SUARAKALTIM.COM– Di dalam ‘Uddatush Shabirin, Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab Musnad. Di dalam hadits yang diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhuma ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Tahukah kalian, siapa yang pertama kali masuk surga?”
Para sahabat pun menjawab dengan kompak, “Allah Ta’ala dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”
“Mereka,” jelas Nabi yang mulia akhlaknya, “adalah orang miskin Muhajirin yang terjaga dari hal-hal yang makruh.” Lanjut Nabi, “Mereka dicabut nyawanya saat memikirkan kebutuhan hidup yang belum bisa dipenuhinya.”
“Ya Tuhan kami,” lanjut Nabi seraya mengutip permintaan para malaikat terkait Muhajirin miskin itu, “kami adalah para Malaikat-Mu, para penjaga perbendaharaan-perbendaharaan-Mu, para penghuni langit-Mu. Jangan masukkan mereka (ke dalam surga) sebelum kami.”
Kepada para malaikat itu, Allah Ta’ala pun berfirman, “(Orang-orang miskin Muhajirin) itu adalah hamba-hamba-Ku yang tidak pernah mensekutukan Aku dengan sesuatu pun. Mereka terjaga dari hal-hal yang makruh. Salah satu dari mereka meninggal dunia saat memikirkan kebutuhan hidup, namun dia belum mampu memenuhinya.”
Mendengar firman Allah Ta’ala tersebut, lanjut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Para malaikat pun langsung menghampiri mereka dari segala pintu surga.” Para malaikat itu mengucapkan, “Salaamun ‘alaikum bimaa shabartum (semoga keselamatan bagi kalian atas kesabaran kalian.”
Pungkas Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Alangkah baiknya tempat kesudahan (surga) itu.”
Dalam riwayat lain dari Imam Abu Dawud sebagaimana termaktub dalam Sunan-nya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, “Orang pertama dari umatku yang masuk surga adalah Abu Bakar ash-Shiddiq.”
Semoga kita senantiasa bersemangat menjadi pemburu surga. Itulah sebaik-baiknya tempat istirahat. Di dalamnya terdapat banyak sekali nikmat yang belum pernah dirasakan oleh umat manusia sebelumnya; yang tak pernah dirasakan oleh lidah, belum pernah terdengar telinga, dan tak sekali pun terindra sebelumnya.
Surga yang lebih luas dari langit dan bumi itu, diperuntukkan bagi mereka yang sabar dan bersyukur, kemudian mereka senantiasa beristiqamah hingga ajal menjelang. Itulah husnul khatimah. [Pirman/Kisahikmah]