Jakarta, Suara Kaltim Online — Kemunculan pandemi covid-19 berdampak pada beberapa kegiatan ibadah oleh semua umat beragama, khususnya umat Islam. Pandemi yang bertepatan dengan Ramadhan 1441 hijriah, menjadikan bulan Ramadhan ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
Semua kegiatan Ibadah Ramadhan dihimbau untuk diadakan, digantikan dengan kegiatan di rumah masing-masing bersama keluarga inti. Hal ini dilakulan demi memutus dan menekan penyebaran Covid-19.
Pandemi tersebut juga akan berdampak pada pelaksanaan sholat Idul Fitri yang akan dilaksanaan pada Idul Fitri 1441 Hijriah. Untuk memberikan panduan keagamaan bagi masyarakat, Divisi Edukasi Satgas Covid-19 Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyusun buku yang isinya berisi panduan dan isi khutbah yang dapat dijadikan referensi bagi umat islam.
Adapun panduan Kaifiat khutbah idul fitri di antaranya:
1. Khutbah ‘Id hukumnya sunnah yang merupakan kesempuranaan shalat Idul Fitri.
2. Khutbah ‘Id dilaksanakan dengan dua khutbah, dilaksanakan dengan berdiri dan di antara keduanya dipisahkan dengan duduk sejenak.
3. Khutbah pertama dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membaca takbir sebanyak sembilan kali
b. Memuji Allah dengan sekurang-kurangnya membaca Alhamdulillah
c. Membaca shalawat nabi, antara lain dengan membaca Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad
d. Berwasiat tentang takwa.
e. Membaca ayat Al-Qur’an
4. Khutbah kedua dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Membaca takbir sebanyak tujuh kali
b. Memuji Allah dengan sekurang-kurangnya Alhamdulillah
c. Membaca shalawat nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, antara lain dengan membaca Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad
d. Berwasiat tentang takwa.
e. Mendoakan kaum muslimin
Sementara itu, salah satu ceramah yang disampaikan dari Pengasuh Pesantren Baitul Hikmah Anggota Komisi Fatwa MUI, KH. Hamdan Rasyid yang berjudul Membangun Optimisme di Tengah Pandemi Covid-19.
Khutbah Pertama
Kaum muslimin dan muslimat, jamaah shalat Idul Fitri rahimaku- mullah.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah menganugerahkan berbagai macam nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua, khususnya nikmat iman dan Islam serta kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita dapat melak- sanakan ibadah puasa Ramadhan selama satu bulan penuh dengan sempurna, dan pada hari ini melaksanakan shalat Idul Fitri.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menerima seluruh amal ibadah kita, baik ibadah puasa di siang hari, qiyamul lail pada malam hari, tadarrus Alquran, zakat, infaq, shadaqah maupun ibadah-ibadah yang lain serta menganugerahkan kebahagiaan kepada kita semua, baik di dunia maupun di akhirat, amin, Ya Rabbal ‘alamin.
Allah Akbar (tiga kali) Pada hari ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia merayakan Hari Raya Idul Fitri sesudah melaksanakan ibadah puasa pada bulan Ramadhan. Dalam merayakan Hari Raya yang agung dan mulia ini, umat Islam larut dalam kegembiraan dan kebahagiaan karena mereka telah memperoleh kemenangan dalam menaklukkan hawa nafsu yang selalu mendorong manusia berbuat jahat, dengan melaksanakan seluruh perintah Allah serta meninggalkan larangan-Nya.
Ditinjau dari segi bahasa, Idul Fitri terdiri dari dua kata: ‘Id yang berarti kembali, dan al-Fitri yang berarti suci atau fitrah kejadian manusia. Dengan demikian Idul Fitri berarti “kembali kepada kesucian”, atau “kembali kepada fitrah manusia”.
Hari Raya yang dirayakan umat Islam sesudah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan, disebut dengan Hari Raya Idul Fitri, karena beberapa hal sebagai berikut :
Pada hari raya ini, orang-orang Islam yang telah melaksanakan ibadah puasa Ramadlan seolah-olah dilahirkan kembali dalam keadaan suci tanpa dosa dan noda sebagaimana bayi yang baru dilahirkan.
Pada hari raya ini, orang-orang yang berhasil dalam menjalankan ibadah puasa “menemukan kembali jati diri kemanusiaannya”. Di hari-hari biasa, mungkin mereka sering terhanyut oleh hawa nafsu- nya serta tidak mampu mengendalikan dirinya, sehingga bersikap serakah, agresif dan sangat egois. Mereka menjadi “homo homini lupus”, serigala bagi orang lain, seperti dikatakan filosof Inggris Thomas Hobbes.
Pada hari raya Idul Fitri ini, umat Islam sadar kembali terhadap perjanjian primordial mereka kepada Allah subhanahu wa ta’ala sewaktu mereka masih di dalam rahim para ibu. Menurut ajaran Islam, pada waktu masih berada di alam arwah, seluruh manusia telah berjanji kepada Allah subhanahu wa ta’ala bahwa mereka yakin dan percaya akan adanya Allah subhanahu wa ta’ala, Dzat Yang Maha Esa.
Kaum muslimin dan muslimat, jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah.
Sehubungan dengan perayaan hari raya Idul Fitri ini, maka setiap muslim dan muslimah disunnahkan untuk saling maaf memaafkan seraya mendoakan
“Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali kepada kesucian, serta memperoleh kemenangan (dalam memerangi hawa30 Panduan Praktis Shalat dan Khutbah Idul Fitri Saat Wabah Covid-19
nafsu)”.Orang yang bersedia saling memaafkan merupakan salah satu ciri calon ahli surga. Imam Ja’far al-Shidiq cucu Rasulullah telah melaku- kan studi Islam secara mendalam, yang akhirnya beliau berkesimpu- lan, bahwa orang-orang yang menjadi calon penghuni surga, adalah mereka yang minimal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Wajhun Munbasith: wajahnya selalu berseri, jika dipandang me- nyenangkan, sehingga orang-orang senang bersahabat kepadan- ya;
2. Lisanun ‘Afif; lidah yang bersih dan terjaga, yang selalu jujur dan sopan dalam bertutur kata sehingga menyejukkan hati orang lain.
3. Yadun Mu’thiyah; tangan yang suka memberi dan menolong orang lain, tidak kikir dan pelit, karena kikir dan pelit dapat me- nutup pintu surga;
4. Qalbun Rahim; hati yang penuh kasih sayang, yang suka meminta dan memberi maaf kepada orang lain, bukan sadis dan pendendam sehingga tidak mau memaafkan kesalahan orang lain, juga bukan angkuh dan sombong, yang tidak mau meminta maaf kepada orang lain.
Kaum muslimin dan muslimat, jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah.
Saat sekarang ini, kita bangsa Indonesia bahkan masyarakat dunia tengah menghadapi Pandemi Covid 19. Sebagai orang yang beriman kita wajib meyakini bahwa pandemi ini terjadi, semata-mata merupakan qudrah dan iradah atau kekuasaan dan kehendak Allah subhanahu wa ta’ala. Kita wajib meyakini bahwa dibalik pandemi ini terdapat hikmah dan manfaat yang besar. Di antaranya adalah:
1. Menunjukkan betapa lemahnya manusia yang tidak mampu menghentikan penyebaran virus corona yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata kepala. Oleh karena itu, tidak layak bersikap sombong meskipun mereka berkuasa, berilmu dan memiliki Harta yang banyak.
2. Menunjukkan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala yang mampu menaklukkan seluruh alam semesta sehingga manusia tidak berdaya untuk menghadapiNya.
Menghadapi pandemi Covid 19 ini, maka umat manusia khususnya umat Islam harus bersikap:
1. Sabar dan tabah dalam menghadapi ujian Allah subhanahu wa ta’ala ini dengan selalu mencari solusi untuk menghentikan penyebaran virus Covid 19 dengan mentaati protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Husnudzon kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa di balik pandemi Covid 19 ini pasti terdapat hikmah dan manfaat, dan tidak sia-sia.
3. Ta’awun atau bekerja sama, tolong menolong dan bantu mem- bantu sesama warga bangsa dalam menghadapi kesulitan. Bukan saling menyalahkan.
4. Tawakkal dengan berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala sesudah ikhtiar secara maksimal.
5. Optimis bahwa pandemi Covid 19 akan segera berakhir dan sesu- dah itu Allah subhanahu wa ta’ala akan memberikan berbagai kemudahan sesuai dengan janji-Nya, Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.