Syair “Akhi Anta Hurrun”, Teladan Keteguhan dari Sayyid Qutb

SUARAKALTIM.com – Saat itu pasukan Islam berkekuatan tiga ribu mujahid sedang menghadang  ratusan ribu tentara Romawi. Abdullah bin Rawahah bertempur menerjang kiri dan kanan tanpa ragu. Kematian bukanlah hal yang ia takuti walau kilatan pedang tepat di depan matanya.

Ketika Ja’far bin Abi Thalib, panglima kedua umat Islam pada perang Mu’tah gugur, Abdullah didapuk sebagai penggantinya. Seketika itu juga keragu-raguan menggelayuti hatinya. Apakah ia mampu memimpin pasukan Islam menghadapi 200.000 pasukan Romawi? Keraguan itu hilang dan ia memompa semangat pasukan kaum muslimin dengan syairnya…

Aku telah bersumpah wahai diri, engkau harus turun ke medan laga

Tapi, mengapa kulihat, engkau menolak surga

Wahai diri, bila engkau tidak tewas terbunuh, engkau pasti mati

Inilah kematian sejati yang sejak lama engkau nanti

Tibalah waktunya apa yang engkau idam-idamkan selama ini

Jika engkau ikuti jejak keduanya, engkau berada dalam petunjuk.

Syair-syair yang ia lantunkan menambah semangat para pasukan. Salah satu bait-bait syair karyanya yang menjadi slogan perjuangan adalah

“Wahai jiwa, seandainya engkau tidak mati terbunuh, engkau akan mati juga.”

Bait syair ini mampu memompa semangat dan menghilangkan keraguannya dalam berjihad. Bahkan Rasul pun senang dengan syair-syair Abdullah bin Rawahah ketika beliau bertanya padanya kepadanya, “Apa yang engkau lakukan bila hendak mengucapkan syair?”

Abdullah menjawab, “Kurenungkan dahulu, kemudian baru kuucapkan.”

Sejurus kemudian, ia pun mengucapkan syairnya:

Wahai Putra Hasyim yang baik, Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia

Memberimu karunia yang tidak diberikan kepada orang lain

Sungguh, aku menaruh firasat baik yang kuyakini terhadap dirimu

Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka

Seandainya engkau bertanya dan memint pertolongan mereka

Dalam memecahkan persoalan, mereka tidak akan menjawab atau membela

Karena itu, Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang engkau bawa

Sebagaimana Dia telah mengukuhkan dan member pertolongan kepada Musa.

 

Mendengar itu Rasulullah menjadi gembira dan ridha kepadanya, lalu bersabda, “Dan semoga engkau dikaruniai keteguhan oleh Allah.”

Masih banyak syair-syair dari Abdullah bin Rawahah yang menggugah semangat jiwa. Selain Abdullah, Rasulullah mempunyai dua penyair lainnya yang berdiri untuk membela Islam, yaitu Ka’ab bin Malik dan Hassan bin Tsabit.

Abdullah bin Rawahah sempat bersedih hati ketika turun surat Asy-Syu’ara ayat 224

وَالشُّعَرَاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ

“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. “

Tetapi kesedihannya hilang ketika ayat selanjutnya turun

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللَّهَ كَثِيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا ۗ وَسَيَعْلَمُ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَيَّ مُنْقَلَبٍ يَنْقَلِبُونَ

“Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal saleh dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.” (QS:Asy-Syu’araa: 227)

Senandung Syair Masa Kini

Generasi abad ini tidaklah kalah dalam hal bait-bait syair. Ketika Islam kehilangan supremasinya pada Senin, 3 Maret 1924, secara otomatis seluruh kaum muslimin berkewajiban membangkitkannya kembali demi pelaksanaan syariat Islam secara kaafah. Maka bait-bait syair pemompa semangat bertebaran untuk para pejuang kebangkitan Islam. Berbagai macam ujian, cobaan, hambatan terus mengiringi jalannya perseteruan antara haq dan kebatilan. Salah satu syair yang begitu dalam maknanya adalah karya Sayyid Qutb rahimahullah. Sebuah syair yang mengajarkan keteguhan dan makna perjuangan.

Syair ini kembali menggema ketika revolusi Mesir berkecamuk. Terkhusus pasca kudeta militer kepimimpinan Presiden Mursi di bawah komando Jendral As-Sisi. Penangkapan demi penangkapan tokoh Ikhwan dimanapun berada bahkan di dalam masjid. HIngga tidak sedikit yang syahid dan dipenjara dengan siksaan menjadi menu sehari-hari.

BACA JUGA  NU-Muhammadiyah Minta Pemerintah Serius Kurangi Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi
 

Syair yang berjudul Akhi Anta Hurrun ini diawali dengan bait

 

أخي أنت حرٌ وراء السدود # أخي أنت حرٌ بتلك القيود

إذا كنت بالله مستعصما # فماذا يضيرك كيد العبيد

Akhi engkau sebenarnya merdeka meski dikurung di balik jeruji besi

Akhi engkau sebenarnya merdeka walau sedang dibelenggu

Jika kau berpegang teguh pada Allah

Maka tak ada yang bisa membahayakanmu

Penjara dan belenggu adalah resiko perjuangan. Ketika aktivis teguh dan konsisten dalam menyampaikan kebenaran, maka penjara adalah salah satu resikonya, sebagaimana yang dialami oleh Sayid Qutub dan ribuan kader Ikhwanul Muslimin Mesir. Musuh akan melakukan segala daya upaya untuk memadamkan dakwah islamiyah dengan pemboikotan, penangkapan, penyiksaan, penahanan dan tak sedikit yang berujung pada kematian.

Namun, semua itu tak akan menggoyahkan para pejuang. Mereka tetap merdeka walau dipenjara, mereka tetap merdeka walau dibelenggu. Selama tali Allah masih mereka pegang teguh, maka tidak ada satupun yang bisa membahayakan para tentara Allah ini.

Teladan yang mulia diperagakan oleh syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah.Dalam masa hidupnya, Ibnu Taimiyah pernah dipenjara sebanyak tujuh kali. Ketegaran, keberanian dan kelantangannya dalam mengajak kepada al-haqmembakar kedengkian serta kebencian para penguasa dan orang-orang yang tidak senang kepada dirinya.

Orang-orang yang tidak senang pada perjuangannya menghembuskan fitnah dan pada akhirnya berujung pada penjara. Namun, penjara bagi Ibnu Taimiyah bukanlah bentuk pengekangan dan ketidakbebasan. Syairnya yang ia lantunkan seolah menampas keras para pendengkinya

Apakah yang diperbuat musuh padaku !!!!

Aku, taman dan dikebunku ada dalam dadaku

Kemanapun ku pergi, ia selalu bersamaku

dan tiada pernah tinggalkan aku.

Aku, terpenjaraku adalah khalwat

Kematianku adalah mati syahid

Terusirku dari negeriku adalah rekreasi.

Ketika raganya terkurung di dalam penjara, justru karya-karyanya tercipta dan diambil manfaatnya sampai saat ini. Karena baginya orang yang terpenjara ialah yang terpenjara hatinya dari Allah. Dan orang yang tertawan adalah orang yang tertawan oleh hawa nafsunya sendiri.

Di dalam negeri sendiri kita mengenal sosok Buya HAMKA yang tetap produktif, meskipun di dalam penjara, terbukti sebuah tafsir Al-Azhar lahir dibalik jeruji penjara.

أخي هل تُراك سئمت الكفاح # وألقيت عن كاهليك السلاح

فمن للضحايا يواسي الجراح # ويرفع راياتها من جديد

Akhi kenapa engkau jemu/bosan dari berjuang

Dan membuang senjata dari pundakmu

Lalu siapakah yang akan mengobati luka pasukan?

Dan siapa yang mengangkat kembali panji-panji kita?

Rasa bosan dan jemu terkadang menghinggapi perjuangan, terlebih sebuah perjuangan yang lintas generasi, perjuangan yang belum tentu generasi kita yang mendapatkan kemenangan. Rasa itu akan menggoda dan tak jarang menggeser keikhlasan dalam berjuang. Rasa malas mengakibatkan kelambanan dalam beraktivitas. Kalau di dalam ranah perjuangan, rasa itu akan membuat seorang aktivis kehilangan gairahnya dalam berjuang.

Sungguh musibah ketika seorang aktivis terjangkiti rasa jemu. Karena akan menghambat proses perjuangan dan kevakuman. Selain karena bergesernya rasa ikhlas, kecintaan pada dunia, pengaruh lingkungan dan teman serta perbuatan maksiat juga berpengaruh pada munculnya kejemuan dalam perjuangan.

Maka dari itu, untuk menjaga stamina dalam perjuangan dan terhidar dari kejemuan, seorang aktivis harus selalu menjaga niatnya. Niat tulus hanya untuk Allah semata, menjauhi kemaksiatan, berteman dan berakrab-akrab dengan orang shalih yang selalu mengajak pada kebaikan dan mengingatkan ketika dekat dengan kemaksiatan.

Satu hal yang perlu direnungkan adalah, terlibatnya seorang aktifis dalam perjuangan Islam adalah sebuah karunia yang besar dari Allah. Cara mensyukurinya dengan senantiasa muhasabah dan menjaga niat dalam berjuang.

 
 

أخي إنني اليوم صلب المراس # أدُك صخور الجبال الرواس

غدا سأشيح بفأس الخلاص # رءوس الأفاعي إلى أن تبيد

Akhi sesungguhnya hari ini aku bagaikan palu yang keras

dengannya akan aku hancurkan batu gunung yang menjulang

Esok aku akan menghapusnya dengan pukulan penghabisan

Semua kepala ular-ular itu sampai hancur lebur

Keyakinan dan visi yang jelas dalam berjuang adalah modal utama perjuangan. Keyakinan bahwa keadaan tidak akan berubah kalau tidak bergerak, karena pada dasarnya Allah hanya menuntut kita untuk berusaha. Keyakinan dalam berjuang itu ditopang dengan visi yang jelas akan membuat seorang aktivis berusaha maksimal untuk meraih hasil yang diinginkan.

Kalau pun hasil perjuangan tidak sesuai dengan visi dan keinginan, kita tidak akan pernah kecewa karena usaha maksimal telah dilakukan. Dalam sebuah hasil perjuangan tentu ada hikmah besar yang dapat kita ambil. Terus memperbaiki diri di setiap eksperimen jihad dan belajar dari pengalaman yang sudah dilewati. Yakin bahwa setiap perjuangan tersisip pelajaran didalamnya, dengan ini diharapkan para pejuang selalu memperbaiki diri agar perjuangan tetap dalam koridor yang benar dan memperoleh hasil yang maksimal.

أخي إن ذرفت علىّ الدموع # وبللّت قبري بها في خشوع

فأوقد لهم من رفاتي الشموع # وسيروا بها نحو مجد تليد

Akhi jika engkau meneteskan air mata atas kepergianku

dan dengannya engkau taburi kuburku dengan keheningan

Maka nyalakanlah api perjuangan untuk mereka dari tulang belulangku

Dan majulah dengannya untuk menuju kemuliaan yang telah menanti

Teman-teman aktivis yang telah mangkat justru menjadi pembakar semangat bagi yang lainnya. Mereka yang pantang mundur berjuang secara tidak langsung memberikan keteladanan. Kesedihan kehilangan sahabat adalah fitrah. Namun, jangan terlalu lama tenggelam dalam kesedihan. Segera bergerak kembali dan jadikan kesyahidan mereka menjadi pengobar semangat perjuangan. Jangan sia-siakan pengorbanan teman dengan mundur dari perjuangan, justru jadikan pengorbanan itu sebagai cambuk untuk memompa semangat berdakwah dan berjuang.

أخي إن نمُتْ نلقَ أحبابنا # فروْضاتُ ربي أعدت لنا

وأطيارُها رفرفت حولنا # فطوبى لنا في ديار الخلود

Akhi sesungguhnya jika kita mati, kita akan bertemu dengan kekasih-kekasih kita

Bahkan taman Rabbku dipersiapkan untuk kita

Serta burung-burung akan berterbangan di sekeliling kita

maka berbahagialah hati kami di dalam negeri yang abadi

Kesyahidan adalah dambaan setiap mujahid. Mujahid tidak akan getar ketika berjuang, karena kematian bukanlah hal yang menakutkan. Justru kematian dalam berjuang itu hal yang sangat dirindukan. Janji-janji Allah bagi para syuhada sangatlah menggembirakan. Di sana pula kita akan dikumpulkan kembali dengan teman-teman seperjuangan.  Adakah yang lebih menepati janji dari Allah Subhanahu wa Ta’ala?

سأثأرُ لكن لربٍ و دين # وأمضي على سنتي في يقين

فإما إلى النصر فوق الأنام # وإما إلى الله في الخالدين

Aku akan menuntut balas demi Rabb dan agama

dan aku akan terus maju berjalan di atas keyakinanku

sampai kemenangan di atas semua manusia

atau kembali kepada Allah di dalam keabadian

Hidup mulia atau mati syahid!!! Itulah semboyan para pejuang fi sabilillah. Kecintaan pada hidup mulia dengan syariat-Nya dan kesyahidan menguatkannya langkah dalam perjuangan. Jika kemenangan diraih maka mulia hidup di bawah aturan dan syariat Rabbi. Namun, jika kematian menjemput ketika berjuang itulah kematian yang didambakan. Hidup mulia di dunia dengan tegaknya syariat Allah atau mati syahid yang berujung Jannah di akhirat sana. Wallahu a’lam bi shawab.

Penulis:Dhani El_Ashim
Editor: Arju

Sumber :

  1. Kitab Rijalun أaula Rasul, Khalid Muhammad Khalid
  2. Sirah Nabawiyah, Shafiyurrahman Al-Mubarakfury