De (berkuasa 1426-1435). Akhirnya Laksamana Cheng Ho meninggal pada tahun 1433 di Kozhikode, India.