KANING
SUARAKALTIM.com– ADA ikatan persahabatan yang manis antara Syaharie Jaang dan Pak Kaning-panggilan akrab mantan Bupati Kutai Kartanegara ke 9. Persahabatan yang terjalin jauh sebelumnya. Lama. Bertahun-tahun. Mungkin tidak hanya persahabatan. Tapi persaudaran. Sudah seperti kakak dan adik. Seperti umumnya masyarakat Kukar, Syaharie Jaang sangat menghormati Pak Kaning.
Saya ingat, satu hari menjelang pemilihan Walikota Samarinda di tahun 2010, Syaharie Jaang malah ke Tenggarong. Menyempatkan diri menjenguk kakandanya, yang juga ayahndanya. Saya mengikuti Syaharie Jaang menengok Pak Kaning—Syaharie Jaang memanggil Kakanda- di rumah dinas Bupati Kutai Kartanegara (Kukar). Syaharie ingin minta restu.
Saat itu pak Kaning, bupati yang ramah dan dikenal dermawan oleh sebagian besar masyarakat Kukar itu duduk di kursi roda. Kondisinya masih memprihatinkan. Sakit parah. Tak bisa mengenali orang. Mulutnya mengangga. Susah berbicara. Bila pun mencoba berbicara, terdengar tak jelas. Matanya terbuka nanar dengan tatapan kosong. Tanpa ekspresi.
Syaharie Jaang mencoba memeluk. Memegang tangannya, yang bergetar. Lalu mencium tangannya. Syaharie Jaang mendoakan, semoga Pak Kaning bisa segera sembuh.
Di bulan Juli 2016, di sela-sela kesibukannya, Syaharie Jaang juga menyempatkan diri menjenguk Pak Kaning yang terkena serangan jantung. Ketika itu Syaharie Jaang didampingi Rita Widyasari, Bupati Kukar yang juga putri Pak Kaning di RSUD AW Sjahrani.
Usai mendoakan kesembuhan Pak Kaning, Syaharie Jaang juga mengajak masyarakat Kaltim, khususnya Samarinda untuk mendoakan yang terbaik buat pejuang otonomi daerah tersebut.
‘’Saya sempat pegang tangannya dan mencium beliau. Kita tahu, beliau orang baik dan saya juga tidak bisa melupakan kebaikannya hingga seperti sekarang ini,” kata Jaang.
Syaharie Jaang sedikit dari banyak tokoh di Kaltim, yang masih bisa menghargai kawan yang sudah terpuruk.
SULTAN KUTAI KARTANEGARA ING MARTADIPURA
Selain Pak Kaning, Syaharie Jaang juga sangat menghormati Sultan Kutai Kartanegara ing Martadipura Sultan Haji Aji Pangeran Praboe Anoem Surya Adiningrat, yang bergelar Sultan Haji Aji Muhammad Salehoeddin II bin Sultan Adji Muhammad Parikesit atau Pangeran Praboe.
Dari media, kita banyak mengetahui, beberapa kali Syaharie Jaang bersilatuhrahmi mengunjungi Sultan Haji Aji Muhammad Salehoeddin II bin Sultan Adji Muhammad Parikesit.
Selain bersilatuhrahmi pada waktu-waktu tertentu di sela-sela kesibukan, Syaharie Jaang juga memohon doa restu, seperti setiap mau mencalonkan diri sebagai Walikota Samarinda atau saat berkeinginan maju menjadi Gubernur Kaltim periode 2019-2023.
Bagi Syaharie Jaang, yang merupakan putra daerah kelahiran asli Kaltim ini, Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura sudah seperti orang tuanya sendiri. Patut sangat dihormati.
Belum hilang dari ingatan. Baru satu dua hari ini, putra mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY berkunjung ke Kaltim.
Kemana Syaharie Jaang membawa Komandan Komando Tugas Bersama (Dankosma) Demokrat itu di ajak? Ke rumah Sultan Kutai Sultan Ing Martadipura Haji Aji Muhammad Salehoeddin II bin Sultan Adji Muhammad Parikesit.
AHY yang digadang-gadang menjadi Presiden RI itu memohon wejangan, petuah, nasehat-nasehat, memohon doa restu. Mencium hormat tangan Sultan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, tokoh Kaltim yang sangat dihormati.
RITA WIDYASARI
Saat Rita Widyasari ditetapkan sebagai tersangka, Syaharie Jaang sangat sedih. Kesedihan itu ditulisnya melalui catatan facebooknya. Syaharie Jaang larut dalam keprihatinan. Cemas. Rita sudah dianggapnya seperti saudara. Seperti adik. Syaharie Jaang kerap memanggil Rita, adinda atau dinda. Keakraban itu menjalar seperti ikatan keakraban Syaharie jaang dengan pak Kaning.
Syaharie Jaang juga mendoakan. Semoga adinda Rita Widyasari diberikan kekuatan oleh Allah SWT, agar masalah yang dihadapinya bisa segera dilewati.
Syaharie Jaang dan Rita memang berkompetisi sama-sama ingin menjadi gubernur Kaltim pasca kepemimpinan H Awang Faroeuk. Tak terbersit sedikit pun dalam pikiran Syaharie Jaang untuk bermain kotor. Apalagi mencoba mencari-cari kesalahan, menjelek-jelekkan sedikit pun, Rita Widyasari yang sudah dianggapnya seperti saudara.
Rita akhirnya gagal menjadi Cagub dari Partai Golkar. Rita tersandung kasus korupsi. Sidangnya kini sudah berjalan.
Sebelum kasusnya selesai, Rita sempat menulis surat tulisan tangan yang ditujukan kepada pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar se Kalimantan Timur. Inti surat ; Dukung Makmur, HAPK, untuk diperjuangkan menjadi Calon Gubernur Kaltim.
Tapi sayangnya, akhirnya bukan Makmur HAPK. Apakah suara Rita tidak didengar setelah terpuruk ke bilik sunyi penjara? Mungkin, bukan hanya Rita, Makmur HAPK, tapi juga masyarakat Berau juga kecewa, yang berharap putra daerah Berau terbaik itu bisa berkesempatan menjadi calon gubernur Kaltim.
Berikut petikan surat yang ditulis di Jakarta pada tanggal 4 Januari 2018 dan ditandatangani Rita diatas materai.
Kepada Yth Pengurus DPD I dan DPD II Partai Golkar Provinsi Kalimantan Timur di Tempat. Semoga kita semua dalam lindungan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, melalui surat ini saya sebelumnya berterima kasih atas kekompakan dan kebersamaan Partai Golkar dan itu membuat saya lebih semangat lagi meski berada disini.
Jika masih didengar, saya ingin sekali Pak Makmur yang menjadi calon Gubernur. Menurut pandangan saya beliau pekerja keras dan insya allah mampu memenangkan pertarungan. Saya dan tim relawan akan mendukung beliau sepenuh hati. Atas kerjasama dan perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
***
DI ruang tamu rumah dinas wali kota Samarinda, saya pernah mendengar, Syaharie Jaang sempat mengatakan; pemilihan Gubernur Kaltim ini hanyalah permainan dunia. *# akhmad Zailani.
ADVERTORIAL
https://www.facebook.com/kang.frendy/videos/1704230672968831/?t=0