Rusmadi Jadi “Orang Bugis”, Syafaruddin “Orang Jawa”

KEBHINEKAAIN TUNGGAL IKA. Empat paslon, dua paslon Syaharie Jaang- Awang Ferdian Farouk dan Rusmadi Wongso – Syafaruddin mengenakan pakaian adat daerah. Kedua paslon menunjukkan bahwa sekalian berbeda namun tetap menjunjung kedamaian. foto istimewa.

 

SAMARINDA,SUARAKALTIM.com. Ada yang menarik dalam acara rapat pleno penetapan dan pencabutan nomor urut pasangan calon (Paslon) gubernur dan wakil gubernur  Kaltim yang dilakukan KPU Kaltim di Hotel Mesra,  Selasa (13/2/2018) pagi tadi.  Selain ramai suara teriakan yel yel yel  pendukung jagoan paslon masing-masing,  para pimpinan  Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kaltim dan  2 pasangan paslon berpakaian adat daerah. Selain pimpinan KPUdan paslon, sejumlah anggota  tim sukses juga mengenakan pakaian adat daerah masing-masing. Seakan menunjukkan bahwa keberagaman  atau berbeda-beda suku dan agama  itu indah. Termasuk istri Syaharie Jaang yang terlihat mengenakan pakaian adat Jawa.

Syaharie Jaang mengenakan pakaian adat dayat  dan Awang Ferdian Farouk berbaju Kutai.  Selain Jaang-Ferdi, yang lebih “unik” lagi,  Rusmadi Wongso-Syafaruddin. Paslon nomor 4 ini seperti “bertukaran pakaian”.  Rusmadi yang diketahui “orang Jawa” dan saat ini menjabat sebagai ketua Ikapakarti Kaltim mengenakan pakaian bugis, lengkap dengan songkok bonenya,  sementara Syafaruddin yang “orang Bugis” memakai pakaian Jawa lengkap dengan blankonnya.  

Tentang pakaian adat ini,  akhir bulan Januari  Syaharie Jaang juga sempat memakai pakaian adat Jawa saat acara Musyawarah Daerah (Musda) IV Dewan Pengurus Daerah Ikatan Paguyuban Keluarga Tanah Jawi (Ikapakarti) Kota Samarinda digelar di Gedung Forum Kebangsaan, Jl Ki Hajar Dewantara, Kompleks Universitas Mulawarman, Samarinda, Sabtu (20/1). Ikapakarti merupakan organisasi paguyuban warga Jawa yang berada di luar daerah.

Menurut Syaharie Jaang, selain istrinya orang Jawa, di keluarganya sukunya bermacam-macam.  Saudara, sepupu dan keponakannya ada yang menikah dengan orang Bugis, Batak bahkan ada yang dengan orang Buton.

“Syukur alhamdulilah, masyarakat Kaltim ini heterogen, ada banyak suku dan hidup dalam suasana damai dan rukun. Itulah di antara yang utama diinginkan semua masyarakat,  termasuk pendatang, dalam berusaha atau mencari rezeki di Kaltim ini,’’ kata Walikota Samarinda ini. Sk-001./foto dok. istimewa.