Semua Presiden Indonesia itu Gila
INI adalah humor Gus Dur di depan Fidel Castro. Ketika itu Gus Dur berkunjung ke negara Kuba. Kepada Castro, Gus Dur menyatakan bahwa semua presiden Indonesia itu punya penyakit gila.
“Presiden pertama Bung Karno gila wanita,” kata Gus Dur.
“Lalu presiden yang kedua?” tanya Castro.
“Kalau yang itu gila harta,” kata Gus Dur sambil nyengir.
“Kalau presiden yang ketiga bagaimana? Castro terus mengejar.
“Wah, dia sih gila ilmu, gila teknologi.”
“Kalau yang keempat,” Castro bertanya sambil tersenyum.
“Itu berarti saya ya…,” kata Gus Dur sambil terkikik. “Kalau presiden yang keempat sih sering membuat orang gila karena yang memilihnya juga orang-orang gila.”
Gus Dur dan Castro ngakak bersama-sama. Sebelum tawa Castro reda, Gus Dur langsung bertanya.
“Yang Mulia Presiden Castro termasuk yang mana?”
Saya termasuk yang ketiga dan keempat,” jawab Castro sambil tertawa.
(Tulisan ini sepenuhnya diambil dari buku Guntur Wiguna, Koleksi Humor Gus Dur (Yogyakarta: Narasi, 2015))
Bermimpi Ketemu Bung Karno
Ketika Orde Baru masih berjaya, Gus Dur diikutkan dalam penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4). Sampai runtuhnya Orde Baru, Gus Dur memang masih tercatat sebagai salah seorang manggala BP-7. Seperti biasa, saat memasuki ruang penataran, Gus Dur lebih banyak tidur ketimbang mendengar ceramah para menggala, termasuk pada saat diskusi-diskusinya.
Hal itu membuat para peserta penataran emosi. Pada acara sesi diskusi, Gus Dur dibangunkan untuk ikut berbicara.
“Ayo, jangan tidur saja. Ini kita sedang membicarakan demokrasi,” kata sang penatar P4, seperti dikutip dari tulisan Mahfud MD dalam buku berjudul, Gus Dur: Islam, Politik, dan Kebangsaan.
Karena dibangunkan, terpaksa lah Gus Dur berbicara. “Ini diskusi demokrasi ya? Kebetulan, ketika tidur tadi saya bermimpi bertemu dengan Bung Karno, Beliau menjelaskan kepada saya tentang demokrasi yang dipidatokan tanggal 1 Juni,” kata Gus Dur memulai pembicaraannya.
Namun belum selesai Gus Dur bicara, para peserta yang lain sudah nyeletuk tidak puas. “Yang serius dong. Ini kan penataran tingkat nasional,” kata seorang peserta.
“Ya, masak kita mau membahas mimpi,” celetuk yang lain. “Ya, yang benar saja, topik serius jangan dibawa ke soal mimpilah,” kata yang lain menyahut.
Dari sinilah dengan cerdik dan cerdas Gus Dur kemudian masuk ke soal substansial. “Bagaimana anda-anda ini mau berbicara dan membangun demokrasi, kalau orang bermimpi saja dilarang? Di dalam demokrasi itu ada kebebasan, termasuk bebas bermimpi. Kalau anda berani melarang orang bermimpi pasti anda akan berani melarang orang menggunakan haknya yang lebih penting. Itu bertentangan dengan demokrasi,” Kata Gus Dur dengan suara keras dan serius.