SUARA PEMBACA : Menjawab Orasi Politik Grace Natalie

Senin, 19 November 2018 | 9:38 am | 460 Views |
1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...

Foto: Partai Solidaritas Indonesia.

Orasi politik Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie pada Harlah PSI ke-4 11 November lalu yang berjudul “Muda Menangkan Indonesia” membuat banyak pihak tak bisa menahan diri untuk membalasnya, termasuk saya. Dalam tulisan kali ini, saya akan menjawab pernyataan-pernyataan Sis Grace yang bisa dibilang bermasalah. Tentu saja dengan bahasa yang santun, karena sebagai seorang muslim saya harus menjadi pribadi yang rahmatan lil alamin.

Berikut beberapa poin dalam orasi politik tersebut yang menurut hemat saya rentan menimbulkan masalah:

1. Nadiem Makarim, di usia 26 tahun menciptakan terobosan kreatif mengatasi problem transportasi kronis Jakarta. Inovasinya: Go-Jek, setiap hari dinikmati jutaan users.

Jawab: Problem transportasi di Jakarta sangatlah kompleks, dimulai dari kemacetan lalu lintas, kesulitan parkir, kurangnya transportasi umum, distribusi angkutan kargo, minimnya ruang bagi pejalan kaki, hilangnya ruang publik, polusi udara, polusi suara, konsumsi energi, dan yang paling menakutkan kita semua: kecelakaan.

Entah masalah yang mana yang sedang disoroti oleh Sis Grace, yang terselesaikan dengan “Go-Jek, setiap hari dinikmati jutaan users”. Kemacetan? Aku sih no, kemacetan Jakarta malah warnanya jadi hijau. Kurangnya transportasi umum? Mungkin saja, tapi setahu saya status Go-Jek sebagai transportasi umum atau bukan masih menjadi perdebatan orang-orang pinter negeri ini.

2. Politik kita terancam oleh sebuah jalan buntu. Jika terus berlanjut, sebagaimana terjadi di Suriah dan Irak, akan mendorong orang berpaling pada ideologi kekerasan. Karena mereka menganggap demokrasi hanya menghasilkan politisi korup.

Jawab: Sebelumnya Sis Grace menyebutkan dua hal yang menyebabkan kebuntuan: korupsi dan sektarianisme. Dua hal itu memang ada dan nyata di tengah-tengah kita, namun mengambil Suriah dan Irak sebagai news peg adalah sesuatu yang wagu.

Bro and Sis, ingat, sebobrok-bobroknya presiden kita belum pernah ada yang sikap otoriternya melampaui Saddam Hussein ataupun Bashar al-Assad. Di satu sisi, orang-orang Indonesia itu cenderung penyabar dan pemaaf, begitu pemaafnya, terkadang masalah yang memicu pertumpahan darah bisa diselesaikan dengan “cara baik-baik” dan “kekeluargaan”.

 
 

3. Titik terang itu bernama Joko Widodo. Seorang presiden, yang mendobrak tradisi kekuasaan yang selama ini didominasi elite politik lama.

Jawab: Jika Jokowi adalah titik terang bagi permasalahan korupsi dan intoleransi, setidaknya kita bisa melihat hasilnya setelah masa jabatan beliau akan berakhir sebentar lagi. Namun nyatanya tidak begitu, silahkan dicek laporan ICW dari tahun ke tahun, tren korupsi masih sama dengan pemerintah sebelumnya; meningkat.

Adapun intoleransi, justru penanganannya terasa sangat lamban dan menimbulkan kekacauan. Dalam kasus Ahok misalnya, Jokowi justru terkesan kurang tegas dan kurang berpihak kepada rakyat, andai pak Jokowi bertindak lebih tegas, mungkin aksi-aksi bertanggal cantik itu tak perlu ada.

Selanjutnya, entah tradisi mana yang sedang didobrak Jokowi. Jokowi malah memulai pemerintahannya dengan melanggengkan tradisi kabinet gemuk, hal ini sekaligus mengingkari janjinya pada debat capres bahwa beliau akan merampingkan kabinet. Ketika ditanya media, justru jawabannya kurang masuk di akal, “Saya berikan contoh, negara tetangga Malaysia jumlah penduduknya 24 juta kementeriannya ada 24. Nah kita 240 juta penduduknya, kementerian harusnya 240”, ujar Jokowi ketika itu.

4. Memproteksi para pemimpin reformis di tingkat nasional dan lokal dari gangguan para politisi hitam. PSI akan menjaga Pak Jokowi di DPR. Menjaga Kang Ridwan Kamil di Jawa Barat. Menjaga Pak Nurdin Abdullah di Sulawesi Selatan. Menjaga Ibu Risma di Surabaya!

Jawab: Menyebutkan contoh-contoh hanya sebatas politikus yang diusung PDI-P justru mengaburkan subtansi dan makna dari “pemimpin reformis” dan “politisi hitam”.

5. PSI ingin menghentikan praktik pemborosan dan kebocoran anggaran di parlemen. Tidak boleh lagi ada sepeser pun uang rakyat yang bisa dihambur-hamburkan dan dikorupsi.

Jawab: Enak didengar sih, request lagu baru dong Sis

6. PSI akan mencegah lahirnya ketidakadilan, diskriminasi, dan seluruh tindak intoleransi di negeri ini. Partai ini tidak akan pernah mendukung Perda Injil atau Perda Syariah. Tidak boleh ada lagi penutupan rumah ibadah secara paksa!

Jawab: Siapapun akan menangkap bahwa menurut Sis Grace Perda Injil dan Perda Syariah adalah penyebab utama ketidakadilan, diskriminasi, dan seluruh tindak intoleransi.

Wow sebuah generalisasi yang mengerikan. Sejatinya Perda Syariah adalah perda yang bermuatan nilai-nilai Syariah, termasuk di dalamnya keadilan dan kesetaraan. Dan ternyata Ridwan Kamil sendiri malah sejak 2016 menggalakkan program resmi Pemerintah Kota Bandung yaitu “Maghrib Mengaji” dan “Subuh Berjamaah” di Kota Bandung. Bahkan 2018 ini Ridwan Kamil menjadikan “Jabar Maghrib Mengaji” sebagai 10 Program Keumatan Jawa Barat. Kita jadi perlu bertanya, apakah Sis Grace dan PSI juga menolak UU Perbankan Syariah yang disokong oleh K.H. Ma’ruf Amin?

7. Ada perbedaan utama antara generasi optimis dengan politisi lama. Politisi zaman old melihat orang atau negara lain sebagai ancaman. Karena itu mereka sering pidato aneh-aneh: akan menyetop seluruh impor-lah, bahaya asing-lah. Politik gaya lama adalah politik yang gemar menyebar ketakutan. Politisi Genderuwo, kata Bro Jokowi. Biasanya para genderuwo ini ada di kumpulan yang sama dengan politisi sontoloyo. Politisi yang gemar menyebar isu SARA dan hoaks.

Jawab: Bro dan Sis yang budiman, plis deh… Ngatain kubu sebelah zaman old tapi sendirinya masih ngomongin genderuwo.

Sekian dan terima kasih…

Penulis: Bang Azzam