Direktur Utama PT Jasa Marga Balikpapan Samarinda (JBS) STH Saragih dihubungi di Samarinda, Minggu, menjelaskan, sisa lahan yang belum dibebaskan berada di area seksi 4 proyek tol, yakni di wilayah Simpang Pasir Palaran yang mengarah ke Jembatan Mahkota Dua Samarinda.
Menurut Saragih, ada keterlambatan dalam melakukan pelebaran right of way, yang awalnya hanya sebagai akses tol menjadi jalan tol.
“Jadi, ada penambahan jalan dari semula lebarnya 40 meter menjadi 60 meter,” jelas Saragih.
Saat ini, lanjutnya, lahan yang tersisa untuk dibebaskan sekitar 150 bidang kecil-kecil yang berada di kawasan sekitar Simpang Pasir Palaran, Samarinda.
Untuk persoalan pembebasan lahan, PT JBS tidak terlalu khawatir karena telah ada komunikasi dengan instansi terkait untuk penyelesaiannya, yakni Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
“Tim BPN dan PPK telah turun ke lapangan dan menargetkan pada September mendatang pembebasan lahan sudah rampung 100 persen,” imbuhnya.
Dengan estimasi pembebasan lahan selesai pada September 2018, Saragih tetap yakin proyek pembangunan jalan tol yang menghubungkan Kota Balikpapan dengan Kota Samarinda sepanjang 99,35 kilometer itu akan tuntas pada akhir tahun 2018.
“Kami tetap optimistis bisa menuntaskan tol pertama di Pulau Kalimantan ini pada Desember 2018 atau paling lambat pada awal Januari 2019,” tegasnya.
Proyek pembangunan jalan tol Balikpapan-Samarinda dimulai pada 12 Januari 2011, yang awalnya didanai APBD Provinsi Kaltim.
Saat ini, kemajuan pembangunan proyek strategis nasional tersebut sudah mencapai sekitar 65 persen dan dijadwalkan bisa beroperasi pada akhir tahun 2018 atau Januari 2019.sk-005/antaranews