Suara Kaltim – ADA satu keluarga yang sangat miskin penghidupannya sehari-harinya. Hingga pada suatu saat, mereka mempunyai hajatan/selamatan. Karena kecintaannya yang sangat luar biasa kepada Abah Guru Sekumpul, lalu akhirnya sang kepala keluarga/ayah pun memberanikan diri berjalan kaki menuju rumah kediaman Abah Guru Sekumpul.
Dia tidak bisa bertemu dengan Abah Guru saat itu, maka sang ayah hanya mengundang kepada Abah Guru Sekumpul lewat Khadam beliau saja. Maka pulanglah sang ayah dengan perasaan harap-harap cemas di dalam hatinya.
“Ya Allah, mudahan sidin (beliau) bisa datang ke hajatan / selamatan ulun (saya) malam kena (nanti). Aamiin.”
Maka tibalah saat selamatan atau hajatan itu dimulai. Beberapa kali sang Ayah keluar masuk rumah untuk melihat keadaan jalan yang gelap gulita itu. Para undangan sekitar rumahnya pun mulai berdatangan.
Sampai-sampai sang ayah seperti berputus asa.
“Apakah mungkin beliau akan datang ke rumah yang reot ini, rumah seorang yang miskin ini…”
Sampai akhirnya suasana kampung pun berubah. Terlihat orang-orang berlarian ke suatu tempat. Maka sang ayah pun ikut mendatangi ke keramaian itu untuk mengetahui ada apa gerangan…?
Masya Allah…!!! Terlihat Abah Guru Sekumpul dan beberapa orang yang mengikuti beliau di belakang beliau, berjalan menuju ke rumah sang ayah yang fakir lagi miskin itu. Langsung tanpa isyarat, sang ayah menyambut tangan Abah Guru Sekumpul dan dengan semangat yang menggebu-gebu dan rasa gembira dan haru yang luar biasa, sang ayah menunjukkan rute menuju ke rumahnya.
Sampailah Abah Guru ke rumah reot yang tidak layak huni itu. Tanpa berkata-kata apapun, Abah Guru Sekumpul langsung masuk ke dalam rumah dan beliau langsung memimpin pembacaan Tahlil sampai dengan selesai. Tidak lama setelah itu, Abah Guru berpamitan untuk pulang kepada Tuan rumah.
Abah guru bersalaman dengan sang ayah/kepala keluarga tersebut sambil memberikan amplop, “Ini uang untuk mengganti biaya pian (Anda) selamatan sisanya untuk pian berdagang” ucap Abah Guru.
Maka pulanglah Abah Guru beserta rombongan menuju ke mobil beliau. Setelah semua undangan pulang, dan setelah selesai membersihkan piring-piring dan gelas keluarga itu lalu berkumpul. Sang ayah di hadapan isteri dan anak-anaknya lalu membuka amplop yang diberikan oleh Abah Guru Sekumpul tadi.
Masya Allah…!!! Betapa terkejutnya keluarga itu, melihat uang yang diberikan oleh Abah Guru Sekumpul kepada mereka, adalah jumlah uang yang besar pada masa itu.
Subhanallah..! Memang benarlah sebagian dari akhlak Abah Guru Sekumpul apabila beliau datang atau berhadir ke suatu acara atau hajatan, maka beliau tidak pernah datang dengan tangan kosong. Selalu beliau memberikan amplop atau uang kepada Panitia, ataupun yang memiliki hajatan.
Inilah akhlaknya Rosulullah SAW, inilah akhlaknya Abah Guru kita tercinta. Semoga kita dapat mengikuti jejak beliau dan mendapat aliran barakahnya. Amin…
Foto Abah Guru Sekumpul ketika menghadiri salah satu undangan. – foto istimewa
sumber anonim/ayooha.com
BACA JUGA :