JAKARTA, www.SUARAKALTIM.com – Presiden Jokowi suka pamer klaim keberhasilan membangun Tol Trans Jawa. Namun tidak disebutkan pula kekurangannya yang tentu perlu diwaspadai agar tidak merugikan rakyat. Misalnya tol baru diresmikan sudah rusak atau ambrol. Lebih-lebih karena kasus tol ambrol sering terjadi pada tahun 2017 dan 2018 ini.
Karena itu Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Suhendra Ratu Prawiranegara menyatakan klaim pemerintahan Jokowi berhasil membangun tol Trans Jawa tidak terbukti. Sebab, baru beberapa hari diresmikan, ada bagian talut jalan tol Salatiga-Solo yang ambrol.
“Klaim pemerintah berhasil bangun tol Trans Jawa bohong. Buktinya baru diresmikan beberapa hari, sudah ambrol. Bukan prestasi namanya kalau pemerintah bangun tol seperti kerupuk. Pembangunan infrastruktur harus berkelanjutan. Sayang kan, sudah uang hasil hutang, tapi produk pembangunannya tidak berkelanjutan,” kata Suhendra dalam keterangannya kepada wartawan Kamis (27/12/2018).
Pernyataan Suhendra menyusul ambrolnya bagian talut jalan tol Trans Jawa di kilometer 489 di Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, Boyolali. Posisi jalan tol tersebut lebih tinggi dari areal persawahan di kanan dan kirinya sekitar 5 meter.
Suhendra menduga, kerusakan serupa bisa terjadi di lokasi lain. Karena itu dia mendesak pemerintah melakukan audit total terhadap pembangunan jalan tol Trans Jawa.
“Harus ada audit total terhadap pembangunan jalan tol Trans Jawa. Ini menyangkut keselamatan masyarakat pengguna jalan tol. Jangan sampai keselamatan mereka dikorbankan gara-gara proyek kejar tayang ini,” kata Suhendra.
Suhendra mengatakan, pembangunan seluruh proyek infrastruktur era Jokowi termasuk jalan tol Trans Jawa terkesan terburu-buru dan dikebut untuk kepentingan kampanye.
Hal itu tersirat saat Presiden Jokowi memberi tenggat waktu kepada jajaran menterinya agar menyelesaikan seluruh proyek pembangunan infrastruktur sebelum bulan April tahun 2019.
Suhendra menilai, pembangunan proyek infrastruktur kejar tayang menyebabkan kualitas bangunan dan keselamatan pekerja tidak terjamin. Sebab itu, lanjut Suhendra, sudah sepatutnya bila Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) pro aktif melakukan audit atas proyek-proyek infrastruktur tersebut.
“Jangan hanya sekedar tayang , tapi kualitas infastruktur dan keselamatan pekerja jadi nomor kesekian. Karena sudah ada contoh selama 2018 kecelakaan kerja sangat banyak terjadi,” kata Suhendra.
Seperti dikutip dari detik.com, talut tol ruas Salatiga-Kartasura di kilometer 489 mengalami kerusakan. Talut tersebut ambrol setelah diguyur hujan deras. Panjangnya sekitar 20 meter. Tanah yang longsor menggerus hingga tiang pagar besi pengaman jalan tol ambles.
Posisi jalan tol tersebut lebih tinggi dari areal persawahan di kanan dan kirinya sekitar 5 meter. Untuk meninggikan jalan tol tersebut dengan timbunan tanah. Untuk menahan timbunan tanah itu dibangun talut. sk-005/cnbci/hud/duta.co.id