Suara Kaltim – Ada banyak tulisan-tulisan mengenai Wali Katum, tapi kali ini saya mengambil dari manaqib Wali Katum, orang alim dari Desa Tabudarat yang ditulis oleh Muhammad Isa Anshari. Karena tulisan Wali Katum tersebut sudah sepengetahuan H Mukhyar atas nama keluarga Wali Katum, yang membenarkan dan sebagai penanggung jawab.
Muhammad Isa Anshari dalam bagian kata pengantarnya menyebutkan, tulisan riwayat Wali Katum dibuat tidak lain untuk mengangkat dan memperkenalkan riwayat seorang wali Allah penggemar ilmu, zuhud, wara’, sabar dan tawakkal. Menekuni Al Qur’an sebagaimana amalan harian , seseorang yang hatinya terkait dengan ilmu dan tafakkur, gemar di masjid dengan salat lima waktu berjamaah. Seorang yang sederhana dengan segala kekurangan dalam hal harta dan keduniaan, namun sangat nampak karamahnya.
Nama beliau yang sebenarnya adalah Muhammad Artum Ali atau Muhammad Ramli. Nama panggilan beliau “Katum”, yang diambil dari nama beliau “Artum” bin Katutut. Katut nama ayah dan Hamsah nama ibu beliau.
Wali Katum dilahirkan di desa Tabudarat Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Wali Katum dilahirkan dalam keluarga sederhana dan sangat kuat beragama. Saat masih kecil dan meningkatkan remaja, Wali Katum sangat suka menuntut ilmu.
Istri Wali Katum bernama Saimah binti Mansur. Saudara kandung beliau bernama Ali, Husin, Ramnah dan Kasim. Katum mempunyai anak tiga orang. Yaitu Siti Aisyah, Mawi dan Arian, yang meninggal saat masih kecil.
Awalnya, Wali Katum belajar ilmu agama di kampung sendiri di Desa Tabudarat kepada Tuan Guru H Musdar, Tuan Guru H Sabran dan beberapa tuan guru lainnya. Kemudian Katum juga belajar agama kepada Tuan Guru H Halid dan H Ahmad di Limbu’ung Benau Kepayang, Tuan Guru H Arsyad asal Alabio, Tuan Guru H Baseri di Telaga Jingah Pantai Hambawang. Guru H Baseri termasuk yang paling lama mendidik beliau. Guru-guru Katum lainnya, yakni Tuan Guru H Mansur di Tubai Pantai Hambawang, Tuan Guru H Jamhari, Tuan Guru H Ismail bin H MuhammadTaher, Tuan Guru H Karim di Dangu Barikin dan beberapa tuan guru lainnya di Desa Pasungkan Kecamatan negera Hulu Sungai Selatan.
Adapun ibadah-ibadah yang dilakukan Wali Katum banyak macamnya, dari salat, puasa, membaca Al Quran, membaca shalawat nabi, tafakkur dan lain-lain. Artum Ali sekalipun telah memperbuat suatu ibadah, tetapi beliau terus melakukan sesuatu yang disukai dan dicintai Allah, yaitu mempelajari ilmu agama.
Seperti perkataan Imam Safi’i : “Tidak diperbuat ibadah kepada Allah yang terlebih afdal setelah melaksanakan ibadah yang wajib, yaitu menuntut ilmu agama”.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda, yang artinya : Paling afdal sedekah, ialah seorang muslim yang mempelajari ilmu kemudian mengajarkannya kepada saudara-saudaranya sesama muslim ( H.R Ibnu Majah).
Imam Nawawi di dalam muqadimah Syarah Muhazzab banyak menyeter beberapa hadist dan ayat-ayat Al Qur’an dan perkataan sahabat. Di antara perktaan Ali Radiallahuanhu, yang artinya : Orang alim lebih besar pahalanya dari orang yang berpuasa sunat, salat sunat dan ikut berperang membela agama Allah” (Majmuu 1: 43).