Rumah Wali Katum Atapnya Sudah Bolong-bolong, Tapi Saat Hujan Lebat, Berteduh dalam rumahnya Tak kehujanan

Lalu pada batin hati beliau tenggelam dalam cahaya hakikat (halul fana), zahirnya syariat tetapi hatinya penuh dengan cahaya hakikat, kegembiraan dengan taat kepada Allah Subhanahu wa’ala. Bukan dengan makanan enak-neak, bukan dengan rezeki yang melimpah ruah, bukan dengan bertemunya dengan orang yang dicintai, bukan dengan berhasilnya usaha. Tetapi kegembiraan, bila bisa taat kepada Allah dan senang dengan zikrullah, selalu berzikir, hati yang selalu ingat dengan Allah subhanahu wata’ala serta hatinya hanya berpegang kepada Allah subhanahu wata’ala.

Karena begitu asiknya Wali Katumd alam beribadah, menuntut ilmu, mutala’ah kitab-kitab dan tenggelamnya beliau dalam hakikat, maka Wali Katum tidak bekerja lagi mencari nafkah untuk diri sendiri maupun untuk istri dan anak-anak beliau.

Ayah Wali Katum membantu memberikan nafkah kepada anak-anak dan istri Wali Katum. ” Bila ada kekurangan biaya ambil haja ka sini”, kata ayah Wali Katum, Katutut kepada menantunya Saimah binti Mansur.

Artinya, ayah Wali Katum mengerti dengan kondisi anaknya, yang tidak bekerja lagi, dan cukup sibuk dengan pekerjaannya beribadah dan menuntut ilmu. Ayah Wali Katum bersedia menanggung keperluan rumah tangga Wali Katum. Rumah ayah Wali Katum di desa Mahang, jaraknya sekitar 3 kilometer dari rumah Wali Katum atau kubah makamnya saat ini.

Wali Katum rajin beribadah dan terus menuntut ilmu agama. Kegembiraan, bila bisa taat kepada Allah dan senang dengan zikrullah, selalu berzikir, hati yang selalu ingat dengan Allah subhanahu wata’ala serta hatinya hanya berpegang kepada Allah subhanahu wata’ala.

Karena keadaannya yang suka menuntut ilmu dan menyendiri, Artum Ali meminta kepada ayahnya, untuk dibangunkan sebuah rampa atau gubuk di tanah palidangan milik ayahnya di Sungai Bubus. Wali Katum ingin lebih khusus dalam beribadah, khalwat dan uzlah. Lebih kurang 5 tahun Artum Ali bertempat tinggal di gubuknya. Di awal-awal istrinya kadang-kadang menjenguk bersama anak-anak. Hingga akhirnya, Artum Ali bercerai karena tinggal di gubuk di Sungai Bubus itu. Walaupun akhirnya kembali rujuk.

Di gubuk itulah, awal mula Artum ali membina diri, dalam kesendirian khalwat, uzlah dan tafakkur kepada Allah Subhanahu Wata ‘ala.